RadarJateng.com, Pendidikan – Anak pada usia dini secara terminologi disebut sebagai anak usia prasekolah. Anakusia dini berada pada rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Anak usia dini 4-6 tahun, merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa ini merupakan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, nilai-nilai agama dan moral. Oleh itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
Dengan membaca, manusia dapat memahami banyak hal. Untuk itu, manusia perlu memiliki kemampuan membaca. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan sekarang, kapan kemampuan membaca dan menulis itu mulai di ajarkan kepada anak? Sebenarnya jawaban tersebut masih dalam polemik, ada sebagian pendapat yang menyatakan bahwa membaca dan menulis baru diajarkan pada saat anak sudah di SD, tetapi banyak juga ahli yang mengatakan bahwa membaca menulis harus distimulasi sejak dini. Seorang pakar bernama leonhardt (1999:14) mengemukakan bahwa, membaca sangat penting bagi anak. Anak-anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang lebih tinggi. Mereka akan berbicara, menulis, dan memahami gagasan-gagasan rumit secara lebih baik. Sejalan dengan pendapat ini, Montessori dan Hainstock mengemukaan bahwa pada usia 4-5 tahun anak sudah dapat diajarkan membaca dan menulis, bahkan membaca dan menulis merupakan permainan yang menyenangkan bagi anak usia dini.
Pengajaran membaca permulaan di tekankan kepada pengembangan kemampuan dasar membaca permulaan. Kemampuan membaca permulaan tersebut yaitu kemampuan untuk menyuarakan huruf, suku kata dan kalimat,yang disajikan dalam bentuk lisan. Anak mulai menggabungkan bunyi huruf menjadi suku kata dan kata yang memunculkan makna dari kata-kata tersebut (Basyiroh, 2017). Kemampuan membaca pada anak usia dini memiliki tahapan tahapan tertentu. Hal ini cukup penting untuk diketahui, karena di usia awal 0 sampai 6 tahun sering kali di istilahkan usia emas atau golden age. Masa golden age pada anak adalah fase terbaik dimana pertumbuhan fisik dan memorinya berkembang pesat. Bila dalam fase golden age ini dapat terkawal dengan baik, kemampuan membaca anak akan terbangun optimal, dan akan mendukung proses belajar anak.
Pendidikan Taman Kanak-Kanak dilakukan dengan pendekatan “Bermain sambil belajar” atau “Belajar seraya bermain” dengan tujuan menimbulkan rasa senang pada anak. Kebutuhan fisik, sosial dan emosional anak perlu diperhatikan oleh pendidik dalam menyelenggarakan pembelajaran sehingga anak mendapatkan kondisi terbaik untuk berkembang dan belajar. Anak tidak dapat diminta untuk duduk diam mendengarkan ceramah dalam waktu yang lama, tetapi perlu di beri kesempatan untuk bermain, istirahat, dan belajar secara seimbang. Upaya tersebut dapat di lakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Dengan demikian anak memiliki kesempatan bereksplorasi, menemukan, berekspresi, dan berkreasi belajar secara menyenangkan.
Salah satu Upaya untuk merangsang kemampuan pra membaca anak adalah dengan menggunakan media loose part. Loose part adalah benda-benda konkret yang mudah ditemukan, baik itu bahan alam ataupun bahan bekas. Nicholson (1972) menciptakan istilah bagian yang loose part dan menjelaskan pentingnya materi interaktif yang memiliki banyak keterjangkauan. Dengan adanya media loose part yang disiapkan, anak mencoba membuat huruf, menyusunnya menjadi kata atau kalimat yang sudah di contohkan. Menggunakan loose part sebagai bahan, media dan alat peraga mampu memberikan stimulasi, rangsangan atau kemampuan keaksaraan awal dengan media yang lebih menarik sehingga anak mampu meningkatkan kemampuan pra membaca dengan maksimal.
Melalui anak belajar seraya bermain dengan menggunakan bahan nyata dan dapat melihat langsung, menemukan, mudah teringat, dimengerti, dan dapat memberi membantu keleluasaan dan kebebasan pada anak dalam berekplorasi (Krismawati, Sutama, & Astuti, 2021).
Pada kenyataan banyak guru dan orang tua yang mengajarkan kemampuan pra membaca hanya menggunakan pensil dan buku saja, padahal banyak hal yang bisa dilakukan diantaranya dengan menggunakan media loose part yang ada di lingkungan, misalya loose part dari tutup botol bekas atau biji-bijian sperti biji koro, biji matahari dan lain-lain. Tujuan dari menggunakan media ini adalah untuk perkembangan kemampuan pra membaca anak agar anak-anak tidak merasa bosan dan tidak terbebani dalam belajar yang tidak mengharuskan anak belajar menggunakan buku dan pensil saja.
Semoga bermanfaat.
Penulis, Widya Handansari, S. Pd Guru TK AL Hidayah Kalirejo, Malang – Jawa Timur