RadarJateng.com, Pendidikan – Seiring perkembangan teknologi yang begitu pesat, tidak dapat dipungkiri bahwa masalah tersebut sangat berpengaruh pada sikap dan kartakter seorang anak. Kebiasaan berkomunikasi atau berinteraksi secara langsung juga terbatas, sehingga lambat laun memudarkan rasa kepedulian pada orang lain.Tanpa kita sadari sebenarnya kebiasaan buruk tersebut merupakan faktor kenapa anak sekarang lebih temperamental. Ditambah dengan sikap orang tua yang acuh terhadap perkembangan anak dan membiasakan mereka dengan alasan sibuk mencari nafkah.
Padahal Orang tua menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas perkembangan karakter anak karena keluarga merupakan penyelenggara pendidikan paling utama dan pertama sebelum pendidikan pendamping lainnya. Orang tua juga turut berperan dalam perkembangan karakter anak di sekolah. Ada beberapa kegiatan yang bisa orang tua lakukan seperti, memantau perkembangan perilaku anak mereka melalui buku kegiatan siswa yang sudah disiapkan pihak sekolah, aktif mengikuti kegiatan rutin atau bergilir yang dilaksanakan pihak sekolah dalam pertemuan-pertemuan antara orang tua dengan wali kelas dan guru-guru kelas.
Di era Digital saat ini anak-anak usia sekolah dasar tidak bisa lepas dari gadget bahkan menjadi sebuah kebutuhan. Gadget bagi mereka adalah teman setia. Kondisi seperti itu, orang tua perlu memperkenalkan kepada anak-anak mengenai situs pendidikan bila menggunakan gadget, seperti video-video animasi yang mengedukasi, sehingga anak tidak mudah bosan, atau games pendidikan yang mengasah kemampuan kognitif, video tata cara sholat, dan program-program belajar lainnya yang penting untuk diingat. Orang tua juga berperan mengawasi dan membatasi anak-anak dalam menggunakan ponsel, atur waktu kapan ia harus mengerjakan tugas sekolahnya, bersosialisasi dengan teman, bersosialisasi tengan keluarga, dan menggunakan ponsel atau gadget.
Anak-anak era digital telah banyak dimanjakan dengan teknologi yang serba canggih, seperti mencari bahan pembelajaran melalui situs Google, permainan mereka hanya sebatas game yang ada pada gadged, sedangkan permainan tradisional sudah banyak ditinggalkan. Ciri-ciri Generasi Digital adalah sebagai berikut: 1. Generasi digital ramai-ramai membuat akun di media sosial untuk membuktikan kepada dunia bahwa mereka ada. 2. Generasi digital cenderung lebih terbuka, blak-blakan, dan berfikit lebih agresif. 3. Generasi digital cenderung ingin memperoleh kebebasan. Mereka tidak suka diatur dan dikekang. Mereka ingin memegang kontrol dan internet menawarkan kebebasan berekspresi. 4. Generasi digital selalu mengakses dengan Google, Yahoo, atau situs lainnya. Kemampuan belajar mereka jauh lebih cepat karena segala informasi ada di ujung jari mereka.
Kalau pada akhirnya banyak kasus kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak kita, sebenarnya itu merupakan efek dari kebebasan mereka yang terlalu mudah mengakses informasi yang ada dimedia sosial. Selain itu kesalahan dari kurang pedulinya orang tua terhadap perkembangan yang dialami anak. Contoh kekerasan yang sederhana saja yaitu bullying dimana dampaknya sangat berpengaruh pada korban. Dampaknya bukan hanya jangka pendek melainkan jangka panjang bahkan bisa terbawa sampai korban melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Dampak bullying sendiri membuat korban menjadi minder, tidak percaya diri, cenderung menutup diri dari lingkungan sosial, menyakiti diri sendiri atau paling parahnya lagi ialah memiliki hasrat untuk bunuh diri.
Maka sebaiknya sebagai seorang pendidik dan orang tua, harus menjadi panutan dan rolemodel yang baik untuk anak demi membentuk kepribadian dan karakter yang baik. Apalagi di era digital ini sangat mudah untuk menggali dan mendapatkan informasi di internet. Sebagai pendidik ataupun orang tua sudah seharusnya menjadi pengawas dan pembimbing yang baik untuk anak-anak dalam mendapatkan infromasi. Apalagi usia anak-anak sekolah dasar yang masih belum mampu membedakan dengan baik mana hal yang baik dan mana hal yang buruk. Dikahawatirkan, dengan teknologi yang ada, anak-anak justru terkena dampak negatif dari teknologi itu sendiri karena kurangnya pantauan pendidik maupun orangtua.
Penulis, Kusmawati Marfuah, S.Pd Guru SMP Muhammadiyah 4 Mojogedang, Karanganyar – Jawa Tengah.