RadarJateng.com, Pendidikan – Dunia bermain anak sangat dibutuhkan terutama pada anak usia dini dimana rentang usia tesebut anak masih perlunya stimulus untuk meningkatkan imajinasi serta kreatifitas pada anak tersebut, oleh karena itu baik pada pendidikan anak usia dini baik formal maupun non formal menggunakan teknik bermain. Dengan bermain, banyak hal yang dapat diajarkan pada anak tanpa memberatkan mereka melalui kegiatan bermain kita dapat mengamati kelebihan, kekurangan, sportivitas, kemampuan bersosialisasi serta sikap anak terhadap kawan, lawan maupun orang yang lebih tua.
Dalam pendidikan anak usia dini terdapat enam aspek bidang perkembangan anak yaitu meliputi Nilai –nilai agama dan moral, Fisik Motorik, Kognitif, Bahasa, Sosial Emosional dan Seni. Pada Kemdikbud (2020) masa PAUD adalah masa yang paling tepat untuk mengembangkan semua aspek potensi perkembangan anak, salah satu potensi yang harus dikembangkan sejak dini adalah kemampuan kognitif. Kempuan kognitif diperlukan oleh anak untuk mengembangkan pengetahuan tentang apa yang pernah mereka lihat, dengar, rasa, raba ataupun menghidu melalui panca indra yang dimiliki. Kemampuan kognitif pada anak usia dini diharapkan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan usia anak tersebut, sesuai dengan kurikulum kemampuan kognitif pada pendidikan anak usia dini meliputi kemampuan menyusun pola berdasarkan urutan warna, bentuk, ukuran, bunyi, fungsi dan sumber.
Kemampuan mengenal dan menyusun pola dapat dilakukan pendidik serta orang tua untuk meningkatkan kemapuan berfikir logis pada setiap anak dengan cara menstimulus, membimbing dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna, menyenangkan dan aman bagi anak. Kekurang efektifnya pendidik dan orang tua dalam membimbing dapat membuat antusias dan keaktifan anak dalam bereksplorasi dan belajar cendeung akan berkurang. Hal tersebut pada terjadi karena belum sepenuhnya pendidik dan orang tua menguasai metode yang akan diberikan kepada anak tentang bagaimana cara menstimulus kemampuan anak yang berbeda – beda.
Terdapat media untuk menstimulus anak agar anak tersebut tidak merasa jenuh dan bosan yaitu menggunakan media bermain loose part untuk mengenal dan menyusun menyusun pola. Loose part dapat kita dapatkan dari alam seperti biji-bijian, tanaman dan barang bekas lainnya yang mudah didapatkan.
Menurut Tim Publisher PAUD DIKMAS (2020) terdapat tujuh komponen loose part yaitu bahan alam, logam, kayu/bambu, benang/kain, kaca, keramik, plastik kemasan bekas. Loose part diharapkan dapat menciptakan kreasi tanpa batas dalam aktivitas pembelajaran dan dapat mempertajam kreativitas anak. Komponen bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran anak menggunakan media loose part todak pernah habis. Selain mudah, penggunaan loose part juga sangat baik untuk memperkenalkan alam dengan anak. Bahan ajar loose part dapat digunakan sebagai alat untuk mengeksplor berbagai aspek seperti pemecahan maslah, kreativitas, konsentrasi, motorik halus, motorik kasar, sains (science), pengembangan bahasa (literasi), seni (art), logika berpikir matematika (math), tehnik (engineering) dan teknologi (technology).
Menurut Puji Hartono (2021) tujuan penggunaan loose part yaitu agar anak mampu menciptakan atau mengembangkan kreativitas mereka, memanfaatkan kembali barang yang tidak terpakai sebagai media pembelajaran, selain itu, anak dapat menghargai benda – benda yang tidak terpakai sebagai media pembelajaran, selain itu anak dapat menghargai benda – benda yang ada disekitar mereka serta dapat menjaga lingkungan tempat tinggalnya. Kemudian manfaat bagi orang tua adalah kemudahan untuk mendapatkan media tersebut, sehingga saat belajar di rumah orang tua juga akan terbantu sekali dalam menstimulus perkembangan kognitif anak.
