RadarJateng.com, Pendidikan – Anak usia dini merupakan anak pada rentang usia 0-6 tahun, dimana seluruh potensi anak berkembang dengan pesat (Golden Age). Masa golden age merupakan masa yang tepat untuk mengoptimalkan perkembangan anak. Untuk mengembangkan seluruh potensi maka dibutuhkan stimulus yang tepat. Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan anak untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut.
Saat ini kecerdasan ganda telah menjadi paradigma baru pendidikan anak usia dini. Kecerdasan ganda merupakan teori psikologi dan neurosains di bidang pendidikan. Teori kecerdasan ganda yang dipelopori oleh Howard Gardner, seorang psikologi dari Project Zero Harvard University pada tahun 1983 membuktikan kecerdasan manusia itu lebih kompleks. Gardner (Musfiroh, 2011: 1.12) mengungkapkan kecerdasan ganda meliputi kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan musical, kecerdasan kinstetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial. Kecerdasan ganda memandang semua anak adalah cerdas. Tidak ada anak yang tidak cerdas, hanya ada anak yang menonjol dalam salah satu kecerdasan atau beberapa kecerdasan, seperti kecerdasan visual spasial.
Kecerdasan visual spasial merupakan kemampuan mempersepsi dunia spasial secara akurat serta mentransformasi persepsi visual spasial tersebut ke dalam berbagai bentuk (Musfiroh, 2011: 4.3). Kecerdasan visual spasial dapat disepadankan ke aspek perkembangan seperti seni yaitu anak mampu menggambar bebas dengan berbagai media. Kecerdasan visual spasial meliputi kemampuan sesorang untuk memahami konsep warna, kompsisi, desain, seni dan juga aspek didalamnya yaitu kreatifitas serta memahami konsep ruang (Wijanarko, 2010: 26). Kemampuan atau kecerdasan seorang anak dapat dideteksi sejak dini dengan memperhatikan perilaku anak yang menunjukkan indicator kecerdasan visual pada diri anak.
Menurut Amstrong (Musfiroh, 2011: 4.7), anak yang cerdas dalam visual spasial suka mengerjakan maze, dan permainan lain yang menunjukkan ketajaman melihat, menggambar, merancang sesuatu, membangun balok-balok, atau lego. Menggambar merupakan salah satu kegiatan yang menyenangkan untuk mengembangkan aspek perkembangannya baik untuk pengembangan kognitif, motorik halus maupun seni.
Kecerdasan visual spasial dapat ditumbuhkembangkan dengan stimulus yang tepat dari orang dewasa yang ada di sekitarnya baik orang tua maupun pendidik. Stimulus yang tepat dapat dilakukan melalui kegiatan menggambar. Menggambar merupakan kegiatan yang dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan anak. Menurut Pamadhi & Sukardi (2010: 2.9), manfaat menggambar bagi anak sebagai berikut:
- Alat untuk mengutarakan (berekspresi) isi hati, pendapat maupun gagasannya
- Media bermain fantasi, imajinasi dan sekaligus sublimasi
- Stimulasi bentuk ketika lupa, atau menumbuhkan gagasan baru
- Alat menjelaskan bentuk serta
Kegiatan menggambar dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai media. Media menggambar dapat berupa kertas dan karbon, kanvas, papan kayu lapis, keramik gerabah, batu, dan fiber glass (Pamadhi & Sukardi, 2010: 2.22-2.31). Adapun peralatan yang digunakan dalam menggambar seperti pensil, arang dan kuas.
Kegiatan menggambar memiliki dampak bagi pengembangan kecerdasan visual spasial anak, terutama kegiatan menggambar bebas yang memberikan kesempatan kepada anak untuk berekspresi dan berimajinasi. Mengingat usia anak, maka pendidikan seni rupa termasuk aktivitas menggambar yang diberikan mengacu pada pendekatan ekspresi bebas. Menurut Franz Cizek “Bapak” pendekatan ekspresi bebas, seni rupa adalah seni yang hanya bisa diciptakan oleh anak dan gambar anak haruslah diberi kebebasan untuk tumbuh bagaikan kembang bebas dari gangguan orang dewasa (Widiastusti, 2009). Oleh karena itu, peran pendidik pada pembelajaran anak usia dini untuk mengembangkan kecerdasan visual spasial adalah sebagai fasilitator yang memberikan pengalaman kepada anak untuk bereksplorasi.
Berdasarkan manfaat kegiatan menggambar bebas terutama untuk mengembangkan kecerdasan visual spasial anak, maka pendidik dapat menerapkan pembelajaran menggambar bebas di lembaga PAUD, karena melalui kegiatan menggambar bebas, anak dapat berekspresi dan berimajinasi sehingga semua aspek perkembangannya dapat berkembang secara optimal.
Penulis : Ruyanah, S. Pd, TKIT Permata Bunda, Jln. Gak Kompleks KPR BTN Bambu Pemali Merauke