Guru Opèn dan Menginspirasi.

Bapak dan ibu guru SMP Karangturi, Semarang – Jawa Tengah

RadarJateng.com, Pendidikan Guru? Guru adalah satu kata yang bisa mewakili sumber dari banyak profesi di dunia ini, apapun profesinya pasti ada seorang guru di belakangnya, baik itu dokter, pengacara, jaksa, pengusaha dan lain sebagainya semua profesi pasti lahir dari tangan seorang guru. Guru memberikan dasar pengetahuan yang kemudian dikembangkan oleh masing-masing siswanya dan guru termasuk orang yang menjadi penentu keberhasilan atau prestasi yang akan diraih oleh peserta didik baik secara akademik maupun secara sikap.

Menurut Made Pirdata, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) Pendidik (guru) secara luas adalah semua orang yang berkewajiban membina anak-anak. Pendidik (guru) secara arti sempit adalah orang-orang yang telah disiapkan secara sengaja untuk menjadi guru. Hal ini selaras dengan Undang-Undang yang menyatakan, bahwa pendidik (guru) merupakan orang yang memiliki tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan menegah (Undang-Undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Melihat pengertian tersebut dapat dipahami bahwa guru adalah orang yang berperan penting dalam pendidikan, jika tidak ada seorang guru maka Pendidikan tidak akan berjalan.

Sebenarnya jadi seorang guru itu pekerjaan yang sangat berat, beban yang dipikulnya tidak hanya “mengajar” tapi lebih dari itu “mendidik” bahkan “membentuk karakter siswa”. Oleh sebab itu menjadi seorang guru itu harus orang-orang yang memiliki panggilan dari dalam nurani, karena jika tidak, sangat berat menjadi seorang guru dan transfer knowledge tidak akan sampai ke siswa dengan baik. Hal ini selaras dengan artikel guru berbagi, guru adalah sosok yang dapat membentuk jiwa dan watak peserta didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.

Read More

Guru bertugas mempersiapkan manusai susila yang dapat diharapkan membanguun dirinya dan membangun bangsa dan Negara. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen disebutkan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevalusi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah (GURU BERBAGI | Tugas, Peran, Serta Tanggung Jawab Seorang Guru (kemdikbud.go.id).

Guru mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan. Di era globalisasi seperti saat ini yang serba teknologi dan serba canggih, bahkan banyak pekerjaan yang digantikan oleh robot, tetapi kecanggihan teknologi tidak akan bisa mengganti posisi guru. Zaman terus berubah dan berkembang, hal ini juga akan mempengaruhi dunia pendidikan yang akan berkembang sesuai dinamika peradaban manusia. Pendidikan dimasa lalu dan cara guru mengajar akan sangat berbeda dengan masa sekarang. Karena itu seorang guru juga harus bisa mengikuti perubahan tersebut dan menyesuaikan diri agar tidak ketinggalan zaman.

Menjadi seorang guru di masa sekarang harus punya kompetensi untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan membuat guru harus ekstra berjuang lebih agar transfer knowledge dan penanaman karakter bisa sampai ke siswa agar bisa menyentuh karakter siswa saat ini yang mudah bosan dengan pembelajaran apalagi pasca pandemic. Guru OPÈN (Opèn, Peduli, Empati dan Nyenengke) adalah salah satu strategi agar bisa membuat guru mudah diterima siswa.

