Pendidikan Karakter Dan Tantangan Global.

Menumbuhkan pendidikan karakter di TK Dharma Werti, Silayukti Kerobokan Kuta Utara Badung Bali dengan kegiatan upacara bendera.

RadarJateng.com, Pendidikan Sebagai keharusan sejarah, arus globalisasi dengan segala dampak baik-buruknya tidak mungkin kita halang-halangi. Dampak baik harus kita bisa gunakan untuk kemajuan peradaban. Sebaliknya, dampak buruknya tersebut dapat kita antisipasi. Mau tidak mau kita harus siap menerima gempuran yang dahsyat dari dampak buruk globalisasi. Salah satu cara yang paling efektif untuk itu adalah melalui pendidikan. Lebih tepatnya pendidikan karakter hati. Pendidikan karakter sejatinya bertujuan membentuk insan kamil, manusia yang sempurna. Bukan sempurna dalam fisik, tetapi lebih dari itu. Insan kamil adalah manusia dengan kompetensi profesional dan berakhlak mulia. Profesional merupakan skill dan kapabilitas, sedangkan akhlak mulia merupakan integritas diri (bermoral, religius, dan spiritualis) untuk membentuk insan kamil harus dimulai sejak anak-anak berusia dini.

Globalisasi harus dijawab dengan menyiapkan sumber daya manusia yang berkarakter kuat dan tangguh. SDM yang berkarakter kuat dan tangguh bisa menjadi pilar penopang tetap kukuh dan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita tidak bisa lari dari terjangan arus globalisasi. Oleh karena itu kita harus kerja keras, menyiapkan SDM yang berkarakter kuat dan guru-guru yang profesional. Globalisasi pada dasarnya adalah pengenalan terhadap masyarakat yang lebih luas. Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia cendrung tertarik dengan hal baru. Seorang anak akan tertarik saat melihat apapun, bahkan sebuah korek api yang belum ia ketahui. Orang dewasa pun tertarik melihat produk-produk teknologi terbaru. Hal ini menunjukkan ingin mengetahui hal yang belum diketahui merupakan sifat dasar manusia.

Sifat dasar inilah yang akan membuat seorang anak berusaha menyentuh, meraba, bahkan memakan sesuatu yang belum dikenalnya. Dalam konteks globalisasi era baru tersebut membawa hal-hal baru dalam kehidupan kita, baik kehidupan anak maupun kehidupan orang tua. Jika orang tua tidak waspada terhadap pengaruh buruk yang ada dalam proses globalisasi tersebut, pengaruh itu akan meresap dalam kehidupan mereka. Pada gilirannya pengaruh itu akan masuk dalam kehidupan anak. Salah satu pengaruh negatif globalisasi adalah munculnya rasa inferior atau rendah diri saat berhadapan dengan orang lain. Rasa rendah diri inilah yang kemudian tercemin dalam sikap meniru dan mengekor budaya orang lain yang belum tentu bagus bagi kita sebagai umat beragama.

Read More

Dalam perubahan tersebut, pendidikan karakter adalah sebuah keniscayaan. Sebab bangsa yang mempunyai karakter yang kuat akan dapat mencapai tampuk pearadaban dunia. Namun dalam penerapannya tidak semudah yang dibayangkan karena harus dihadapkan pada proses perkembangan jaman yang serba digital sehingga masalah dan tantangan yang muncul bersifat universal. Laju perkembangan pendidikan di era digital dapat dikatakan sangatlah cepat. Berbagai kemajuan dimilikinya tidak hanya dapat digunakan oleh orang dewasa, melainkan anak-anak juga dapat menikmatinya dengan lebih sederhana. Penggunaan teknologi banyak diterapkan dalam dunia pendidikan formal sebagai sarana untuk menunjang pola interaksi antar guru dan siswa di dalam kelas maupun di luar kelas.             Pentingnya pendidikan karakter bagi masyarakat Indonesia haruslah ditanamkan sejak dini pada seluruh masyarakat.

Kegiatan bercerita untuk menumbuhkan pendidikan karakter di TK Dharma Werti, Silayukti Kerobokan Kuta Utara Badung Bali

Lahirnya situs jejaring sosial berbasis website memiliki potensi berat bagi usernya ( penggunanya) untuk membuat profile, melihat postingan-postingan pengguna lainnya yang tersedia, serta dapat mengajak atau menerima permintaan pertemanan yang tergabung dalam situs tersebut yang telah menjadi standar dalam era komunikasi digital saat ini. Dengan berbagai kemudahan teknologi digital yang ada, tindak kejahatan dapat semakin terfasilitasi seperti game online yang dapat merusak mental remaja, konten-konten sosial media yang tidak sesuai umur anak tersebut, pornografi, plagiasi (pelanggaran hak cipta) , dan lain sebagainya.

Aktifitas anak lebih banyak bersentuhan dengan dunia digital daripada harus bertemu dan berinteraksi dengan teman sebaya yang berada dilingkungannya dengan bermain petak umpet, bermain kelereng, bermain sepeda, dan lain sebagainya. Hal tersebut menjadi tugas bersama keluarga, sekolah, dan masyarakat supaya anak tersebut tidak terkontaminasi dampak negatif dari era digitalisasi yang ada saat ini.

Pada era globalisasi tidak hanya memberikan manfaat dan peluang besar bagi mobilitas kehidupan manusia di dunia ini. Namun, terdapat tantangan di dalamnya yang harus diantisipasi dan dikontrol penggunaannya dengan dengan cara bersama-sama. Pengaplikasian teknologi di era globalisasi saat ini dapat dikatakan memudahkan urusan manusia akan tetapi lambat laun dapat memberikan efek kecanduan bagi para pengunanya karena orang tersebut telah terbiasa melakukan sesuatu dengan lebih mudah dan cepat. Adapun tantangan di era digital yang dihadapi dalam bidang sosial budaya adalh terletak pada kemerosotan nilai moral dan budaya dilingkungan masyarakat dan khususnya anak remaja yang menjadi salah satu tantangan yang amat serius dan jika hal ini tidak diawasi dan dikontrol maka akan berdampak pada tindak kenakalan remaja.

Dunia digital harus disikapi dengan serius oleh semua pihak dalam pengendaliannya agar dapat membawa manfaat bagi kehidupan orang banyak. Orang tua harus selalu meningkatkan pengetahuannya tentang dunia digitalisasi saat ini  khususnya tentang aplikasi-aplikasi yang biasa digunakan oleh anak-anak. Sebab orang tua tidak bisa mengontrol dan mengawasi anaknya jika orang tuanya sendiri gagap tekhnologi dan tidak bisa untuk mengoperasikan. Meminimalisir penggunaan internet dan gadget pada anak agar tidak mengganggu waktu belajarnya, orang tua harus tegas dalam melarang jika terdapat konten yang tidak pantas untuk ditonton, dan perlu adanya komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua dalam pengembangan afektifnya, serta perlu adanya penanaman budi pekerti dari orang tua yang selalu dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari agar anak tersebut menjadi terbiasa.

Penulis, Ni Nyoman Adi Indrayani, S.Pd Guru TK Dharma Werti, Silayukti Kerobokan Kuta Utara Badung Bali.

Related posts