RadarJateng.com, Pendidikan – Pendidikan anak usia dini merupakan upaya pemberian stimulasi, bimbingan pengasuhan dan pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi-potensi dalam diri anak sesuai dengan aspek perkembangan anak. Anak Usia Dini adalah makhluk sosial yang unik dan kaya dengan potensi. Sehingga perlunya pemberian rangsangan dari lingkungan, motivasi dan bimbingan agar potensi yang dimiliki anak dapat berkembang secara optimal.
Dalam pendidikan anak usia diniguru harus dapat mengembangkan mengembangkan 6 aspek perkembangan yang meliputi nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni. Aspek kognitif sangat diperlukan pada proses tingkat pencapaian perkembangannya, dengan berkembangnya aspek kognitif anak akan meningkatkan kemampuan yang ada pada dirinya.
Dalam meningkatkan aspek kognitif ada kemampuan pra-matematika pada anak usia dini yang harus diperhatikan guru, aspek yang dibutuhkan anak untuk memahami konsep pra-matematika adalah kemampuan anak untuk mengidentifikasi konsep-konsep pra-matematika yang dapat dipelajari anak dengan berbagai metode dan media. Menurut Suyanto (2005: 162) secara umum konsep untuk anak usia dini adalah: (1) memilih, membandingkan, dan mengurutkan, (2) klasifikasi, (3) menghitung, (4) angka, (5) pengukuran, (6) geometri, (7) membuat grafik, (8) pola, dan (9) problem solving. Konsep-konsep tersebut perlu untuk diajarkan dan diperkenalkan kepada anak sebagai bekal kehidupannya kelak.
Konsep dalam pra-matematika untuk anak usia dini yang harus dipahami oleh anak salah satunya adalah tentang pola. Pola (pattern) adalah menyusun rangkaian warna, bagian-bagian, benda-benda, ukuran, suara-suara dan gerakan-gerakan yang dapat diulang (Aisyah, 2008:5.34). sejalan dengan pendapat Sujiono (2007: 10) Pola atau Pattern adalah menyusun rangkaian warna, bagian-bagian, benda-benda, suara-suara dan gerakan-gerakan yang dapat diulang (Sujiono,2007:11.4). Kegiatan menyusun pola pada anak dimulai dari susunan yang sederhana antara 2 benda (AB-AB) lalu ke susunan yang lebih sulit seperti 3 benda pada usia 4-5 tahun (ABC-ABC) dan ke susunan yang lebih sulit lagi seperti 4 benda pada kelompok B dengan usia 5-6 tahun (ABCD-ABCD). Pengenalan pola ABCD-ABCD yang dilakukan dapat berdasarkan dimensi ataupun kriteria tertentu seperti warna, bentuk, dan ukuran (Permendiknas no 137 tahun 2014). Contoh pola AB berdasarkan ukuran yang dapat disusun oleh anak adalah besar-kecil, panjang-pendek, dan sebagainya. Sedangkan untuk pola ABC berdasarkan bentuk yang dapat disusun oleh anak contohnya adalah segitiga-lingkaran-persegi, dan sebagainya. Anak-anak juga dapat menyusun pola ABCD berdasarkan warna, misalnya seperti merah-hijau-orange-biru.
Menurut Smith (2006:76) prinsip-prinsip dalam pembelajaran mengenai pola yaitu:
- Pola dapat berupa numerik (angka) atau nonnumerik seperti melibatkan bentuk, suara, warna ataupun posisi.
- Pola terbagi pada tiga tipe umum: mengulangi pola, pola pertumbuhan dan pola hubungan posisi. Dalam tipe mengulangi pola dapat dicontohkan dengan 246-246-246 dan seterusnya. Dalam tipe pola pertumbuhan digunakan sebagai susunan ke yang lebih besar seperti pola XY-XYY-XYYY. Dan dalam tipe pola hubungan posisi dapat dicontohkan dengan hubungan dua perangkat, misalnya satu kotak krayon memiliki delapan krayon dengan pola 1-8, 2-16, 3-24 dan seterusnya.
- Anak usia dini memahami konsep pola menjadi empat tingkat: anak mengenali sebuah pola, anak menggambarkan suatu pola, memperluas sebuah pola dan menciptakan pola mereka sendiri. Anak-anak biasanya akan memulai dengan pola AB-AB.
- Pola berulang akan terlihat sulit jika menjadi dua atau lebih atribut, seperti warna dan jumlah, pola yang mudah bagi anak seperti AB, AABB,ABC dan pola yang lebih sulit meliputi ABB, AAB, ABCC, atau variasi lain yang lebih kompleks.
- Pola dapat dicontohkan dengan benda konkrit yang dekat dengan anak.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan materi yang disampaikan dapat dibantu dengan adanya media sebagai perantara. Media yang digunakan tidak harus dengan harga yang mahal, dengan harga yang terjangkau pun anak-anak dapat digunakan untuk belajar dalam mengenal pola salah satunya dengan kertas origami.
Penulis menggunakan media kertas origami dengan untuk membuat media ulat bulu dalam mengenalkan pola ABCD-ABCD. Adapun alat dan bahan yang digunakan:
- Kertas origami
- Lem kertas
- Mata boneka
- Gunting
Cara membuat “ulat bulu” dengan kertas origami :
- Memilih 4 warna kertas origami yang akan dijadikan untuk mengurutkan pola
- Gunting dengan bentuk persegi panjang 10x3cm
- Anak meggunting betuk lingkaran
- Setiap warna digunting menjadi 2 lembar
- Anak diminta untuk menyusun terlebih dahulu kertas origami sesuai polaABCD-ABCD yang warnanya telah ditentukan
- Anak menempel kertas dengan menggunakan lem
- Anak menempelkan origami bentuk lingkaran sebagai kepala ulat
- Anak memberikan hiasan berupa mata pada lingkaran
- Anak mengulangi pola warna yang telah dibuat
Penulis : Maya Lasuka, M.Pd, Paud IT Iqra’, Kec. Muara bangkahulu Kota Bengkulu