RadarJateng.com, Pendidikan – Perkembangan fisik motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar otot yag ada dalam tubuh maupun seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan diri. Contohnya, berlari, berjalan, melompat, memukul, menendang, berlari, dan lain-lain.
Perkembangan motorik halus adalah meningkatnya pengoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan syaraf yang jauh lebih kecil atau detail. Kelompok dan otot syaraf inilah yang nantinya mampu mengembangka gerak motorik halus. Gerak motorik halus sebagai bentuk kebalikan dari gerak motorik kasar. Pada anak usia prasekolah telah terjadi perubahan besar (giant) pada gerak motoriknya. Sekedar contoh, gerakan tangan dan jari yang meningkat. Bahkan, pada tahap ini anak sering mencoba makan dengan tanganya sendiri. Orang tua harus sabar ketika menghadapi anaknya makan dengan tangan atau jari-jari mereka. Sebab anak pada fase ini belum terbiasa mencuci tangan sebelum makan. Selanjutnya, mencapai usia 3 tahun, anak sudah mulai bisa mengenakan baju sendiri, bahkan mampu memakai dan melepas sepatunya sendiri. Ketrampilan inilah yag disebu sebagai Self-Help Skill (Ketrampilan menolong diri sendiri). Nah, ketrampilan menolong diri sendiri ini akan mencapai puncak kesempurnaan pada usia 6 tahun.
Indikator Pencapaian perkembangan fisik motorik kasar dan halus Anak Usia 5-6 Tahun menurut peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia nomor 146 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 pendidikan anak usia dini yaitu: (1) melakukan berbagai gerakan terkoordinsi secara terkontrol, seimbang, dan lincah, (2) melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu melakukan gerak mata, tangan, kaki, kepala secara terkoordinasi dalam menirukan berbagai gerakan yang teratur (misal: senam dan tarian), (3) melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu melakukan permainan fisik dengan aturan, (4) melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu terampil menggunakan tangan kanan dan kiri dalam berbagai aktivitas (misal: mengancingkan baju, menali sepatu, menggambar, menempel, menggunting, makan).
Untuk meningkatkan motorik halus anak usia dini bisa menggunakan kegiatan meronce karena meronce merupakan salah satu kegiatan pengembangan motorik halus di TK.
Pengertian meronce
kegiatan menguntai dengan membuat untaian dari bahan-bahan berlubang , disatukan dengan tali atau benang sehingga dapat menghasilkan rangkaian yang dapat digunakan sebagai hiasan dan dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak.
Bahan Meronce
Bahan yang dapat digunakan untuk kegiatan meronce antara lain bahan alami dan bahan buatan. Secara umum bahan dasar yang digunakan untuk merangkai dan meronce antaralain bahan alam dan bahan buatan. Bahan alam adalah semua jenis bahan yang dapat diperoleh dari lingkungan sekitar secara langsung. Contoh dari bahan alam adalah jamur, bunga segar, buah-buahan, bunga kering, daun, kayu, ranting, tanah liat, dan biji-bijian. Sedangkan bahan buatan adalah jenis bahan yang merupakan hasil produk atau buatan manusia, baik bahan jadi adalah monte, manik-manik, pita sintetis, kertas berwarna, sedotan minuman, plastik dan lainya. Dalam penelitian ini bahan yang dipakai oleh peneliti dari bahan alam yaitu bunga.
Peralatan Meronce
Peralatan yang diperlukan dalam kegiatan meronce berkaitan dengan jenis bahan yang digunakan dan bentuk rangkaian/roncean yang dibuat. Jarum dan benang/tali tebal dan kaku agar memudahkan anak memasukkan roncean ke dalam benang.
Tahapan dan Langkah-langkah meronce
1. Siapkan potongan benang untuk dibagikan.
2. Siapkan bahan roncean sesuai dengan yang diinginkan.
3. Koordinasikan anak sebelum kegiatan meronce dimulai.
4. Kenalkan pada anak bahan yang digunakan untuk meronce.
5. Berikan contoh pada anak tentang kegiatan meronce.
6. Bahan roncean dironce dengan benang satu persatu sesuai dengan contoh guru.
7. Jika sudah selesai ujung benang sementara diikat dengan ujung benang pada. pangkal agar tidak lepas.
Manfaat Meronce Untuk Stimulus Anak Usia Dini
1. Sebagai stimulasi otot anak dalam tahapan perkembangan menulis.
2. Sebagai stimulasi kemampuan membaca anak.
3. Sebagai pengasah kemampuan kognitif anak yaitu mengingat pola urutan.
4. Sebagai latihan anak dalam berkonsentrasi.
5. Sebagai ajang latihan anak dalam memahami keindahan atau seni.
6. Sebagai sarana melatih daya imajinasi anak.
Penulis : Ria Yuni Kriswintari, S.Pd, TK Dharma Wanita Waung II, Kec Boyolangu Kab Tulungagung Jatim