RadarJateng.com, Pendidikan – Berbicara termasuk dalam kemampuan bahasa ekspresif. Bromley menyatakan kemampuan berbicara merupakan suatu ungkapan dalam bentuk kata-kata.Ada yang bersifat reseptif (dimengerti dan diterima) maupun ekspresif (dinyatakan). Contoh bahasa ekspresif adalah berbicara dan menuliskan informasi untuk dikomunikasikan dengan orang lain. Gordon dan Browne dalam Dhieni menambahkan bahwa penguasaan berbahasa ekspresif adalah semakin seringnya anak menyatakan keinginan, kebutuhan, pikiran dan perasaan kepada orang lain secara lisan.
Kemampuan bahasa ekspresif anak diusia 4-5 tahun menurut Steinberg dan Gleason termasuk dalam perkembangan kombinatori dimana anak sudah mampu berbicara secara teratur dan terstruktur, pembicaraannya dapat dipahami oleh orang lain dan anak sanggup merespon baik positif maupun negatif atas pembicaraan lawan bicaranya. Hal ini sesuai dengan Sugono yang menyatakan bahwa bahasa lisan atau bahasa ekspresif adalah bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap (Organ Of Speech) dengan fonem sebagai unsur dasarnya. Bahasa lisan mencakup aspek lafal, tata bahasa (bentuk akat dan susunan kalimat), dan kosakata.
Menurut Harris keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu : 1) keterampilan menyimak (listeningskills); 2) keterampilan berbicara (speaking skills); 3) keterampilan membaca (reading skills); 4) keterampilan menulis (writing skills). Setiap keterampilan berhubungan erat dalam memperoleh keterampilan berbahasa.Pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudahitu kita belajar membaca dan menulis.
Suhartono mengungkapkan bahwa bicara anak adalah suatu penyampaian maksud tertentu dengan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa supaya bunyi tersebut dapat dipahami oleh orang yang ada dan mendengar disekitarnya .Bunyi tangisan bayi sebenarnya juga mempunyai maksud tertentu, mungkin memanggil orang tuanya, mungkin kedinginan,mungkin lapar, mungkin haus dan sebagainya.Hampir semua bunyi yang diucapkan anak mempunyai maksud tertentu, walaupun bunyi tersebut bukan bunyi berbentu kata maupun kalimat.Jadi yang dimaksud bicara anak lebih luas maknanya dengan makna berbicara.Jika berbicara lebih diartikan sebagai pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang dapat dipahami oleh lawan bicara, tetapi bicara anak lebih diartikan bunyi yang diucapkan oleh anak,baik bunyi bahasa maupun bunyi-bunyi yang bukan bahasa tetapi diucapkan oleh alat ucap anak.
Dhieni, dkk (2007:6.6) menyatakan metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik Taman Kanak-kanak. Cerita yang dibawakan guru sebaiknya berkaitan dengan dunia anak agar mereka lebih mudah memahami isi cerita . Selain itu isi cerita bersifat unik, menarik dan menggetarkan perasaan anak sehingga mereka antusias untuk mendengarkan cerita tersebut hingga tuntas. Diharapkan dengan kegiatan bercerita anak dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi seperti sikap dalam berkomunikasi, mengulas isi cerita, merespon pesan secara tepat, kualitas suara dan penambahan kosa kata.Menurut Moeslichatoen (1999:158), adabeberapa macam teknik bercerita yang dapat dipergunakan antara lain guru dapat membaca langsung dari buku, menggunakan ilustrasi dari buku gambar, menggunakan papan flannel, menggunakan boneka, bermain peran dalam suatu cerita.
Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos dalam Daryanto, 2012:4).Penggunaan alat peraga atau media saat pembelajaran dapat membantu siswa memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkret.Untuk alat peraga yang digunakan harus memperhatikan keamanan, kebersihan dan kemudahan bagi pengguna.Selain itu alat peraga sebaiknya memiliki bentuk dan warna yang menarik. Boneka adalah benda tiruan dari bentuk manusia dan atau binatang (Daryanto, 2012: 33). Tangan adalah anggota badan dari siku sampai ke ujung jari.Suhartono (dalam Yunita, 2014:35) menyatakan bahwa boneka adalah benda tiruan dari bentuk manusia dan binatang. Jadi boneka merupakan salah satu model perbandingan dan dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan cara dimainkan dalam sandiwara boneka. Boneka merupakan model manusia atau yang menyerupai manusia atau hewan.Yunita (2014: 36) menyatakan, boneka tangan adalah tiruan dari bentuk manusia dan bahkan sekarang termasuk tiruan dari bentuk binatang yang dimainkan dengan menggunakan anggota badan dari siku sampai ujung jari.
Menurut Suhartono (dalam Yunita, 2014:36) membagi beberapa jenis boneka dilihat daribentuk dan cara memainkannya yakni terdiri dari boneka jari, boneka tangan, boneka tongkat dan boneka tali. Berikut beberapa penjelasan dari boneka tersebut antara lain.
- Boneka jari dibuat dengan alat sederhana seperti tutup botol, bola pingpong, dan bamboo kecil yang dapat dipakai sebagai kepala boneka. Sesuai dengan namanya boneka ini dimainkan dengan menggunakan jari tangan. Kepala boneka diletakkan pada ujung jari. Dapat juga dibuat dari semacam sarung tangan, dimana pada ujung jari sarung tangan tersebut sudah berbentuk kepala boneka dan dengan demikian pencerita tinggal memainkannya;
- Boneka tangan mengandalkan keterampilan guru dalam menggerakan ibu jari dan telunjuk yang berfungsi sebagai tulang tangan. Boneka tangan biasanya kecil dan dapat digunakan tanpa alat bantu yang lain;
- Boneka tongkat cara memainkannya dengan menggunakan tongkat. Tongkat- tongkat ini dihubungkan dengan tangan dan tubuh boneka;
- Boneka tali mengandalkan keterampilan menggerakkan boneka dan benang yang diikatkan pada materi tertentu seperti kayu, lidi, atau atap panggung boneka.
Berikut beberapa kelebihan penggunaan boneka tangan antara lain.
- Efisien terhadap waktu, tempat, biaya dan persiapan;
- Tidak memerlukan keterampilan yang rumit;
- Dapat mengembangkan imajinasi dan aktivitas anak dalam suasana gembira
- Boneka tangan mudah didapatkan, bahkan dapat dibuat sendiri oleh peneliti;
- Lebih mudah dalam memainkannya;
- Anak bisa berinteraksi langsung dengan boneka tersebut, seperti menyentuh dan memainkannnya;
- Boneka dibuat sesuai dengan tokoh cerita dan menarik bagi anak (Dhieni dalam Juliandari, 2011)
Sedangkan kelemahannya dari penggunaan boneka tangan antara lain.
- Apabila pembuatannya memberikan nilai seni dan keindahan serta mirip dengan aslinya maka dapat membantu imajinasi anak, namun apabila alat tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan maka kemungkinan akan mengaburkan imajinasi anak taman kanak-kanak (Dhieni, dkk,2007:6.34);
- Hafal cerita;
- Dapat membedakan suara antara satu dengan lainnya.
Ketentuan bercerita dengan boneka tangan antara lain.
- guru hendaknya hafal cerita, dapat bersuara yang membedakan antara boneka yang satu dengan yang lainnya;
- ada skenario cerita;
- menggunakan media boneka yang dapat di masukkan ke tangan;
- boneka dibuat sesuai dengan tokoh cerita, menarik bagi anakdan mudah untuk dimainkan anak ataupun guru;
- ukuran boneka relatif, yang penting dapat dilihat oleh anakdengan jelas dan digerakkan oleh tangan;
- sambil bercerita guru menggerakkan boneka tangan secara bergantian sesuai isi cerita
- setelah selesai bercerita guru memperlihatkan kembali seluruh boneka tangan secara bergantian;
- anakmenyimpulkan isi cerita;
- guru melengkapi kesimpulan isi cerita dari anak.
Penulis: Wiji Ida Lestari, S.Pd, TK Diponegoro 06 Sumbertempur, Kec. Wonosari, Kab. Malang, Jatim.