Bahasa Jawa Menjadi Bahasa Asing Bagi Siswa?.

Ibu Rifanti, S.Pd Bersama Siswa SMA Negeri 9 Semarang, Banyumanik – Semarang, Jawa Tengah.

RadarJateng.com, PendidikanBahasa Jawa kini jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat pada umumnya cenderung menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi di kehidupan sehari-hari, dikarenakan tingkat tutur bahasa Indonesia yang relatif lebih mudah dibandingkan dengan tingkat tutur bahasa Jawa yang lebih kompleks. Adapun masyarakat yang dalam kehidupan sehari-hari berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa, namun masih belum tahu penggunaan bahasa Jawa yang  baku, karena sifatnya masih berupa bahasa dialeg. Pemerintah dalam hal ini ikut berupaya melestarikan kekayaan basa daerah dengan mencantumkannya di dalam kurikulum akademik di sekolah dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, sampai dengan Sekolah Menengah Atas, bahasa Jawa masih harus diajarkan. Bahasa Jawa di satuan pendidikan dimasukkan dalam kategori pelajaran muatan lokal yang bertumpu pada kurikulum satuan pendidikan itu sendiri.

SMA Negeri 9 Semarang, Banyumanik – Semarang, Jawa Tengah.

Latar belakang masyarakat yang kurang aktif berkomunikasi dengan bahasa Jawa menjadi tantangan berat bagi guru pengampu pelajaran bahasa Jawa. Bahasa Jawa yang dikemas dalam wujud mata pelajaran, dirasa sangat sulit dipahami oleh kebanyakan siswa. Siswa cenderung pasif dalam pelajaran bahasa Jawa.  Sejatinya penyampaian materi dalam bahasa Jawa bisa diterima oleh siswa, akan tetapi dalam aplikasinya siswa kembali menggunakan ragam bahasa Indonesia. Dengan tantangan tersebut, guru sebagai tombak utama pemahaman bahasa Jawa ke siswa harus punya strategi agar penyampaian materi bisa terjadi komunikasi dua arah dengan baik. Dalam artian siswa juga bisa mengaplikasikan bahasa Jawa bukan sekadar mengerti maksud tuturnya saja, namun juga bisa menuturkannya sampai pada tahap menerapkannya dalam suatu tagihan indikator pembelajaran.

Bahasa Jawa bisa ditangkap dan diaplikasikan dengan baik oleh siswa ketika guru mampu menyuguhkannya dengan model dan metode mengajar yang menyenangkan. Metode ceramah nyatanya dirasa sudah tidak sesuai dengan era sekarang. Ketika guru menyampaikan pembelajaran dengan metode ceramah saja, itu dirasa sulit dipahami oleh siswa, yang notabenya siswa sudah kesulitan memahami tutur kata ragam bahasa Jawa. Namun ketika guru menyampaikan pelajaran bahasa Jawa dengan sebuah pemodelan, permainan, dan menerapkan pendekatan TPACK yang berbasis teknologi, pelajaran bahasa Jawa akan mampu memberikan pemahaman lebih bagi siswa. Dengan demikian bahasa Jawa yang dirasa tingkat tutur katanya sulit, akan sedikit demi sedikit dipahami bahkan bisa diaplikasikan oleh siswa dan tidak akan ada kekhawatiran bahasa Jawa menjadi bahasa asing.

Read More

Penulis : Rifanti, S.Pd Guru di SMA Negeri 9 Semarang, Banyumanik – Semarang, Jawa Tengah.

Related posts