RadarJateng.com, Pendidikan – Tunagrahita adalah suatu kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam komunikasi sosial. Anak berkebutuhan khusus ini juga sering dikenal dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya. Anak tunagrahita kategori sedang memiliki kemampuan gerakan jari-jari tangan dan koordinasi mata dan tangan yang lemah.
Tungrahita sedang merupakan anak-anak yang masih mampu dilatih untuk berkegiatan sehari-hari dengan mandiri dan dilatih beberapa jenis keterampilan sederhana sebagai penunjang hidup mereka dimasa mendatang. Dengan intelegensi antara 30-50 dan dilatih maka anak-anak tunagrahita sedang bisa mencapai kecerdasan maksimal setara dengan anak usia 7 tahun. Latihan dan kesabaran diperlukan agar anak-anak ini tetap mampu menolong dirinya dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Istilah yang digunakan untuk menyebut Anak Tunagrahita Kategori Sedang memang cukup beragam. Beragam istilah tersebut disebabkan oleh beragam sudut pandang ahli yang berbeda-beda. Anak Tunagrahita Kategori Sedang dapat juga disebut anak mampu latih.
Menurut T. Sujtihati Soemantri “Anak tunagrahita sedang disebut juga imbecil dan kelompok ini memilliki IQ 51-36 pada Skala Binet”.10
Berdasarkan pendapat di atas dijelaskan bahwa Anak Tunagrahita Kategori Sedang merupakan anak yang memiliki IQ di bawah rata-rata dan memiliki kemampuan yang dapat dilatih untuk mengurus dirinya sendiri. Menurut Elnang Finaros, “anak tunagrahita sedang merupakan anak berkebutuhan khusus yang fungsi intelektualnya di bawah rata-rata yakni IQ berkisar antara 30-50.” Sehingga mereka dapat diberikan pembelajaran yang terkait dengan dirinya sendiri seperti mengurus diri sendiri dan akademik fungsional/sederhana.
Media pembelajaran memiliki peran penting dalam kreativitas anak tunagrahita. Media dapat memfasilitasi perkembangan kreativitas anak yang disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan anak. Permainan yang dapat mengembangkan kreativitas anak salah satunya dengan menggunakan media plastisin. Media plastisin adalah bahan yang terbaik untuk digunakan belajar dengan anak-anak. Dengan bermain plastisin anak belajar meremas, menipiskan, dan merampingkannya, ia membangun konsep tentang benda, perubahannya dan sebab akibat yang ditimbulkannya. Swartz (2005:59) mengatakan bahwa plastisin merupakan bahan yang digunakan untuk bermain oleh anak-anak di kelas.
Plastisin memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan bagi anak-anak, namun bukan hanya aktivitas bersenang-senang. Melalui media ini, guru dapat menggunakan sebagai pembelajaran awal dan sebagai salah satu cara untuk mengobservasi perkembangan anak dalam berbagai area perkembangan. Ismail (2006:222) mengatakan bahwa media plastisin dapat melatih sekaligus mengembangkan kreativitas anak. Sebab, dengannya anak dapat melakukan aktivitas eksplorasi dalam membuat berbagai bentuk model secara bebas dan spontan.
Penulis sebagai guru TKLB ABCD Kuncup Mas Kabupaten Banyumas, memanfaatkan media pembelajaran plastisin untuk menyampaikan materi pembelajaran tentang pengenalan lingkungan alam pada anak usia dini. Media plastisin merupakan bahan pokok untuk bermain anak usia dini. Selain itu, plastisin juga memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan bagi anak. Kegiatan bermain plastisin ini dilakukan dengan cara membentuk, mewarnai, sehingga menimbulkan bentuk. Media plastisin ini membuat anak suka berkreasi sehingga dapat mengembangkan kreativitasnya.
Anak dilatih untuk menggunakan imajinasi untuk membuat atau menciptakan suatu bangunan atau benda sesuai dengan khayalannya seperti angka, abjad, binatang dan lain-lain. Manfaat bermain menggunakan media plastisin anak dapat mengoordinasikan jari-jari tangan, melenturkan otot-otot jari tangan, melatih keuletan dan kesabaran serta mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak. Pemanfaatan media plastisin membuat kreativiitas anak meningkat, disebabkan karena ketika proses pembelajaran berlangsung anak-anak sangat antusias dan terlihat senang. Penggunaan media plastisin sebagai alat pembelajarannya terlihat pada kegiatan mereka di saat meremas, memukul, dan mencabik-cabik sampai membentuk media plastisin yang sesuai dengan yang diinginkannya.
Penggunaan media plastisin merupakan salah satu alat permainan yang dapat mendorong imajinasi anak. Karena melalu media plastisin akan membuat anak suka berkreasi sehingga dapat mengembangkan kreativitasnya. Penggunaan media pembelajaran plastisin dapat dijadikan pilihan utama dalam meningkatkan kreativitas anak usia dini.
Penulis : Wisnu Ningsih, S. Pd Guru TKLB Hambatan Intelektual/ Tunagrahita SLB ABCD Kuncup Mas, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas.