Cara Bermain Anak Usia Dini.

Bermain peran kereta api bersama teman di TK Dharma Werti, Silayukti Kerobokan Kuta Utara Badung Bali

RadarJateng.com, Pendidikan Cara bermain anak usia dini merupakan bagian penting dalam mendapatkan pengalaman belajarnya. Materi tentang cara bermain anak usia dini akan memberikan pemahaman kepada kita mengenai hakikat pentingnya kegiatan bermain bagi seluruh aspek perkembangan anak, yaitu perkembangan kognitif, bahasa, fisik-motorik dan sosial emosional. Dengan pemahaman ini kita semakin mumpuni dalam menentukan jenis kegiatan bermain yang dapat dilakukan oleh anak, memilih media dan alat permainan edukatif yang sesuai dengan tahapan perkembangan serta merencanakan program stimulasi bermain untuk anak.

Bermain dan anak usia dini adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kegiatan sehari-hari anak didominasi oleh kegiatan bermain. Anak menjadikan bermain sebagai cara mereka untuk mempelajari lingkungan sekitarnya, menemukan pengalaman baru dan mencoba pengetahuan yang sudah dimilikinya ke dalam sebuah aktivitas yang menyenangkan untuk dirinya. Dengan demikian, bermain penting sekali dalam kehidupan anak. Apakah bermain? Bagaimana karakteristik anak saat bermain? Mengapa bermain penting dalam proses optimalisasi tumbuh kembang anak?

Bermain merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh anak usia dini setiap hari, sepanjang waktu anak terjaga. Proses belajar pun dilakukan dengan bermain. Anak menggunakan panca inderanya untuk menjelajahi lingkungan sekitar dalam bermain.

Read More

Bermain adalah hak melekat yang dimiliki oleh setiap anak, tanpa terkecuali. Bermain penting bagi kehidupan anak, seperti halnya kebutuhan untuk beristirahat dan beraktifitas secara kreatif sesuai dengan minat anak. Hal ini pun ditegaskan dalam UU Perlindungan Anak No 23/2002 Pasal 11 menyatakan bahwa “setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luangnya, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.” Dalam undang-undang tersebut jelas sekali bahwa bermain menjadi satu hal yang  sangat penting bagi kehidupan anak sehingga pemerintah pun akan menjamin bagaimana keamanan bermain anak. Bermain bagi anak sama pentingnya dengan hak-hak dasar lainnya seperti hak untuk mendapatkan perlakuan yang bebas dari diskriminasi, hak untuk berkreasi, hak beragama dengan bimbingan orang tua, dan hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Menurut Seafeld dan Barbour aktivitas bermain merupakan suatu kegiatan yang spontan pada anak yang menghubungkannya dengan kegiatan orang dewasa dan lingkungan termasuk di dalamnya imajinasi, penampilan anak dengan menggunakan seluruh perasaan, tangan atau seluruh badan (Carol Seefeldt & Nita Barbour :205). Kegiatan bermain yang dilakukan anak biasanya bersifat spontan penuh imaginatif dan dilakukan dengan segenap perasaannya.

Dalam bermain anak membuat pilihan, memecahkan masalah, berkomunikasi dan bernegosiasi. Mereka menciptakan peristiwa khayalan, melatih keterampilan fisik, sosial, dan kognitif. Saat bermain anak dapat mengekspresikan dan melatih emosi dari pengalaman dan kejadian yang mereka temui setiap hari. Melalui main bersama dan mengambil peran berbeda, anak mengembangkan kemampuan melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain dan terlibat dalam perilaku pemimpin atau pengikut perilaku yang akan diperlukannya saat bergaul ketika dewasa. Dapat disimpulkan bermain menjadi sebuah milieu yang tak tertandingi dalam mendukung perkembangan dan belajar anak (Carol Cople and Sue Bredekamp, 2006: P.20). Ini juga  menjadi alasan mengapa anak usia dini memerlukan waktu main lebih besar dalam sepanjang harinya.

Bermain mengelompokan warna di TK Dharma Werti, Silayukti Kerobokan Kuta Utara Badung Bali

Para ahli seperti Johnson, Christie, Yawkey 1987: Piaget 1962: Van Hoom et al,1993 sebagaimana dikutif Owcki mengamati bahwa perilaku main makin kompleks dan abstrak saat anak-anak maju sepanjang masa kanak-kanaknya. Kemajuan ini dapat diamati ketika mereka terlibat dalam tiga jenis main sensorimotor, main peran, dan main pembangunan (Gretchen Owocki, 1999:P.8) Tiga jenis main ini akan dilalui oleh semua anak tanpa memandang ras maupun bangsanya.

Bermain merupakan naluri yang dimiliki oleh setiap manusia tidak terkecuali anak. Pendapat Biben dan Soumni, ”play is an instinctive way of acquiring and rehearsing future skills.”  Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa bermain merupakan sebuah cara naluriah atau alamiah untuk memperoleh dan melatih keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan pada masa yang akan datang.

Jackman berpendapat bahwa bermain adalah sebuah perilaku yang didorong oleh motivasi pribadi (self-motivated), pilihan yang bebas, berorientasi pada proses, dan menyenangkan ditandai dengan aktivitas yang alamiah, sama sekali tidak dibuat-buat oleh anak. Bermain memungkinkan anak untuk menemukan, menciptakan dan mempelajari lingkungan sekitarnya. Anak-anak akan tersenyum, tertawa ataupun melepaskan lelah yang dirasakan secara natural.

Adapun Fromberg mengemukakan bahwa bermain adalah puncak yang menyatukan pengalaman anak. Hal ini memiliki makna bahwa pada saat anak bermain, seperti dalam menyusun alur main, berdialog atau terlibat dalam beragam aktivitas lainnya.

Berdasarkan pandangan-pandangan ahli yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dideskripsikan bahwa bermain adalah identik dengan kehidupan anak, bermain yang menyenangkan, sebagai refleksi pengalaman anak sehari-hari, alamiah dalam prosesnya, bebas, lepas mengeluarkan ide dan minatnya. Anak dapat mengeskplor dunianya menjadi suatu pengalaman hidup yang tak terlupakan. Dengan bermain anak menemukam sesuatu, dan dapat menambah rasa ingin tahu yang lebih besar lagi. Oleh karena itu, para ahli selalu menegaskan bermain adalah dunia anak, tidak ada anak yang tidak senang bermain.

Bermain banyak sekali memberi manfaat kepada anak usia dini, terutama pada proses tumbuh kembang yang ada pada diri anak usia dini. Kegiatan bermain dapat memberikan manfaat secara fisik karena bermain dianggap sebagai kegiata aktivitas yang dapat menggerakkan badan anak. Bermain juga dianggap sebagai kegiatan yang menyalurkan kegemaran atau kesukaan yang dimiliki sehingga bermanfaat dalam menjadi sebuah proses relaksasi yang akan membantu perkembangan sosial emosional anak.

Penulis, Ni Nyoman Adi Indrayani, S.Pd Guru TK Dharma Werti, Silayukti Kerobokan Kuta Utara Badung Bali

Related posts