Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Metode Snowball Throwing

Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Metode Snowball Throwing di SMP ATISA DIPAMKARA, Lippo Karawaci-Tangerang

RadarJateng.com, Pendidikan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuann Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diselenggarakan di setiap jenjang pendidikan, sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, salah satunya adalah jenjang pendidikan menengah pertama (SMP). Pembelajaran IPS yang disusun secara terpadu, memiliki tujuan agar peserta didik dapat memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Oleh sebab itu, pembelajaran IPS di tingkat SMP di Indonesia seharusnya menerapkan pembelajaran IPS secara terpadu.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya kualitas proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi, otak peserta didik dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2009). Untuk mengubah paradigma tersebut maka diperlukan suatu penerapan pembelajaran yang tepat untuk menciptakan suasana belajar yang aktif kreatif, dan tidak membosankan, serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.

Hasil observasi lapangan yang telah dilakukan di SMP Atisa Dipamkara, ditemukan beberapa penyebab masalah antara lain, rendahnya motivasi peserta didik dalam pembelajaran. Rendahnya motivasi belajar ini dikarenakan peserta didik bosan dengan cara pembelajaran yang monoton, peserta didik cenderung mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh pendidik di kelas. Praktek pembelajaran IPS selama ini lebih banyak berlangsung dengan pendekatan konvensional. Selama mengajar, pendidik lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Pembelajaran berlangsung monoton, dan pendidik menjadi satu-satunya sumber informasi. Selain itu, proses pembelajaran IPS jarang menggunakan media yang menunjang. Pendidik belum merancang pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Pendidik lebih memilih model pembelajaran yang simple seperti ceramah karena dianggap tidak ribet dan tidak perlu menyiapkan komponen-komponen pembelajarannya. Hal ini juga menyebabkan situasi kelas pasif dan pendidik verbalitas.

Read More
Antusias belajar murid SMP ATISA DIPAMKARA, Lippo Karawaci-Tangerang

Berdasarkan fakta di lapangan yang dibuktikan dengan kondisi-kondisi tersebut di atas maka perlu adanya perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. Perbaikan yang dipilih untuk meningkatkan hasil belajar kognitif, yaitu dengan melatih peserta didik agar mampu berpikir kritis dan kreatif dalam menjawab pertanyaan yang berbasis masalah yang terkait dengan dampak interaksi antar ruang adalah pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Dalam pembelajaran peserta didik dilatih untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di sekitar kehidupan peserta didik, melalui interaksi-interaksi dan kerjasama. Pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama antara peserta didik

PBL atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai pembelajaran berbasis masalah. Dalam penerapannya, peserta didik akan berkelompok dan berkolaborasi bersama-sama mencari jawaban dengan konsep yang dimengerti oleh masing-masing peserta didik (Setyorini, Sukiswo and Subali, 2011). Sehingga, permasalahan fokus kepada konten keterampilan yang akan dibangun dalam menghadapi masalah dan dapat menerapkan kembali ketika menghadapi masalah (Jones, 2013).

Langkah pelaksanaan model pembelajaran Project Based Learning yang dilakukan diantaranya; 1. Orientasi peserta didik kepada masalah; 2. Mengorganisasikan peserta didik; 3. Membimbing penyelidikan individu atau kelompok; 4. Mengembangkan dan menyajikan; 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Perbaikan meningkatkan motivasi belajar peserta didik juga dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran Snowball Throwing, yaitu model pembelajaran yang dikemas dalam bentuk permainan yang menarik dengan saling melempar bola dari kertas yang di dalamnya terdapat pertanyaan. Pertanyaan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis karena peserta didik tidak hanya berpikir, menulis, bertanya, atau berbicara.

Menurut (Hamdayana, 2014) pembelajaran dengan menggunakan model Snowball Throwing, termuat di dalam prinsip pendekatan kooperatif yang didasarkan pada lima prinsip, yaitu prinsip belajar peserta didik aktif (student active learning), belajar kerjasama (cooperative learning), pembelajaran partisipatorik, mengajar reaktif (reactive teaching), dan pembelajaran yang menyenangkan (joy-full learning). Sejalan dengan pendapat tersebut dalam penelitian (Amalia, 2015) mengungkapkan bahwa model pembelajaran Snowball Throwing berpengaruh positif terhadap minat belajar peserta didik. Minat mengacu pada keterlibatan diri yang disukai dan dikehendaki pada sebuah aktivitas (Schunk, 2012). Peserta didik yang memiliki minat tinggi terhadap suatu aktivitas maka secara tidak langsung akan terlibat aktif di dalam aktivitas tersebut.

Langkah-langkah pembelajaran Snowball Throwing yang dilakukan terlihat dari respons peserta didik yang merasa senang belajar dengan cara lempar bola pertanyaan. Bahkan ada beberapa peserta didik secara spontan menyampaikan bahwa belajar dengan sambil bermain lebih menyenangkan enjoy, dan tidak membosankan. Pernyataan dari beberapa peserta didik tersebut membuktikan bahwa rasa suka, tertarik terhadap suasana baru dalam pembelajaran yang diciptakan pendidik. Hasil observasi menunjukkan ketika kegiatan pembelajaran, peserta didik nampak antusias saling lempar bola yang telah berisi pertanyaan, dan rasa keingintahuannya tinggi untuk segera menyelesaikan masalah yang ada dalam bola. Kelas memang terkesan gaduh, namun kegaduhan itu menandakan bahwa peserta didik sangat menikmati proses pembelajaran. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran terjadi karena peserta didik sudah menyukai, merasa tertarik dan menaruh perhatian yang besar ke dalam proses pembelajaran.

Penulis, Cucu Kurniasih, S.E Guru SMP ATISA DIPAMKARA, Lippo Karawaci-Tangerang

Related posts