RadarJateng.com, Pendidikan – Hallo Bunda coba perhatikan, seberapa sering kita mendengar anak didik kita mengomentari pakaian yang bunda-bunda kenakan? “Bu, lihat bajuku, warnanya merah, putih atau warna yang lain.” Apa yang kebanyakan orang tua akan katakan ketika mereka mendengar anak-anak mereka mengatakan hal ini? Biasanya mereka akan berkata “wah bagus sekali, kamu sudah tahu betul warna merah dan putih”. Atau saat anak bercerita tentang kegiatannya: “Bunda, hari ini aku bangun pagi. Habis bangun aku lipat selimutnya, aku lanjutkan mandi, aku lanjut makan, aku lanjutkan naik sepeda, aku terus belajar, aku terus membaca.” Quran, dan sekarang aku ingin tidur siang, bolehkah aku tidur setelah makan siang? Bolehkah aku menontonnya sebentar?”
Bagaimana reaksi kebanyakan orang tua jika mereka mendengar hal yang sama dari anak-anak mereka?
“Karena sudah belajar pasti boleh melihatnya, tapi tidak boleh lama-lama melihatnya kan? Mungkin sebagian orang tua akan menjawab pertanyaan ini. Bukan berarti jawaban Bunda salah ya, namun ada hal yang perlu diketahui dan disadari oleh bunda bahwa ada perkembangan yang sangat penting yang dialami anak saat ini, yaitu: anak mempelajari konsep pola. Oleh karena itu, mempelajari konsep pola merupakan salah satu hal dasar yang perlu dikuasai anak, karena akan membantunya lebih mudah dalam memahami matematika nantinya.
Konsep Pola Adalah Bagian Dari Matematika
Matematika bukan hanya tentang mempelajari angka-angka tetapi juga tentang mengembangkan pemikiran logis anak. Oleh karena itu, sebaiknya anak di bawah 5 tahun tidak langsung belajar berhitung angka. Sebelum mencapai tahap menghitung, menjumlahkan, mengurangi dan langkah-langkah lainnya, anak perlu melalui beberapa langkah untuk memahami angka dan memahami konsep.
Anak usia dini hendaknya mendapatkan manfaat dari pengalaman diperkenalkan dengan konsep dasar matematika sejak awal. Metode pengantar didasarkan pada “pembelajaran aktif”, khususnya “latihan” dan “pikiran”. “Praktis” artinya anak aktif bersentuhan langsung dengan benda-benda konkrit dan aktivitasnya melibatkan tindakan nyata, sedangkan “mental” artinya aktivitas tersebut menyebabkan anak aktif berpikir. Anak usia 1,5 hingga 5 tahun dapat merasakan langsung kegiatan matematika dasar, salah satunya pengenalan konsep pola.
Mengenali dan memecahkan pola adalah bagian mendasar dalam mempelajari keterampilan matematika. Mempelajari pola yang paling umum, yang disebut “pola”, adalah salah satu keterampilan dasar yang paling penting namun mudah dan menyenangkan untuk diajarkan. Dengan menggunakan pola, anak-anak membuat koneksi, membuat prediksi, dan membangun landasan yang mereka perlukan di masa depan untuk memahami pola yang terdapat dalam angka dan persamaan.Seperti keterampilan apa pun, menguasainya membutuhkan waktu dan latihan.
Cara Mengajarkan Pola ke Anak Usia 5 – 6 Tahun
Bagaimana cara mengajarkan modeling kepada anak? Kita dapat memperhatikannya, mendengarkannya dan menciptakannya sedemikian rupa sehingga dengan menjelaskan suatu konsep menjadi suatu konsep yang nyata dan bukan suatu konsep yang abstrak. Ada banyak cara untuk memulai kegiatan ini karena mudah diterapkan sehari-hari. Mulailah dengan model yang sederhana, kemudian lanjutkan ke model yang kompleks.
Berikut contoh model sederhana yang mudah diajarkan kepada anak usia 5 – 6 Tahun :
ABAB ( kertas warna merah dan kertas warna putih) setelah pola ABAB, nantinya para ibu dapat melakukan variasi bersama anaknya untuk menciptakan yang lebih maju. Seperti yang kita ketahui, anak usia dini akan lebih cepat menyerap dan menangkap suatu konsep jika ia mempunyai kesempatan untuk memanipulasi objek dengan panca inderanya.
Berikut adalah Langkah-langkah aktivitas yang mudah diikuti untuk mengajarkan modeling kepada anak-anak:
- Mempersiapkan media yang akan digunakan untuk pembelajaran.
- Mengkondisikan anak agar siap melakukan pembelajaran.
- Bunda memperkenalkan media kertas minyak pola dan cara menggunakannya.
- Bunda mengenalkan beberapa warna dan nama nya. Anak diberikan kesempatan untuk menirukan serta mencari warna kemudian menempelkannya.
- Bunda memberikan contoh pola AB-AB terlebih dahulu, kemudian anak diberi kesempatan untuk mencoba.
- Setelah dirasa mampu, bunda memberikan penambahan pola yaitu ABC-ABC, kemudian meminta anak-anak untuk mencobanya.
- Anak yang mampu Menyusun pola sendiri dan tidak mengganggu temannya diberikan reward seperti stiker bintang di papan prestasi anak.
Manfaat media berpola bagi anak antara lain :
- Kemampuan kognitif anak dapat ditingkatkan tergantung tahap perkembangannya, karena anak dapat belajar mengenal pola dari yang paling sederhana yaitu pola AB-AB, hingga pola kompleks yang lebih kompleks yaitu ABCD-ABCD.
- Penggunaan bahan yang bermotif memberikan anak materi yang bervariasi sehingga tidak bosan saat belajar.
- Model pembelajaran ini dapat merangsang semangat penemuan anak sehingga dapat mengeksplorasi pengetahuannya sendiri. Dengan cara ini, ilmu yang didapat akan bertahan seumur hidup. Dalam hal ini, papan bermotif menjadi jembatan pengetahuan bagi anak.
Kelebihan dalam mengenalkan pola AB-AB: Bunda dapat mengembangkan kesadaran anak terhadap rangkaian pola AB-AB melalui pola sehingga lebih menyenangkan dan bermakna bagi anak.
Kekurangan dalam mengenalkan pola AB-AB: Mempersiapkan bunda untuk menyediakan alat dan bahan memerlukan biaya dan waktu produksi.
Penulis, Candra Agustina, S.Pd Guru TK Desa Geneng 02, Geneng-Gatak, Sukoharjo – Jawa Tengah