RadarJateng.com, Pendidikan – Latar Belakang, Karya sastra seperti novel, cerpen, roman merupakan suatu media yang tepat untuk sastrawan Indonesia dalam mengekspresikan pikirang mereka. Hal ini disebabkan karena sifatnya yang bebas dan kapasitasnya yang banyak sehingga sastrawan bisa mengekspresikan pikirannya dengan seluas-luasnya.
Menurut Ratna (2007:108) paling sedikit terdapat lima alasan mengapa karya sastra dianggap tepat untuk dianalisis melalui teori poskolonial. Alasan tersebut yaitu sebagai berikut. Pertama, sebagai gejala kultural sastra yang menampilkan komunikasi yang sangat kompleks, yang secara garis besar terjadi antara pengarang, karya sastra, dan pembaca. Gejala ini sekaligus menjadi mediator antara masa lampau dengan masa sekarang. Kedua, karya sastra menampilkan berbagai problematika kehidupan, emosionalitas, fiksi dan fakta, karya satra adalah masyarakat itu sendiri. Ketiga, karya sastra tidak terikat antara ruang dan waktu. Keempat, karya sastra adalah bahasa, sedangkan bahasa adalah satu-satunya cara mentranmisikan ideologi, yaitu ideologi kolonial. Kelima, berbagai masalah yang dimaksudkan dilukiskan secara simbolis, terselubung, sehingga tujuan-tujuan yang disuguhkan tidak tampak.
Novel Burung-burung Manyar karya Y.B Mangunwijaya adalah karya sastra yang dapat dipandang sebagai teks yang mengandung dimensi sejarah sehingga pemakaian teori poskolonial tepat untuk digunakan.
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Gay (dalam Sevillah dkk, 1993:71) metode penelitian deskriptif merupakan kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut pada pokok penelitian.
2. Pendekatan Penelitian
Endraswara (2003:8) mengartikan pendekatan sebagai wilayah (ruang lingkup) penelitian sastra. Wilayah ini berhubungan dengan aspek-aspek yang akan diungkap dalam penelitian. Pendekatan akan membingkai objek apa saja yang mungkin diungkap dalam penelitian. Itulah sebabnya, pendekatan juga sering dinamakan sebagai sebuah model penelitian. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan poskolonialisme.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut yaitu mengumpulkan data, mengolah data, menganalisis data, mengklasifikasikan data, menarik kesimpulan.
4. Hasil Penelitian
Dominasi Penjajah Terhadap Terjajah dalam Novel Burung-burung Manyar Karya Y.B Mangunwijaya
Dominasi dalam bidang pendidikan. Dominasi penjajah terhadap rakyat pribumi dalam bidang pendidikan memang sangat terlihat dalam hal sekolah-sekolah khusus. Walaupun ada sekolah untuk masyarakat pribumi namun tetap saja Belanda ikut mangaturnya. Tokoh Teto bersekolah di sekolah kaum Eropa karena kedudukan ayahnya sebagai seorang letnan tentara Belanda. Tito juga sekolah di sekolah HBS (Hogere Burgers School) atau sekolah menengah untuk kaum Belanda dan priyayi. Terlihat pada kutipan berikut:
“Maklumlah, anak letnan Kerajaan yang bersekolah di Sekolah Dasar kaum Eropa, masih keturunan Ningrat Keraton bahkan Surakarta segala, kok telanjang di selokan kebak tai” (Mangunwijaya, 2000:4—5)
Kelak, sesudah aku menjadi pelajar HBS dalam suatu kesempatan kol segala kerabat istana Mangkunegaran. (Mangunwijaya, 2000:6)
Dominasi dalam Bidang Pemerintahan. Pada saat Belanda mendominasi pemerintahan, keluarga Teto tinggal di rumah dinas di tempat yang khusus untuk para pejabat. Tetapi, setelah Belanda kalah rumah mereka justru ditempati oleh Jepang. Ini membuktikan, siapa yang mendominasi atau berkuasa akan mendapat tempat tinggal dan jabatan yang penting. Ayah Teto yang bernama Letnan Banjar Basuki merupakan seorang letnan tentara KNIL dengan jabatan Garnisun Devisi II Magelang. Ayahnya lulusan Akademi Breda Holland Belanda
“Yang melempari noni-noni itu biasanya aku, sebab aku anak letnan. Anak-anak kopral tentunya tidak begitu berani menganggu puteri-puteri ofisir-ofisir” (Mangunwijaya, 2000:8)
Dominasi dalam Bidang Budaya.
Lamanya penjajahan yang dilakukan oleh beberapa Negara seperti Belanda, Jepang, Portugis dan Inggris membuat adanya kontak antara budaya lokal dan budaya luar membuat kebudayaan yang ada di masyarakat mengalami pelenturan, sehingga budaya bangsa penjajah begitu mendominasi dan mewarnai budaya masyarakat pribumi. Berikut dominasi kebudayaan asing budaya bangsa Belanda dan Jepang yang terlihat di dalam novel Burung-burung Manyar.
1. Pergaulan bebas
Tetapi sayang, dalam pemainan Teto selalu curang. Dan pernah sesudah menang curang gobak sodor ia memaksakan hadiah ciuman. Padahal sudah disepakati jika Atik menang, Atik digendong Teto. (Mangunwijaya, 2000:23)
Kutipan di atas memperlihatkan budaya orang Belanda yang terlihat kurang sopan. Untuk ukuran anak seusia 12 tahun, lelaki dan perempuan tidak sepantasnya untuk melakukan hal yang bertentangan dengan agama dan kebiasaan. “mencium” wanita yang bukan saudara kandungnya itu merupakan hal yang tidak pantas untuk dilakukan.
2. Orang Belanda lebih senang berkelahi secara jantan. Orang Belanda justru tidak setuju dengan cara orang Jawa yang lembut dan halus. Ini sangat berbeda dengan budaya orang Jawa.
3. Orang Belanda mempunyai tingkat harga diri yang tinggi. Mereka tidak suka hidup membongkok dengan penuh takut terhadap penjajah.
Penulis , Aryana, S.Pd. Guru SMP Negeri 1 Kayuagung, Sumatra Selatan