RadarJateng.com, Pendidikan – Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pemberian rangsangan pendidikan bagi anak usia dini adalah stimulasi pada seluruh aspek perkembangan yang diantaranya adalah agama dan moral, kognitif, seni, bahasa, sosial emosional dan fisik motorik.
Aspek perkembangan fisik motoric merupakan salah satu aspek perkembangan yang penting untuk di stimulasi dikarenakan anak yang memiliki keterampilan pada fisik motoric akan lebih mudah untuk mempelajari hal yang baru dan mempermudah anak untuk menjalani kehidupan sehari-harinya. Aspek perkembangan fisik motorik dibagi menjadi dua bagian yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar melibatkan otot-otot besar seperti berlari dan melompat. Hal ini didukung oleh pendapat Sher (2009: 37) dalam (Fitriani, 2018) yang mengatakan motorik kasar adalah sebuah kegiatan fisik yang dimana memerlukan adanya koordinasi seperti beberapa jenis olahraga ataupun tugas-tugas atau aktivitas sederhana seperti melompat dan berlari. Sejalan dengan pendapat tersebut, Decaprio (2013: 18) dalam (Fitriani, 2018) berpendapat bahwa motoric kasar merupakan gerakan atau aktivitas pada tubuh yang memakai otot-otot besar ataupun sebagian dari otot besar yang ada.
Motorik halus merupakan sebuah kegiatan atau aktivitas yang melibatkan otot-otot kecil. Hal ini didukung oleh pendapat Sumantri (2005: 143) dalam (Yulianto & Awalia, 2017) yang berpendapat bahwa motoric halus adalah penggunaan pada beberapa atau sekelompok otot-otot kecil yang terorganisasi seperti jari jemari dan tangan yang sering memerlukan kecermatan dan koordinasi. Kegiatan pada motoric halus adalah menggunting, mewarnai, meronce, dll. Motorik halus memiliki beberapa fungsi menurut Depdiknas (2007) dalam (Afifah, dkk, 2020) yaitu: 1) melalui keterampilan motoric, anak dapat terhibur dan merasa senang 2) melalui keterampilan motoric, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan pertama kehidupannya, ke kondisi yang bebas dan tidak bergantung, 3) melalui keterampilan motoric, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Sementara tujuan dari keterampilan motoric halus menurut Ningsih (2015: 3) dalam (Agustina, dkk, 2018) adalah a) meningkatkan keterampilan motoric halus anak dapat mengembangkan keterampilan motoric halus anak khususnya koordinasi antara mata dan tangan anak secara optimal, b) saat anak mengembangkan keterampilan motoric halusnya diharapkan anak dapat menyesuaikan lingkungan sosial dengan baik serta menyediakan kesempatan untuk mempelajari keterampilan sosialnya karena setiap pengembangan tidak dapat terpisah satu sama lain, c) semakin banyak anak melakukan sendiri suatu kegiatan maka semakin besar juga rasa percaya diri anak.
Menggunting adalah salah satu kegiatan yang dapat dilakukan anak untuk melatih dan meningkatkan kemampuan motoric halusnya, karena dengan menggunakan gunting, anak dilatih untuk menggunakan alat dan terampil dalam memotong sebuah objek. Menggunting juga melatih otot tangan anak karena pada kegiatan menggunting, anak harus menggerakan tangannya (membuka dan menutup) dengan bantuan alat. Selain itu kegiatan menggunting juga memiliki tujuan yaitu dapat membuat anak terlatih dalam koordinasi tangan dan mata, hal ini juga merupakan salah satu persiapan anak dalam menulis. Asolihin (2013) dalam (Sianturi, 2014) mengatakan beberapa alasan anak harus menggunting yaitu:
- Menggunting adalah suatu aktivitas yang anak
- Menggunting bertujuan untuk mengembangkan dan menstimulus sensori motor anak khususnya motoric
- Menggunting dapat melatih kekuatan otot tangan
- Menggunting dapat melatih kekuatan jari-jemari anak.
Kegiatan menggunting tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan motoric halus anak dan persiapan anak dalam menulis namun dengan menggunting anak mendapatkan beberapa keterampilan yaitu keterampilan dalam menggunakan atau mengoperasikan alat gunting itu sendiri, keterampilan focus dalam memotong di tempat yang seharusnya dipotong, memiliki kecermatan mana bagian yang harus dipotong maupun bagian yang tidak seharusnya dipotong, serta kemampuan anak untuk bertahan ketika menggunting dikarenakan menggunting merupakan kegiatan yang memiliki waktu relative lama bagi anak. Melihat dari tujuan dan manfaat dari kegiatan menggunting, dapat disimpulkan bahwa menggunting merupakan salah satu cara yang tepat untuk menstimulasi aspek motoric halus pada anak.
Penulis : Elisa Sinuhaji, S.Pd, TK HARAPAN LESTARI, Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat
Referensi :
Afifah, T.S. dkk. (2020). Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Montase Pada Anak Usia Dini. Jurnal PAUD Agapedia. 4.(2).358- 368.
Agustina, S. dkk. (2018). Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Bermain Dengan Barang Bekas. Jurnal Ilmiah Potensia. 3.(1).24- 33.
Fitriani, R. (2018). Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. Jurnal Golden Age Hamzanwadi University. 2.(1).25-34.
Sianturi, D. (2014). Kegiatan Menggunting Dalam Meningkatkan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun di TK Nasrani 2 Medan T.P 2013/2014. Jurnal Handayani. 2.(2).114-125.
Yulianto, D. & Awalia, T. (2017). Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Montase Pada Anak Kelompok B RA Al-Hidayah Nanggungan Kecamatan Prambon Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal PINUS. 2.(2).118-123.