Opèn atau Opèn menunjukkan karakter khas guru Sekolah Karangturi, yaitu merawat, menjaga, momong. Pendidikan di Indonesia harusnya tidak memakai syarat paksaan. Momong, among, ngemong. Caranya tidaklah memaksa, guru hanya diharuskan mencampuri kehidupan anak didik atau peserta didik kalau ternyata dirinya ada di atas jalan yang salah. Tiada memakai dasar “Ki Hadjar Dewantara, op. cit., h. 13-14” tetapi “orde en vrede” (tertib dan damai, tata tentrem). Guru akan selalu menjaga kelangsungan kehidupan batin sang anak dan harus lah ia dijauhkan dari tiap-tiap paksaan. Tetapi guru pun tiada akan ”nguja” (membiarkan) anak-anak. Guru hanya harus mengamat-amati, agar anak dapat bertumbuh menurut kodrat. Tucht (hukuman) itu maksudnya untuk mencegah kejahatan. Dan sebelum terjadi kesalahannya, aturan hukumannya sudah tersedia. Orde (ketertiban) yang dimaksudkan dalam pendidikan Barat teranglah sudah hanya paksaan dan hukuman. Dari sebab itu dasar pendidikan yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara menjadi orde en vrede, tertib dan damai, inilah yang akan dapat menentukan syarat-syarat sendiri, yang tiada akan bisa bersifat paksaan. Dan oleh karenanya, maka hukuman yang tiada setimpal dengan kesalahannya pun tidak akan peserta didik dapatkan. Semua itu adalah syarat-syarat guru yang hendak berusaha mendatangkan rakyat yang merdeka, dalam arti kata yang sebenar-benarnya yaitu lahirnya tiada terperintah, batinnya bisa memerintah sendiri dan dapat berdiri sendiri karena kekuatan sendiri. (Ki Hadjar Dewantara, op. cit., h. 13-14)

Selanjutnya, metode pendidikan yang cocok untuk membentuk kepribadian generasi muda di Indonesia adalah yang sepadan dengan makna pedagogik, yakni momong, among, dan ngemong (Opèn) yang berarti bahwa pendidikan bersifat mengasuh. Mendidik adalah mengasuh anak dalam dunia nilai-nilai. Dalam sistem among (Opèn) ini pengajaran berarti mendidik anak menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka pikirannya, dan merdeka tenaganya. Sementara alat atau cara mendidik dalam metode among (Opèn) terdiri dari enam, yakni:

  1. Memberi contoh: pamong memberi contoh atau teladan yang baik dan bermoral kepada peserta didik.
  2. Pembiasaan: setiap peserta didik dibiasakan untuk melaksanakan kewajibannya sebagai pelajar, sebagai anggota komunitas Taman Siswa dan sebagai anggota masyarakat secara selaras dengan aturan hidup bersama.
  3. Pengajaran: guru arau pamong memberikan pengajaran yang menambahkan pengetahuan peserta didik sehingga mereka menjadi generasi yang pintar, cerdas, benar, dan bermoral.
  4. Perintah, paksaan, hukuman: diberikan kepada peserta didik bila dipandang perlu atau manakala peserta didik menyalahgunakan kebebasan yang dapat berakibat membahayakan kehidupannya.
  5. Laku (perilaku): berkaitan dengan sikap rendah hati, jujur, dan taat pada peraturan yang terekspresi dalam perkataan dan tindakan.
  6. Pengalaman lahir dan batin: pengalaman kehidupan sehari-hari yang diresapi dan direfleksikan sehingga mencapai tataran “rasa” dan menjadi kekayaan serta sumber inspirasi untuk menata kehidupan yang membahagiakan diri dan sesama.
Ibu Dian Atriana Mukti, S.Pd Guru SMP Karangturi, Semarang – Jawa Tengah

Dalam tugas mendidik dan mengajar oleh seorang guru, diperlukan pula metode mengajar yang tepat yaitu dengan memberikan contoh atau menjadi panutan bagi peserta didik sehingga apa yang diajarkan guru dapat dilihat dan ditiru secara langsung oleh siswa. Selaras dengan keinginan Ki Hadjar Dewantara kepada semua pendidik atau guru dengan metode momong, among, dan ngemong (Opèn) yaitu agar para guru dapat mendidik peserta didik dengan cara mengasuh seperti anaknya sendiri. Tetapi mengasuh di sini dengan memberi nilai-nilai yang positif dalam kehidupan mereka. Dan bukan mengasuh dengan cara paksaan, melainkan dengan memperhatikan dan menuntun agar peserta didik bebas untuk mengembangkan dirinya masing-masing, supaya semua peserta didik dapat merdeka batinnya, pikirannya, juga tenaga.

Opèn ini berusaha saya terapkan dalam pembelajaran saya, dimana saat pembelajaran di awal pertemuan saya berikan “kontrak belajar” sebagai kesepakatan pembelajaran selama satu tahun sehingga siswa dan guru harus mengikuti “rules” yang sudah disepakati yang kemudian akan menjadi patokan dan menjadikan pembelajaran bisa berjalan dengan lancer tanpa adanya tekanan hukuman karena siswa sudah tahu aturannya dan tentunya harus menganggap para siswa itu seperti anak sendiri sehingga dalam pembelajaran ada keikhlasan yang bisa dirasakan oleh para siswa.

