RadarJateng.com, Pendidikan – Keterampilan berbahasa dalam kurikulum 2013 di sekolah mencakup empat segi, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Salah satu keterampilan yang membutuhkan pemahaman yang mendasar adalah membaca (Tarigan, 2008:1). Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Tarigan, 2008:7).
Membaca merupakan aktivitas yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor yang datang dari dalam diri pembaca dan faktor luar. Selain itu, membaca juga dapat dikatakan sebagai jenis kemampuan manusia sebagai produk belajar dari lingkungan, dan bukan kemampuan yang bersifat instingtif atau naluri yang dibawa sejak lahir (Nurhadi, 2010:123).
Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi dan memahami makna bacaan. Tujuan utama membaca dalam hati atau silent reading adalah untuk memperoleh informasi. Membaca dalam hati dibagi menjadi dua, yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif (Tarigan, 2008:30—36).
Ketreampilan membaca intensif dibutuhkan dalam pembelajaran membedakan fakta dan opini pada surat kabar. Sebuah surat kabar mengandung pokok informasi penting. Pokok informasi tersebut disajikan melalui beberapa fakta dan opini. Sugiarto (2014:45) berpendapat bahwa fakta adalah hal (keadaaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan atau sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Opini merupakan pernyataan yang berisi pendapat, pemikiran, pendirian, dan saran atau pemikiran seseorang atas suatu hal atau peristiwa.
Untuk menentukan fakta dan opini dalam sebuah bacaan, diperlukan ketelitian dan pemahaman dalam proses membaca. Salah satu bacaan yang dapat kita jumpai fakta dan opini di dalamnya adalah jenis bacaan berupa editorial atau tajuk rencana. Editorial atau tajuk rencana merupakan artikel pokok dalam surat kabar yang berisi mengenai pandangan redaksi mengenai suatu kejadian.
Kemampuan membaca untuk menentukan fakta dan opini dalam editorial atau tajuk rencana sangat penting dikuasai, khususnya bagi para peserta didik tingkat SMA. Adanya pemahaman mengenai keterampilan membaca untuk menentukan fakta dan opini dalam editorial atau tajuk rencana menjadikan siswa mampu mencermati hal-hal yang terjadi di sekitar lingkungan sehingga menumbuhkan sikap kritis dan peka terhadap lingkungan sekitarnya.
Materi pelajaran yang tidak benar-benar dikuasai oleh siswa menyebabkan gagalnya hasil pembelajaran yang telah dilakuakan. Kriteria Ketuntasan Minimal SMA Negeri 9 Semarang mata pelajaran Bahasa Indonesia harus mencapai nilai 75. Siswa yang mendapat nilai di bawah KKM dianggap tidak tuntas, dan gagal dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, siswa yang nilainya berada di bawah KKM harus mengikuti remedial agar KKM dapat terpenuhi.
Sering kali saat pembelajaran di kelas siswa takut bahkan malas untuk bertanya kepada guru mengenai materi pelajaran yang belum mereka pahami. Kebanyakan siswa cenderung diam dan guru pun menganggap siswanya telah paham tentang materi yang baru saja disampaikan, karena tidak ada siswa yang bertanya maupun mengeluarkan pendapatnya mengenai kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Dengan demikian, materi pelajaran tidak dapat dikuasai secara maksimal oleh siswa, walaupun guru telah menyampaikan materi sesuai dengan RPP dan silabus.
Berdasarkan perihal di atas, agar siswa mampu memahami materi pelajaran secara maksimal, diperlukan metode pembelajaran yang cocok, menarik, serta mudah untuk dipahami. Metode pembelajaran yang dipilih adalah metode diskusi. Penerapan metode diskusi dalam proses pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, saling menghormati dan menghargai antarsiswa, dan berpikir logis dalam belajar. Kegiatan siswa dalam pembelajaran adalah bekerja secara kelompok sehingga siswa dapat saling bertukar informasi maupun pendapat dan memecahkan permasalahan secara bersama.
Penulis : Arga Dian Permana, S.Pd. Guru SMA NEGERI 9 SEMARANG, Banyumanik – Jawa Tengah