RadarJateng.com, Pendidikan – Dewasa ini teknologi berkembang sangat pesat. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya perkembangan teknologi ini terjadi di berbagai bidang termasuk di bidang pendidikan. Adanya pandemi Covid-19 yang merebak di tahun 2020 membuat perubahan cukup signifikan di dunia pendidikan. Pembelajaran yang sempat dilakukan secara daring/online membuat guru diharuskan untuk melek teknologi.
Di era globalisasi ini, siswa diharapkan dapat mengimplementasikan pembelajaran yang didapatkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pendekatan kontekstual perlu untuk digunakan oleh guru. Hasnawati (2006: 53) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Saat ini ketika kegiatan pembelajaran sudah dapat kembali dilakukan langsung di sekolah, tantangan bagi guru adalah bagaimana agar siswa dapat memiliki motivasi belajar yang tinggi. Berkaitan dengan motivasi, Sugihartono, dkk (2012: 20-21) menyatakan bahwa motivasi dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan memberi arah serta ketahanan pada tingkah laku. Motivasi tinggi dapat ditemukan dalam sifat perilaku siswa diantaranya:
- Ada kualitas keterlibatan siswa dalam belajar yang sangat tinggi.
- Ada perasaan dan keterlibatan afektif siswa yang tinggi dalam belajar.
- Ada upaya siswa untuk senantiasa memelihara atau menjaga agar senantiasa memiliki motivasi belajar tinggi.
Perkembangan teknologi yang begitu pesat membuat siswa sudah akrab dengan teknologi. Adanya fasilitas sekolah yang mendukung kegiatan pembelajaran dengan media berbasis TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge) membantu guru untuk semakin inovatif dalam kegiatan pembelajaran. Sitti Jauhar, dkk. (2022: 373) menyebutkan bahwa TPACK merupakan pengetahuan yang diperlukan untuk mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran.
Penulis sebagai guru kelas VI SD Negeri Pakunden 3 menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dengan menggunakan media berbasis TPACK berupa video dan Power Point untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Menurut Riyana (dalam Syaparuddin dan Elihami, 2020: 194), media video adalah media atau alat bantu yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran, baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman suatu materi pembelajaran.
Pada model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), terdapat 5 tahap pada sintaks kegiatan pembelajarannya. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Arends (dalam Safilu, dkk, 2020: 688) bahwa sintaks pembelajaran PBL adalah sebagai berikut:
- orientasi siswa pada masalah autentik
- mengorganisasi siswa untuk belajar
- membimbing penyelidikan individu/kelompok
- mengembangkan dan menyajikan hasil karya
- menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pada pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning (pembelajaran berbasis masalah), kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa. Pembelajaran dilakukan dengan pendekatan saintifik dimana siswa terlibat aktif dalam kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengomunikasikan. Penggunaan media video dan PPT juga membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini karena permasalahan yang disajikan guru dapat terlihat langsung di video dan PPT yang ditampilkan pada layar.
Siswa membangun pengetahuannya didasarkan pada orientasi masalah yang diberikan guru. Guru membimbing kegiatan diskusi kelompok dalam memecahkan permasalahan yang disajikan di lembar kerja peserta didik (LKPD). Kegiatan diskusi kelompok untuk memecahkan masalah yang diberikan pada Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) membuat siswa mengaplikasikan keterampilan abad 21 yaitu Creativity, Critical Thinking, Collaboration and Communication.
Setelah kegiatan diskusi selesai, siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok lain memberikan tanggapan. Selanjutnya guru bersama siswa menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yang telah dilakukan siswa. Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dimana siswa antusias dan terlibat aktif menunjukkan motivasi belajar siswa meningkat. Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru memberikan penguatan pembelajaran agar siswa lebih paham dan kegiatan pembelajaran lebih bermakna. Dengan begitu, siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkannya dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan pada kehidupan sehari-hari.
Penulis: Hesti Tri Rahayu, S.Pd. – Guru Kelas VI SD Negeri Pakunden 3 Ngluwar, Magelang, Jawa Tengah
Sumber:
Hasnawati. (2006). Pendekatan Contextual Teaching Learning Hubungannya Dengan Evaluasi Pembelajaran. Volume 3 Nomor 1. Diakses pada 26 Oktober 2022 dari https://journal.uny.ac.id/index.php/jep/article/view/635/498
Jauhar, Sitti, dkk. (2022). Analisis Penggunaan Media Pembelajaran Wordwall Berbasis TPACK pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SDS IT Rabbani Kecamatan Tanete Riattang Kabupaten Bone. Vol. 1 No. 3. Diakses pada 26 Oktober 2022 dari http://jurnal.sainsglobal.com/index.php/gpp/article/view/665/274
Safilu, dkk, (2020). Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (SNPBIO) 2019. UHO EduPress.
Sugihartono, dkk, (2012). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Syaparuddin dan Elihami (2020). Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Video Pada Pembelajaran PKn Di Sekolah Paket C. Diakses pada 17 September 2022 dari http://e-jurnal.stkipmsampit.ac.id/index.php/Pendidikan/article/view/160/148