RadarJateng.com, Pendidikan – Taman Kanak-kanak merupakan salah satu lembaga pendidikan anak usia dini yang keberadaannya sangat penting untuk menyiapkan sumber daya manusia berkualitas di masa mendatang. Pemerintah melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 28 Ayat 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan bahwa Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi diri anak sesuai dengan tahap perkembangan.
Salah satu metode yang diterapkan di Taman Kanak-kanak adalah metode bercerita. Moeslichatoen (2004) mengatakan bahwa metode bercerita merupakan pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman Kanak-kanak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan haruslah menarik, dan dapat mengundang perhatian anak. Isi ceritanya tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak Taman Kanak-kanak.
Metode bercerita yang menarik dapat membuat anak memperhatikan cerita serta anak dapat memahami apa yang hendak disampaikan melalui cerita tersebut. Sehingga anak-anak tidak menjadi jenuh, bahkan dapat menjadikan pembelajaran yang sangat menyenangkan bagi anak. Menurut Curenton dalam Michael L. Henniger (2009) bahwa bercerita sangat penting dalam pengembangan kemampuan terutama kemampuan berbahasa untuk anak usia dini.
Metode bercerita atau story telling mampu memberikan pemahaman kepada anak-anak dengan mudah. Cerita merupakan cara ampuh untuk mendidik anak agar anak dapat menerima pesan moral yang disampaikan melalui cerita. Seperti yang diungkapkan oleh Asfandiar dalam Muhammad Abdul Latif (2012) bahwa anak dapat dipengaruhi dengan sangat mudah melalui cerita atau dongeng. Oleh sebab itu, pesan moral seperti sikap yang baik atau buruk, balasan yang didapat ketika berbuat jahat, dapat disisipkan melalui cerita. Hal tersebut sependapat dengan Moeslichatoen (2004) yang mengungkapkan beberapa manfaat penting bagi pencapaian tujuan pendidikan di Taman Kanak- kanak, yaitu: 1) Menanamkan sikap kejujuran, kesetiaan, empati, keramahan, ketulusan, dan hal-hal positif lainnya, 2) Memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan, 3) Memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan apa yang disampaikan, 4) Memungkinkan untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor anak, 5) Memungkinkan pengembangan dimensi imajinasi serta perasaan anak TK.
Melalui metode bercerita banyak manfaat yang dapat ditimbulkan bagi perkembangan anak usia dini, sehingga dapat tercapai secara optimal. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009, tingkat pencapaian perkembangan kelompok usia 5-6 tahun, yaitu anak dapat memahami cerita yang telah dibacakan, anak mampu menceritakan kembali cerita yang pernah didengarnya, anak dapat menjawab pertanyaan secara kompleks mengenai isi cerita, anak dapat mengutarakan pendapatnya mengenai isi cerita. Hal tersebut sependapat dengan Skinner (Teori Behaviorisme) dalam buku Mustakim (2005) yang mengungkapkan bahwa perilaku yang ditunjukkan oleh anak TK dalam kegiatan bercerita, yaitu: (1) Anak dapat menceritakan kembali isi cerita; (2) Anak dapat menyebutkan tokoh dan watak pelaku cerita; (3) Anak dapat menyusun alur cerita dari awal cerita hingga akhir cerita; (4) Anak dapat memahami isi cerita; (5) Anak mampu menilai isi cerita.
Dalam memberikan sajian cerita kepada anak Taman Kanak-kanak, guru dapat menggunakan media-media yang menarik bagi anak, Menurut Dhieni (2005), bentuk-bentuk metode bercerita terbagi menjadi 2 jenis yakni tanpa alat peraga dan alat peraga. Misalnya boneka jari, boneka tangan, memanfaatkan papan flanel, wayang, dan buku cerita termasuk dalam bercerita menggunakan alat peraga. Kelebihan dalam penggunaan alat peraga adalah anak akan lebih tertarik mendengarkan cerita. Media yang bervariasi menjadikan cerita lebih menarik sehingga dapat mengembangkan imajinasi anak, dapat menghidupkan suasana dan anak lebih mengerti tentang gambaran atau isi ceritanya. Dalam setiap cerita yang dibawakan guru sangat menarik perhatian anak, apalagi media yang digunakan guru berupa boneka. Anak-anak sangat tertarik dengan media boneka dalam bercerita, terlihat anak begitu senang dan antusias melihat tingkah laku boneka yang diperagakan oleh guru.
Cara guru mengekpresikan tokoh cerita melalui intonasi suara yang menyesuaikan alur cerita juga, perlu diperhatikan dalam bercerita sehingga membuat alur cerita semakin hidup, misalnya saja tokoh cerita sedang bersedih, guru mengekspresikan tokoh cerita tersebut juga terlihat sedih. Guru sangat menghayati cerita yang dibawakannya sehingga anak ikut terlibat secara emosional.
Penulis: Elnora Sari Sinaga, S.Psi,. TK Chandra Kumala, Jln. Kelapa blok O Deli Serdang