Selain guru Opèn guru juga harus mempunyai sifat peduli. Guru Peduli adalah sosok guru yang turut merasakan apa yang dirasakan oleh siswanya, menjadi pendengar bagi siswa, menjadi teman dekat siswa, dan menjadi orang tua bagi siswa. Misalnya saat akan memberikan materi pembelajaran, seorang guru harus tahu terlebih dahulu kondisi siswa, apakah siswa sudah siap secara fisik dan psikis dengan menanyakan kabar terlabih dahulu. Di sisi lain guru harus mencoba untuk berada di posisi siswa, sehingga dapat merasakan apa yang dirasakan siswa. Dan juga dalam menyampaikan materi, hendaknya guru bersikap seperti sahabat atau orang tua sehingga siswa merasa diperhatikan, karena jika guru bisa bersikap seperti sahabat akan lebih mudah diterima kehadirannya oleh para siswa dan jika seperti orang tua maka guru akan dihormati dan disegani.

Tidak kalah penting, menjadi seorang guru juga harus mempunyai empati di dalamnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Saya menjumpai siswa dengan berbagai karakter, jika saya tidak memahaminya tentu saja saya sebagai seorang guru akan kesulitan dalam memberikan materi pembelajaran, karena kedua hal tersebut berhubungan erat. Ada karakter siswa yang ceria ada yang pendiam, ada yang bisa dengan mudah mengungkapkan pendapat ada yang introvert. Empati dalam pembelajarn adalah bagaimana seorang guru bisa memahami dan merasakaan keadaan mental para siswa, sehingga guru menjadi dekat dan mengerti pola pembelajaran dan transfer knowledge akan dengan mudah tersampaikan.

Guru juga harus “Nyenengke” atau menyenangkan, jelas itu point yang sangat penting karena materi pembelajaran akan sampai jika guru sudah diterima oleh siswa, bagaimana bisa diterima? Seorang guru harus menyenangkan dan bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Guru perlu menciptakan suasana yang menyenangkan agar siswa tidak merasa terbebani. Akan lebih bagus lagi jika guru juga menyampaikan materi dengan metode pembelajaran yang interaktif Pembelajaran Berbasis Peminatan Setiap siswa memiliki minat, bakat, dan kemampuan yang berbeda. Pembelajaran yang menyenangkan bisa diciptakan melalui model pembelajaran. Beberapa model pembelajaran yang menyenangkan bisa dilakukan dengan permainan (game). Permainan ini dikaitkan dengan materi pelajaran yang diajarkan sehingga siswa tidak bosan, dan secara periodik dievaluasi, sehingga diketahui minat masing-masing siswa dalam mema-hami materi pelajaran yang diajarkan. Selain itu model pembelajaran dengan humor (Dananjaya, 1999) sebagaimana yang dikutip oleh Darmansyah (2010) mengatakan humor adalah sesuatu yang bersifat dapat menimbulkan atau menyebabkan pendengarannya merasa tergelitik perasaan lucunya, sehingga terdorong untuk tertawa. (Mulyati, Mumun. 2019). Ini saya rasakan sendiri ketika saya mengajar dengan memadukan games di dalamnya, siswa sangat excited dalam pembelajaran dan hasil belajar juga akan meningkat, jadi sangat penting menjadi guru yang “Nyenengke” atau menyenangkan.

Terakhir menjadi seorang guru harus inovatif. Menurut Udin Saefudin Sa’ud (2009:3) “Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invention maupun diskoveri”. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Makna kata inovasi adalah pembaruan atau perbaikan dengan disertai ke arah yang lebih baik dengan cara-cara tertentu. Inovasi pembelajaran merupakan pembaruan atau perbaikan suatu sistem pembelajaran agar pembelajaran menjadi lebih baik (Arifah, 2016:116).

