RadarJateng.com, Pendidikan – Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia antara 0–6 tahun, pada masa ini perkembangan kecerdasan anak meningkat dari 50% menjadi 80%. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini disebut sebagai golden age (usia emas). Pada masa ini, anak tumbuh dan berkembang secara alami. Jika pertumbuhan dan perkembangan anak dirangsang maka akan mencapai tahap yang optimal. Bimbingan dan rangsangan dari pendidik mengambil peran penting untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Butir 14 menyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Aspek sosial emosional perlu distimulasikan sejak usia dini, salah satunya adalah kemandirian. Kemandirian adalah kemampuan individu untuk mengatur dirinya sendiri dan tidak bergantung pada orang lain (Pangastuti et al. 2020).. Dengan memberikan pelatihan kemandirian sedini mungkin agar anak dapat mengembangkan diri di lingkungan tempatnya berada, sehingga anak akan lebih bertanggung jawab baik dalam tingkah laku maupun perbuatannya (Rahmita, Imron A Hakim 2018)
Begitu juga dengan pendidikan karakter yang sangat penting di bina sejak dini salah satunya adalah karakter tanggung jawab. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 137 tahun 2014, salah satu tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 dalam aspek perkembangan sosial emosional dalam sikap tanggung jawab anak salah satunya adalah mentaati aturan kelas, mengikuti aturan dalam setiap kegiatan, mampu menjaga dirinya sendiri. Dalam sikap tanggung jawab ini anak usia dini belajar bagaimana caranya menghormati dirinya sendiri dan orang lain seperti halnya menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan menjaga barang yang dimilikinya, menyimpan kembali peralatan bermain yang telah digunakan, menyimpan tas pada tempatnya, mengikuti kegiatan dengan baik sampai selesai dan lain sebagainya. Dan ketika anak sudah mampu mengerjakan tugasnya maka rasa percaya dirinya pun akan berkembang seiring berjalannya waktu.
Ada banyak cara untuk menumbuhkan kemandirian dan karakter tanggung jawab pada anak. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan mengajak anak untuk berkontribusi dalam kegiatan memasak. Memasak merupakan suatu bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi anak usia dini. Karena disesuaikan dengan prinsip pembelajaran anak bahwasanya pembelajaran yang menyenangkan merupakan pembelajaran yang tepat bagi anak usia dini. Ketika memasak telah masuk ranah sekolah maka dinamakan sebagai cooking class yaitu kegiatan memasak yang dilakukan di kelas. Hal ini sejalan dengan pendapat Borich dan Tombari (dalam Fadlillah dan Khorida, 2013:129) yang mengungkapkan bahwa “gaya belajar anak tidak terlepas dari hal yang dapat menarik minat atau menyenangkan anak.” Menurut Einon (2006) mengemukakan bahwa dengan memasak mengajarkan anak untuk membantu segala aktivitas yang dilakukan di dapur dan merupakan cara yang terbaik untuk memberikan latihan mengikuti petunjuk sekaligus untuk memperkenalkan berbagai konsep seperti berat dan volume dan meningkatkan ketertarikan pada hal- hal yang alami.
Kegiatan cooking class dapat membuat anak mandiri dengan melakukan kegiatan membuat Pisang krispi secara individu dengan bimbingan guru dalam melaksanakan kegiatan. Kondisi ini mampu mengurangi sikap anak dengan kebiasaan manja dan mengurangi ketergantungan anak terhadap orang lain (Elviana 2017).
Bertempat di TK Islam Ar-Rahman Palangki Sijunjung Sumatera Barat, setiap anak memakai topi koki sebagai atribut memasak. Semua anak berkesempatan untuk membuat pisang krispinya maing-masing, mulai dari membelah pisang, menyiapkan tepung terigu, menuangkan air ke tepung terigu dan mengatur kekentalan tepung terigu sebagai bahan pencelup pisang, menyiapkan tepung panir di piring, mencelupkan pisang ke bahan pencelup, menggulingkan pisang ke tepung panir hingga rata, setelah itu semua anak memasukkan pisang krispi ke wajan penggorengan dan digoreng oleh pendidik. Setelah pisang krispi matang, kemudian anak menyajikan pisang krispi dengan memberi topping sesuai kreativitasnya. Dalam kelas memasak Pisang Krispi di TK Islam Ar-Rahman Palangki Sijunjung Sumatera Barat, salah satu sikap yang dibina adalah kemandirian dan tanggung jawab anak. Aktivitas pada kelas memasak dipandu oleh guru yang memiliki peran mengendalikan kegiatan anak-anak
Dalam meningkatkan tanggung jawab anak dilakukan dengan memberikan tugas dan memberikan keyakinan kepada anak bahwa mereka mampu melakukannya. Dalam kegiatan cooking class, anak langsung dihadapkan pada kegiatan yang mengharuskan anak melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan proyek yang dihadapinya. Berdasarkan kegiatan tersebut, anak memperoleh pengalaman yang akan membentuk sikap sebagai kemampuan yang dimilikinya.
Adapun yang dapat dipelajari oleh anak ketika ia berkontribusi memasak diantaranya : 1) untuk mengikuti instruksi sederhana dan bekerja sampai selesai, 2) untuk merasa bangga pada apa yang dapat ia lakukan, belajar mengurus sesuatu, membantu dan bekerja dengan orang lain, 3) untuk menggunakan cangkir pengukur atau timbangan, 4) untuk mengamati dan memperhatikan hal-hal dengan lebih terperinci.
Semoga Bermanfaat.
Penulis : Yuni Wulandari, S. Pd Guru TK Islam Ar-Rahman, Kec. IV Nagari, Kab. Sijunjung, Sumatera Barat