RadarJateng.com, Pendidikan – Usia dini merupakan usia awal yang paling penting dan mendasar sepanjang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada usia ini memberikan pendidikan sejak dini sangat penting untuk perkembangan kemampuan anak. Dalam Undang – undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 14, Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut. Dunia anak merupakan dunia yang penuh dengan permainan. Dimana masa penting bagi anak untuk dapat mengungkapkan semua rasa ingin tahu dan menemukan sesuatu yang baru.
Pendidikan anak usia dini didapatkan di sebuah Taman Kanak-Kanak yang menjadi tempat bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Baik untuk kegiatan yang memerlukan gerakan kasar maupun kegiatan yang memerlukan gerakan halus, karena syaraf-syaraf otot anak belum matang tentunya mereka ada yang mengalami kesulitan dalam menggunakan motorik kasar maupun motorik halusnya. Maka dari itu pendidik harus dapat mengembangkan motorik anak terutama motorik halusnya. Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja. Oleh karena itu gerakan motorik halus tidak terlalu membutuhkan tenaga akan tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat serta ketelitian (Depdiknas:2007:1).
Kebanyakan orang tua mengira bahwa keterlambatan perkembangan kemampuan motorik anak hanya akan menyebabkan kekakuan pada aspek motorik halus anak saja tetapi lebih dari itu, ada bahaya yang dapat ditimbulkan, diantaranya: berdampak pada perkembangan konsep diri anak sehingga akan menimbulkan masalah perilaku dan emosi anak, berdampak pada hubungan sosial anak yang dapat menyebabkan anak kurang percaya diri (minder) dengan temannya. Oleh karena itu kemampuan motorik halus anak harus kita kembangkan dengan baik agar bahaya itu dapat dihindari. Kemampuan motorik halus mulai berkembang setelah diawali dengan kegiatan yang amat sederhana seperti memegang benda-benda kecil, maupun membuat anyaman. Menganyam adalah kegiatan membuat kerajinan dengan cara susup menyusup atau silang menyilang antara lungsi dan pakan. Lungsi adalah helai batang anyaman yang disusun membujur, sedangkan pakan adalah helai batang anyaman yang disusun melintang (Waldjinah:2007:6).
Membuat sebuah anyaman agar dapat menghasilkan suatu karya seni yang indah tentunya memerlukan kemampuan motorik halus. Anak dapat belajar bagaimana mengingat pola yang harus diikuti dengan penuh kesabaran. Koordinasi mata dengan tangan serta daya ingat tentang pola yang harus dilakukan akan merangsang otak anak serta melatih kesabaran anak. Menganyam dalam masa kanak-kanak adalah untuk kesenangan dan tidak mengharapkan hasil akhir, tetapi kegiatan menganyam merupakan sumbangan yang penting untuk perkembangan anak. Menganyam memberikan kesempatan bagi anak untuk banyak belajar, diantaranya yang sangat penting adalah meningkatkan kemampuan motorik halus. Pembelajaran menganyam, sebagai dasar kemampuan motorik halus dapat diletakkan sebelum anak mengembangkan kebiasaan untuk menghadapi lingkungan dengan cara yang kreatif.
Seperti menganyam dengan menggunakan media yang berbeda seperti daun pisang yang ada dilingkungan sekitar, bisa meningkatkan rasa ingin tahu anak dan meningkatkan motivasi anak dalam belajar. Jadi kegiatan tidak monoton menggunakan kertas saja.
Pertama guru bisa memberikan pola anyaman yang mudah kepada anak.
Jika anak sudah mampu menganyam dengan terampil menggunakan tangan kanan dan kiri, guru perlu mengasah perkembangan motorik halus anak dengan kegiatan menganyam dengan pola berbeda, agar anak-anak merasa lebih tertantang lagi dan mereka akan merasa lebih senang.
Tujuan dari kegiatan menganyam menggunakan media berupa daun pisang, karena daun pisang mudah di dapat ada di sekitar kita dan tidak mengeluarkan biaya banyak untuk mendapatkannya. Melalui kegiatan menganyam dengan media daun pisang ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Saraf motorik halus anak dapat dilatih dan dikembangkan dengan kegiatan dan rangsangan yang continue secara rutin.
Penulis : Tutik, S.Pd, TK Muslimat NU Khadijah 5 Kartoharjo, Nganjuk Jawa Timur