Membentuk Moral Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bercerita.

Kegiatan Bercerita di TK NURUL HADI, Kroya – Cilacap – Jawa Tengah

RadarJateng.com, Pendidikan Anak usia dini sebagai generasi penerus bangsa perlu dibekali berbagai hal agar tumbuh dan berkembang menjadi penerus bangsa yang cerdas intelektual, cerdas spiritual, cerdas emosional dan cerdas secara moral. Orang tua, guru, masyarakat dan pemerintah yang bertanggung jawab terhadap pendidikan perlu melakukan berbagai upaya untuk menyiapkan generasi masa depan yang lebih baik.

Moral sering diartikan dengan norma yang berlaku di masyarakat, baik berupa etika dan nilai yang dianut masyarakat dalam kehidupan. Istilah moral berasal dari kata latin mos (moris), yang berati adat istiadat, kebiasaan, peraturan, nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai atau prinsip moral. Anak yang bermoral adalah anak yang mampu membedakan baik-buruk, benar-salah, mengetahui apa yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan. Moral merupakan seperangkat keyakinan dalam masyarakat berkenaan dengan karakter atau kelakuan apa yang seharusnya dilakukan manusia (Syamsu Yusuf, 2009:132).

Moral bukanlah pengetahuan yang dihafalkan, tetapi sesuatu yang harus diwujudkan dalam perbuatan. Perilaku moral tidak diperoleh secara instan, tapi dibentuk sejak dini. Para ahli mengatakan bahwa pendidikan moral  yang ditanam pada saat anak usia dini ibarat mengukir di atas batu, tersimpan lama, menetap hingga dewasa. Menurut Brockman (1993),  perkembangan intelektual anak terjadi sangat pesat, sebanyak 80% terjadi pada usia 0-8 tahun. Potensi anak usia dini perlu digali dan dikembangkan agar tumbuh dengan seimbang dan optimal. Salah satu potensi terpenting yang harus digali serta dikembangkan adalah potensi moral-spiritual, karena potensi ini merupakan landasan utama dan pedoman bagi kehidupan anak di masa berikutnya. Manfaat pembelajaran nilai agama dan moral untuk anak usia 4-5 tahun dalam pendidikan anak usia dini adalah untuk merangsang dan membangun karakter pada anak.

Read More

Pengembangan moral merupakan pembentukan perilaku anak melalui pembiasaan yang terwujud dalam keadaan sehari-hari, hal tersebut untuk mempersiapkan sedini mungkin dalam mengembangkan sikap dan perilaku yang dilandasi moral pancasila. Pada anak-anak, nilai moral akan terlihat dari mampu tidaknya seorang anak membedakan antara yang baik dan yang buruk, jujur, ramah, menghormati orang tua dan guru, bertanggung jawab, sopan santun, menghargai teman dan menjaga lingkungan.

Esa Primawidia, (2017:28) menjelaskan beberapa manfaat dari pembelajaran moral. Pertama, mendorong siswa selalu bersyukur atas nikmat Allah  SWT. Kedua, mendorong siswa meyakini dan takwa kepada Allah SWT; Ketiga, mendorong siswa meyakini dan mencintai akidah Islam. Keempat, menumbuhkan benih akhlaqul karimah pada diri anak. Dari manfaat pembelajaran nilai agama dan moral pada anak usia 4-5 tahun anak pada usia tersebut dapat menjadi siswa yang salih dan salihah. Taman kanak-kanak menjadi tempat anak dalam usia emas (the golden age) untuk meletakkan foundasi dasar bagi perkembangan pada jenjang pendidikan selanjutnya, baik aspek fisik motorik, akademik intelektual, emosional, maupun mental spiritual dan keagamaan.

Membentuk Moral Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bercerita

Bercerita

Bercerita adalah kegiatan yang sangat disenangi dan disukai anak. Kegiatan ini biasanya dilakukan orang tua sebagai pengantar tidur. Kegiatan bercerita selain menyenangkan anak, ternyata memiliki banyak manfaat dalam mengembangkan berbagai aspek dan potensi anak, yaitu mengembangkan kemampuan bahasa (menyimak, berbicara), kemampuan berpikir, sosial, emosional, moral dan nilai agama serta imajinasi anak, fantasi anak akan berkembang melalui cerita. Bercerita membantu anak dapat mengembangkan kesadaran akan pentingnya beragama serta mampu melatih konsentrasi pada anak. Melalui metode bercerita, dapat disampaikan beberapa pesan moral untuk anak

Bercerita digunakan guru untuk menuturkan, menyampaikan informasi atau pesan yang ditujukan kepada siswa. melalui rangsangan cerita atau kejadian tertentu, dengan tujuan untuk mengasah keterampilan anak dalam menyimak atau mengingat materi yang disajikan untuk membantu anak dalam menyikapi permasalahan berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi dalam kesehariannya. Pentingnya bercerita untuk anak adalah sebagai alat yang digunakan untuk menstimulasi pendidikan budi pekerti yang terkandung dalam pembelajaran nilai agama dan moral.

Memberikan contoh cerita perilaku baik dan buruk mendorong anak dapat memaknai isi yang terkandung dalam cerita tersebut. Musfiroh (2013:7) menjelaskan, bercerita digunakan sebagai upaya untuk menanamkan karakter yang baik dalam menstimulasi enam aspek perkembangan anak, yaitu perkembangan moral, bahasa, kognitif, sosial emosional, motorik dan seni.

Menurut Nurbiana Dhieni dkk (2005), kelebihan metode bercerita adalah: (1) Dapat menjangkau jumlah anak lebih banyak; (2) Waktu dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efesien; (3) Pengaturan kelas menjadi sederhana; (4) Guru dapat menguasai kelas dengan mudah dan (5) Tidak banyak memerlukan biaya Sedangkan Kekurangan metode bercerita adalah: (1) Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan dan menerima pesan; (2) Kurang merangsang perkembangan kreativitas anak untuk mengutarakan pendapatnya; (3) Daya serap dan daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah sehingga sukar memahami tujuan pokok isi cerita; Dan (4) cepat menumbuhkan rasa bosan bila penyajiannya kurang menarik. Guru harus membawakan cerita sesuai dengan tahap perkembangan anak, baik dari bahasa, media dan langkah-langkah pelaksanaannya, agar lebih efektif, komunikatif, dan menyenangkan bagi anak.

Pelaksanaan metode bercerita lebih efektif apabila saat guru bercerita, anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan. Anak sebaiknya diberikan kesempatan bertanya apabila tidak memahaminya, sehingga mereka dapat menceritakan kembali. Dengan demikian, secara perlahan anak memahami hikmah di balik cerita tersebut.

Guru dalam hal ini perlu berlatih khusus agar mampu bercerita secara baik, anak-anak akan merekam semua doktrin, imajinasi, dan peristiwa yang ada di dalam alur cerita. Kualitas penalaran anak terhadap pendidikan moral yang disampaikan oleh gurunya melalui cerita, tergantung dari bagaimana guru menggunakan cerita agar penalaran dan pemahaman anak tentang moral dapat berkembang. Hal merupakan cikal bakal pembentukan karakter.

Penulis : Asri Widhiastuti, S.Pd Kepala Sekolah TK NURUL HADI, Kroya – Cilacap – Jawa Tengah

Related posts