Memotivasi Belajar Bahasa Jawa dari Peristiwa Budaya Setempat.

Foto : Fahmi Nurul ‘Ulya, S.Pd ( Guru Bahasa Jawa ) SMP N 7 Salatiga – Jawa Tengah beserta murid - murid.

RadarJateng.com, Pendidikan Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni ( https://historikultur.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-budaya-dan -kebudayaan.html ,

Indonesia kaya akan budaya seharusnya kita sebagai bangsa Indonesia harus berbangga. Sudah selayaknya bagi bangsa dan masyarakat negeri ini untuk bertahan dan menjaga ragam budaya yang ada di Indonesia ini. Tidaklah heran jika budaya kita banyak dilirik oleh bangsa lain. Keanekaragaman budaya Indonesia dari Sabang sampai Merauke merupakan aset yang tidak ternilai harganya, sehingga harus tetap dipertahankan dan terus dilestarikan. Namun sayangnya, sebagai anak bangsa masih banyak yang tidak mengetahui ragam budaya daerah. Salah satu keragaman budaya Indonesia adalah yang ada di Jawa Tengah. Banyak budaya di Jawa Tengah yang tidak diketahui oleh generasi muda saat ini. Maka sebagai guru bahasa jawa di jawa tengah wajib mengenalkan budaya di jawa tengah khususnya yang ada di sekitar kita.

Pada kurikulum 13 muatan bahasa lokal Jawa Klas VII semester 2, pada aspek pengetahuan memuat materi m emahami isi teks deskriptif tentang peristiwa budaya dan pada aspek keterampilan memuat materi m menanggapii isi ragam teks deskriptif tentang peristiwa budaya dengan krama . Dari materi tersebut maka pengembang bahasa Jawa wajib mengenalkan dan melarang peristiwa budaya . Peristiwa budaya yang ada dan masih dilakukan sebagian besar masyarakat Jawa Tengah sampai sekarang adalah nyadran. Tetapi tentu saja tidak hanya nyadran. Disetiap daerah tentu ada banyak peristiwa budaya. Satu kota atau satu kabupaten saja terdapat banyak peristiwa budaya yang masih dilaksanakan oleh masyarakat sekitar.

Read More

Peserta didik diberi contoh nyadran. Kita jelaskan secara detail tentang nyadradan ditayangkan video tentang nyadran. Tentu saja kita harus menjelaskan pula kalau tata cara nyadran antara daerah yang satu dengan yang lain tentu ada hal-hal yang berbeda. Setelah siswa memahami dengan jelas, peserta didik diberi tugas untuk menuliskan peristiwa budaya yang ada di sekitar tempat tinggalnya yang masih dilaksanakan sampai saat ini. Tulis dengan bahasa ngoko supaya lebih mudah menulis dan memahami. Sumber tulisan bisa dari kejadian nyata, dengan wawancara atau cerita dari tokoh masyarakat. Apabila di tempat tinggal peserta didik tidak ada peristiwa budaya yang dikehendaki bisa mengambil peristiwa budaya dari daerah sekitar tempat tinggal peserta didik atau istilahnya dari daerah tetangga. Jika ternyata peristiwa budaya di tempat tinggal peserta didik itu sama dengan daerah di sekitarnya supaya tetap dilanjutkan menulis biarpun temanya sama. Beri waktu satu atau dua minggu untuk menulis teks deskriptif tentang peristiwa budaya yang ada di sekitar tempat tinggal peserta didik. Teks supaya diketik dengan rapi dengan aturan yang telah kita tentukan. Jangan lupa sertakan foto kegiatan jika ada.

Setelah semua siswa terkumpul, satu peserta didik diwajibkan supaya belajar di depan kelas. Setiap kali siswa selesai membaca hasil tulisannya, kita ulas tulisan tersebut. Kemudian peserta didik yang lain menyimpulkan bacaan. Supaya lebih menarik beri penguatan tentang cerita yang telah dibacakan misalnya dihubungkan dengan keadaan jaman sekarang atau hal-hal yang disukai peserta didik sesuai dengan teks asalkan tidak keluar jalur. Kemudian beri pertanyaan yang menarik supaya satu kelas merasa tertarik dengan cerita yang dibaca temannya tadi. Suruh peserta didik yang lain untuk menanggapi cerita yang telah dibacakan.

Bagi peserta didik yang tidak kreatif tentu hanya akan menyalin pekerjaaannya. Guru dapat menanggapi keadaan tersebut jika terjadi. Pekerjaan peserta didik dikumpulkan dulu, jadikan satu yang temanya sama kemudian dibaca sekilas. Guru tentu bisa menemukan naskah yang asli. Kemudian suruhb sumber asli tersebut untuk membacakan hasil tulisannya. Biasanya ada peristiwa budaya yang sama tetapi dengan nama yang berbeda. Jika kegiatannya ada sedikit perbedaan biasanya peserta didik langsung menyalahkan. Tanggapi pendapat tersebut. Jelaskan bahwa setiap daerah mempunyai adat dan budaya yang berbeda.

Ternyata dari kegiatan tersebut terdapat berbagai peristiwa budaya yang beragam. Peserta didik dapat menemukan budaya di sekitar tempat tinggalnya yang sudah semakin pudar dan mungkin justru orang-orang di sekitar tidak mengenal lagi misalnya yang ada di Salatiga ternyata ada peristiwa budaya Bancaan Sega Bali, Nyebar Dhuwit Nalika Bada, Sambatan dan masih banyak lagi. Dalam benak pembaca pasti terbersit pertanyaan, apakah cukup waktunya jika maju bersama?. Tidak menutup kemungkinan memang kegiatan tersebut memakan waktu. Tapi jangan khawatir, karena peserta didik tidak akan menulis berlembar-lembar. Paling-paling hanya satu lembar paling banyak dua lembar.

Peserta didik yang telah membacakan hasil karyanya tentu akan merasa bangga karena dapat memperkenalkan budaya di daerahnya dan teman-temannya tampil dengan senang. Apalagi jika teman-temannya tidak mengetahui dan perlu dijelaskan, tentu saja peserta didik yang membacakan hasil tulisannya akan semakin bangga bisa menjelaskan di depan kelas.

Sebagai gantinya setiap kelas ambil beberapa teks deskriptif tentang peristiwa budaya hasil karya peserta didik untuk dijadikan soal ulangan harian, soal Ulangan Tengah Semester, atau soal Ulangan Semester. Peserta didik akan lebih bangga dan semangat saat hasil tulisannya dijadikan sebagai soal.

Penulis, Fahmi Nurul ‘Ulya, S.Pd Guru Bahasa Jawa SMP N 7 Salatiga – Jawa Tengah

Related posts