Semakin banyak inovasi yang dilakukan oleh guru, maka semakin banyak pula hal-hal yang produktif yang dilakukan guru seperti persiapan mengajar yang matang, persiapan ruangan belajar yang menarik serta mendukung pembelajaran siswa, media yang menarik siswa untuk belajar lebih aktif, berkembangnya kebijakan sekolah kaitan dengan pembelajaran baik didalam kelas maupun diluar kelas dan sebagainya. Perkembangan iptek yang kini pesat, juga mengharuskan seorang guru untuk senantiasa mengikutinya dan memiliki inisiatif yang kreatif. Kondisi ini mengharuskan seorang guru untuk melek informasi dan teknologi. Jangan sampai seorang guru menjadi sosok yang gagap teknologi dan tidak mengikuti dinamika perkembangan teknologi yang berkembang sedemikian pesat (Mauladani, Yuza Huda. 2022)

Inovatif juga tidak kalah penting dalam pembelajaran. Karakter siswa saat ini yang mudah bosan apalagi pasca pandemi yang membuat siswa 2 tahun harus mengikuti pembelajaran online ketika mengikuti pembelajaran secara offline pasti akan sangat berbeda dan banyak siswa yang mengalami penurunan motivasi dan semangat belajar. Salah satu cara untuk meningkatkan semangat dan motivasi siswa dalam pembelajaran tentunya dengan pembelajaran yang inovatif, guru harus memjadi guru yang inovatif yang harus bisa mengeluarkan segala ide dalam pembelajaran yang membuat siswa menjadi semangat lagi dalam pembelajaran offline. Pembelajarn yang inovatif ini sedang saya jalankan agar siswa tidak bosan apalagi dalam mapel yang saya ajarkan yaitu “IPS” yang terkesan mudah membosankan membuat saya terpacu untuk membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, salah satu pembelajaran inovatif yang sudah saya ajarkan di tahun pembelajaran ini adalah outdoor learning dengan memadukan penggunaan gadget, Jigsaw dimana saya membuat pembelajaran dengan tutor sebaya, metode problem based learning, project based learning dan discovery learning juga saya terapkan agar pembelajaran menjadi inovatif, menyenangkan dan mudah diterima siswa tentunya.

Kesimpulan:

Menjadi guru harus OPEN, yaitu Opèn (momong) bisa menjadi orangtua kedua para siswa disekolah sehingga siswa nyaman dalam pembelajaran dalam rules atau aturan yang sudah diterapkan. Peduli, guru juga harus peduli terhadap siswanya yang membuat para siswa percaya dengan gurunya dan siswa menyadari keberadaan gurunya. Empati jelas harus punya sehingga pembelajaran tidak teacher centered melainkan  student centered memahami posisi siswanya dan pembelajaran mudah diterima oleh siswa dan “Nyenengke” (Menyenangkan) jika guru dan pembelajaran menyenangkan, niscaya transfer knowledge ini dan mudah sampai ke siswa. Semua hal tersebut bisa disempurnakan dengan metode pembelajaran yang inovatif yang mana guru harus punya banyak ide dalam mengola kelas agar menjadi berwarna dan tidak membosankan. Saya dan banyak guru yang lainnya meyakini bahwa jika kita menempatkan hati jiwa dan raga secara ikhlas untuk menjadi seorang guru, apapun yang kita lakukan tidak akan berat, justru bagi orang yang sudah menaruh hatinya, menjadi guru sangat menyenangkan dan akhirnya menyadari bahwa gurunya guru yaa para siswa itu sendiri karena banyak hal yang bis akita ambil pembelajarannya justru dari siswa. Semangat bapak ibu guru semua, saya yakin menjadi guru bukan pilihan yang salah, justru dari sini kita bisa mendapatkan Lillah . .

Penulis : Dian Atriana Mukti, S.Pd Guru SMP Karangturi, Semarang – Jawa Tengah

Daftar Pustaka

  • Dewantara, Ki Hadjar. Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Cet. IV, 2011.
  • Kusnandar. Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007
  • Purwadhi. (2019). Pembelajaran Inovatif Dalam Pembentukan Karakter Siswa. 4 (1), 22-23.
  • Mulyati, Mumun. 2019. Volume I (2). ISSN 2686-0767 | EISSN 2685-7595
  • https://osf.io/u54tb/download/?format=pdf
  • https://osf.io/u54tb/

Related posts