RadarJateng.com, Pendidikan – Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa: “Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut (depdiknas, 2010 hlm.1)”. Tugas utama Taman KanakKanak adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan yang sesungguhnya di Sekolah Dasar (depdiknas, 2005, hlm 6).
Pengembangan berbahasa mempunyai empat komponen yang terdiri dari pemahaman, pengembangan pembendaharaan kata, penyusunan katakata menjadi kalimat dan ucapan. Keempat pengembangan tersebut memliki hubungan yang saling terkait satu sama lain, yang merupakan satu kesatuan (Dahlan dalam Daroah, 2013, hlm 3). Keempat keterampilan tersebut perlu dilatih pada anak usia dini karena dengan kemampuan berbahasa tersebut anak akan belajar berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi seharihari, bahasa yang sering digunakan dalam kegiatan sehari-hari adalah bahasa lisan.
Berbicara termasuk pengembangan bahasa yang merupakan salah satu bidang yang perlu dikuasai anak usia dini Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan, atau isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (depdikbud, 1984, hlm 7). Menurut Suhartono (2005, hlm.20) mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Metode bercerita (storytelling) merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak usia dini secara lisan, sehingga kegiatan bercerita (storytelling) dapat memberikan pengalaman belajar anak untuk berlatih mendengarkan informasi tentang pengetahuan, nilai dan sikap untuk di hayati dan diterapkan dalm kehidupan sehari-hari (moeslichatoen dalam yulianti, 2014, hlm 7). Menurut Mustakim (2005, hlm.12) cerita mempunyai makna yang luas bila ditinjau dari bentuk dan isi cerita. Dari segi bentuk cerita, dimaknai bahwa cerita adalah cerita fantasi atau hayalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, cerita benar-benar terjadi seperti dalam sejarah (history), cerita ini dalam imajinasi penulis atau pengarang (fiction). Dari segi isi cerita terdapat cerita tentang kepahlawanan, cerita ilmu pengetahuan, cerita keagamaan, dan cerita suka dan pengarang.
Berbicara tidak hanya melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda, tetapi juga mempunyai aspek mental yakni kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan. Meskipun demikian tidak semua bunyi yang dihasilkan dapat diartikan sebagai bicara. Ada dua kriteria yang dapat digunakan untuk memutuskan apakah anak berbicara dalam artian yang benar atau dalam artian yang salah (Hurlock, 1978, hlm.176). Selanjutnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2005, hlm.165) berbicara adalah “beromong, bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran, melisankan sesuatu yang dimaksudkan”. Bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, penggunaannya paling luas dan paling penting.
Boneka tangan adalah boneka yang terbuat dari kain yang dibentuk menyerupai wajah dan bentuk tubuh dari berbagai bentuk dengan macam jenis sifat yang dimainkan dengan menggunakan tangan dan digerakkan menggunakan jari-jari tangan. Boneka tangan juga merupakan media yang dapat membuat anak berimajinasi (Tadkiroatun Musfiroh, 2005, hlm 115).
Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari permainan menggunakan media boneka tangan ini, antara lain menurut Tadkiroatun Musfiroh (2005, hlm.22) adalah: 1) Tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya dan persiapan yang terlalu rumit. 2) Tidak banyak memakan tempat, panggung sandiwara boneka dapat di buat cukup kecil dan sederhana. 3) Tidak menuntut keterampilan rumit bagi pemakainya. 4) Dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi keaktifan dan menambah suasana gembira. Adapun langkah-langkah Bercerita dengan menggunakan boneka tangan adalah sebagai berikut: 1) Menyiapkan ruangan dan panggung bercerita sederhana yang akan digunakan. 2) Membuat naskah atau skenario bercerita yang akan dimainkan secara terperinci. Baik dialognya, harus disusun secara cermat, sekalipun dalangnya dimungkinkan untuk berimprovisasi saat ia mendalang atau memainkan boneka tersebut.
Pada saat anak menceritakan kembali cerita yang dibawakan guru, boneka tangan ini dapat merangsang dan dapat membantu mengingat kembali isi cerita. Berdasarkan beberapa hal yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kemampuan berbicara. Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui Metode bercerita dengan media boneka tangan dari cangkang telur pada kelompok A di TK Kartini Jetis” dengan harapan dapat menyajikan bahan belajar yang memberikan pengalaman lebih menyenangkan dan bermakna untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak.
Berdasarkan penelitian Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan melalui beberapa tindakan bahwa meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui metode bercerita dengan menggunakan boneka tangan sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak.
Penulis :Herdiyami, S.Pd Guru TK. Kartini Jetis, Jetis – Blora – Jawa Tengah