Berdasarkan Permendikbud No.137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Lingkup perkembangan kognitif anak meliputi : Belajar dan pemecahan masalah, mencakup kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari – hari dengan cara fleksibel dan diterima sosial serta menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks yang baru, Berfikir logis, mencakup berbagai perbedaan, klasifikasi, pola, berinisiatif, berencana dan mengenal sebab-akibat dan Berfikir simbolik, mecakup kemapuan mengenal, menyebut dan menggunakan konsep bilangan, mengenal huruf serta mampu merepresentasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk gambar.
Pembelajaran kognitif adalah cara belajar aktif yang berfokus untuk membantu anak mempelajari cara memaksimalkan potensi kecerdasan setiap anak, sehingga memudahkan anak untuk menghubungkan informasi baru dengan ide-ide yang ada sehingga memperdalam memori dan kapasitas dalam tahapan belajar anak.
Kegiatan-kegiatan yang memungkinkan anak-anak membangun pola dari manik- manik dan balok-balok akan menopang perkembangan keterampilan ini. Juga kegiatan menjodohkan mencocokkan, yang memungkinkan anak-anak untuk menyalin sebuah pola, membantu anak-anak mengembangkan pengetahuan tentang unrutan dan hubungan. Permainan menyusun pola ini di awali dengan pengenalan berbagai macam bentuk, ukuran, maupun warna.
Adapun manfaat permainan menyusun pola sangat baik untuk melatih daya ingat dan konsentrasi anak. Dengan permainan menyusun pola secara berurutan ini diharapkan anak-anak akan mampu mengekspresikan dirinya sesuai dengan tugas perkembangannya dan mengembangkan kemampuan kognitif yang dapat ditingkatkan melalui permainan menyusun pola secara berurutan (Seefeldt, 2008:398)
Dalam menyusun dan menirukan pola tersebut adalah merupakan suatu kebanggaan bagi anak jika ia berhasil melakukannya. Walaupun anak-anak tidak selalu memperoleh kemampuan menyusun secara berurutan. Beberapa anak dapat mengkreasikan susunan mereka sendiri, tetapi hal tersebut akan menjadi kesulitan besar pada saat menjelaskan susunan yang ada. Oleh karena itu, sangat penting mengamati anak yang sedang bermain untuk mengetahui kemampuan yang dimilki anak dan kesulitan apa yang mereka alami saat menggunakan suatu alat permainan (Sujiono, 2008:11.8).
Keterampilan menyusun sangatlah penting karena dapat membantu anak bersosialisasi dan memperluas pengetahuan mereka tentang persamaan dan perbedaan. Bekerja sesama teman akan sangat membantu mengembangkan keterampilan berpikir anak. Seperti belajar untuk mengamati (melihat sebgaian atau keseluruhan) atau mengumpulkan (dengan melihat bagaimana dari sebagian hingga keseluruhan (Sujiono, 2008:11.9).
Menyusun juga membantu anak mengembangkan kemampuan bahasa matematika yaitu pada saat mereka membicarakan tentang menyusun dan pengamatan.Bahan-bahan yang dapat digunakan pada kegiatan menyusun antara lain adalah manik-manik, kubus/balok yang berwarna-warni, biji-bijian dan variasi lain yang dapat disediakan pendidik sesuai dengan bahan yang tersedia di lingkungan sekitarnya.
Berikut langkah-langkah penggunaan dengan media loose part yang beragam sebagai media pembelajaran untuk mengenalkan kegiatan menyusun pola :
- Pendidik memberikan kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada hari itu dengan memberikan contoh gagasan cara menyusun pola berdasarkan urutan warna, bentuk, ukuran, bunyi, fungsi dan sumber yang anak akan buat
- Pendidik menyiapkan ragam loose part yang berbeda dengan contoh gagasan yang pendidik sampaikan, misalnya biji – bijian, daun kering, kerikil, kulit kerang, kancing baju, tutup botol, kaleng/botol bekas dan bahan lainnya yang akan digunakan pada kegiatan
- Dengan stimulus dan kalimat propokativ yang diberikan saat akan mau memulai kegiatan anak akan berfikir logis dan mendapat ide kreasi yang berbeda dengan bahan yang dicontohkan pendidik untuk menyusun pola.
Penulis : Alia Fulka, S.Pd, TK YKM I, Sawahan Rembang – Jateng