RadarJateng.com, Pendidikan – Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan atau PPKn secara umum merupakan bentuk pendidikan yang mengingatkan akan pentingnya nilai-nilai hak dan kewajiban warga negara supaya mereka menjadi warga negara yang berpikir tajam dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Pemerintah menggunakan mata pelajaran PPKn sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai budaya bangsa serta juga mengenai kebijakan yang bisa menjadi sumber pengetahuan peserta didik sehingga memiliki kesadaran untuk dapat membangun negara serta juga bangsa Indonesia.
Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan atau PPKn sangat penting bagi siswa untuk dapat berinteraksi dengan masyarakat serta diharapkan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa di lingkungan,sekolah,keluarga, dan masyarakat. Iklim pembelajaran oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar, demikian pula kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran .
Dalam proses pembelajaran PPKn seringkali peserta didik merasa jenuh sebab siswa dihadapkan materi-materi yang lebih banyak dikemukakan oleh guru, sedangkan siswa hanya sebagai pendengar saja, hal ini menyebabkan anak merasa jenuh dan bosan pada akhirnya anak kurang memperhatikan sebab metode yang lebih banyak dikembangkan oleh guru adalah metode ceramah tanpa banyak melibatkan siswa.
Jika pembelajaran PPKn kurang melibatkan siswa, dihwatirkan tujuan pembelajaran PPKn tidak akan tersampaikan secara utuh yang pada akhirnya tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik. oleh sebab itu perlu dibangun suatu interaksi belajar yang dapat memberikan kesempatan terhadap siswa untuk berinteraksi satu sama lain yang akan membentuk komunitas yang memungkinkan siswa untuk mencintai proses belajar dan mencintai satu sama lain.
Dari hasil pengamtan dan proses pembelajaran di kelas, melihat bahwa dalam pembelajaran PPKn di SMP Negeri 1 Wanasalam Kab.Lebak-Banten menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran secara optimal, dan kegiatan di kelas masih banyak didominasi oleh guru. sebagian dari jumlah siswa tidak tertarik terhadap pembelajaran PPKn yang terlihat dari ekspresi jenuh, Bosan, dan bersikap pasif dalam menerima pelajaran. tidak aktifnya siswa dalam menerima pelajaran PPKn disebabkan juga karena penyajian materi lebih banyak memuat aspek kognitif dan terpusat ada hafalan. akhirnya pelajaran PPKn lebih memberi kesan sebagai pelajaran hafalan yang membosankan dan kurang membangkitkan motivasi siswa untuk giat belajar yang pada akhirnya akan mempengaruhi perolehan hasil belajar para siswa.
Bukti kemerosotan nilai belajar siswa pada mata pelajaran PPKn terlihat dari rendahnya nilai ulangan harian atau UTS tidak tercapainya KKM pada mata pelajaran PPKn menjadi sebuah indikator bahwa nilai pendidikan PPKn lebih rendah diperoleh daripada mata pelajaran lain hal ini dapat dilihat dari tabel berikut. Kondisinya adalah beberapa siswa mengalami kesulitan dalam menjawab soal dan siswa yang bisa menjawab pun kurang atau tidak memberikan penjelasan kepada siswa lain yang belum mengerti. terlebih lagi Guru jarang Memberikan soal-soal latihan
Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat menyelesaikan permasalahan yang saya temukan pada proses pembelajaran di kelas. berdasarkan masalah yang saya temukan pada saat proses pembelajaran PPKn saya coba menggunakan model pembelajaran koopertif learning tipe jigsaw yang dapat meningkatkan aktivitas komunikasi dan hasil belajar
Dalam pembelajaran tipe Jigsaw, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 anggota, setiap kelompok diberi informasi yang membahas salah satu topik dari materi pelajaran mereka saat itu, dari informasi yang diberikan pada setiap kelompok ini, masing-masing anggota harus mempelajari bagian-bagian yang berbeda dari informasi tersebut. perkumpulan siswa yang memiliki bagian informasi yang sama ini dikenal dengan istilah kelompok ahli, dalam kelompok ahli ini masing-masing siswa berdiskusi dan mencari cara terbaik Bagaimana menjelaskan informasi kepada teman-teman satu kelompoknya yang semula setelah diskusi selesai, semua siswa dalam kelompok ahli ini kembali ke kelompoknya yang semula, dan masing-masing dari mereka mulai menjelaskan bagian informasi tersebut kepada teman-teman satu kelompoknya.
Jadi, dalam metode Jigsaw, siswa bekerja kelompok selama 2 kali yakni dalam kelompok mereka sendiri (kelompok asal) dan dalam (kelompok ahli) setelah masing-masing anggota menjelaskan bagian masing-masing kepada teman-teman satu kelompoknya. guru memberikan kuis kepada setiap anggota kelompok untuk dikerjakan sendiri sendiri tanpa bantuan siapapun skor yang diperoleh setiap anggota dari hasil kuis individu ini akan menentukan skor yang diperoleh kelompok mereka.
Kemampuan komunikasi interpersonal yang rendah ditandai dengan sulitnya seseorang untuk beradaptasi dengan lingkungannya, misalnya tidak dapat terbuka dengan orang lain, tidak memiliki empati, tidak bertegur sapa dengan teman, tidak menegur guru terlebih dahulu, sulit mengungkapkan pendapat saat diskusi, sulit mengawali dan mengakiri pembicaraan dengan orang yang lebih tua, dan lain sebagainya. Pengalaman yang diperoleh melalui proses pada proses penerapan teknik jigsaw dalam layanan informasi mendorong siswa untuk aktif berdiskusi dan melakukan komunikasi interpersonal dengan teman-temannya. Selain itu dalam materi layanan informasi yang berisikan pentingnya komunikasi interpersonal juga memberikan pemahaman dan motivasi pada siswa untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal yang dimilikinya.
Penulis, Saepullah, S.Pd Guru SMP Negeri 1 Wanasalam, Kab Lebak – Banten