RadarJateng.com, Pendidikan – Salah satu tujuan pendidikan kita adalah mengoptimalkan kemampuan anak dan membantu mengembangkan kemampuan yang sempurna secara fisik, intelektual dan emosional. De orter (1992) dalam teorinya “Quantum Learning” mengungkapkan bahwa manusia sebagai individu memiliki potensi untuk berkembang (potential to growth) hampir tidak terbatas. Namun kita hanya memanfaatkan sebagian kecil saja dari kemampuan-kemampuan tersebut. Ini disebabkan karena kita tidak menggunakan media yang tepat untuk mengembangkan kemampuan tersebut. Oleh karena itu kita mencoba memusatkan perhatian kepada maksimalisasi penggunaan media sejak anak berada dibangku TK. Apalagi jika kita lihat perkembangan media akhir-akhir ini sangat cepat dan bahkan muncul apa yang kita sebut dengan teknologi multimedia. Kehadiran media ini diharapkan mampu mengembangkan potensi anak secara optimal dan menjadikan proses belajar mengajar menjadi optimal. Kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk menjadikan berbagai media berada di tengah-tengah kita.
Anak dapat berbahasa melalui beberapa tahap. Secara umum proses perkembangan bahasa anak dibagi ke dalam beberapa rentang usia, yang masing-masing menunjukkan ciri-ciri tersendiri. Menurut Guntur (Ahmad Susanto 2011: 75) Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh melalui pengungkapan simbol-simbol grafis melalui indra penglihatannya. Aspek urutan dalam proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linier. Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca. Anak yang memiliki pengalaman yang banyak akan mempunyai kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan pemahaman kosa-kata dalam membaca. Pengalaman konkret dan pengalaman tidak langsung akan meningkatkan perkembangan konseptual anak. Aspek afektif
Kita yang berada di alam bebas dan menyatu dengan suasana keriangan anak berusaha tetap memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada di sekitar kita. Tanpa harus meninggalkan dan menjauhi media elektronik, kita akan terus mengembangkan media sederhana yang aman, murah, efektif, dan mudah di buat. Banyak hal yang bisa kita buat dan kembangkan namun dari sejumlah media yang bisa dikembangkan maka satu hal berikut ini adalah media yang mungkin bisa dimanfaatkan oleh banyak kalangan guru termasuk anda.
Dunia pendidikan taman kanak-kanak sangat mengharapkan kehadiran media pembelajaran yang mampu mengembangkan domain kognitif anak yang bermutu tinggi. Kehadiran media seperti ini tidak bermakna apapun jika guru tidak mampu mengembangkan dan menggunakannya secara maksimal. Oleh karena itulah guru masih memiliki peranan dominan dalam menarik minat belajar anak serta mendukung perkembangan anak.
Pembelajaran di TK memang membutuhkan berbagai alat peraga, media, permainan, dan alat bantu lainnya karena memang usia anak sekolah di TK masih membutuhkan hal itu semua. Oleh karena itu guru TK harus lebih kreatif, imajinatif, dan komunikatif dalam menciptakan atau menemukan berbagai alat permainan dan media untuk anak mereka.
Masalah aplikasi dalam penggunaan media dan pengajaran di TK adalah masalah yang harus berdasarkan dengan kehidupan yang sesungguhnya dan harus membantu anak–anak menyadari bahwa pelajaran dan permainan yang mereka peroleh merupakan satu proses yang berguna dan penting. Hal lain yang tak kalah penting adalah Metode, metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Setiap guru TK menggunakan metode sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Sebagai alat untuk mencapai tujuan tidak selamanya metode berfungsi secara optimal. Oleh karena itu dalam memilih metode, guru TK perlu memiliki alasan yang kuat dan perlu memperhatikan karakteristik tujuan dan karakteristik anak yang dibinanya. Sesuai dengan karakteristik, tidak semua metode mengajar cocok digunakan pada program kegiatan anak TK, seperti metode ceramah, kurang cocok karena menuntut anak memusatkan perhatian dalam waktu cukup lama, padahal rentang waktu perhatian anak relatif singkat.
Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh melalui pengungkapan simbol-simbol grafis melalui indra penglihatannya. Aspek urutan dalam proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linier. Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca. Anak yang memiliki pengalaman yang banyak akan mempunyai kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan pemahaman kosa-kata dalam membaca. Pengalaman konkret dan pengalaman tidak langsung akan meningkatkan perkembangan konseptual anak. Aspek afektif
Kemampuan membaca pada anak berlangsung pada beberapa tahap. Menurut Cachrane Efal (Nurbiana Dhieni (2008: 5.12) perkembangan kemampuan dasar membaca anak usia 4-6 tahun berlangsung dalam lima tahap, yakni : (a) tahap fantasi, (b) tahap pembentukan konsep diri, (c) tahap membaca gemar, (d) pengenalan bacaan, (e) tahap membaca lancar.
Perkembangan kemampuan membaca anak dapat dikategorikan ke dalam beberapa tahap. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2009: 8-9) berdasarkan penelitian yang dilakukan dibarat, perkembangan membaca anak-anak dapat dikatagorikan ke dalam lima tahap, yaitu sebagai beriku:
1) Tahap Magic
Pada tahap ini belajar tentang guna buku, mulai berpikir bahwa buku adalah sesuatu yang penting. Anak melihat- lihat buku, membawa-bawa buku, dan sering memiliki buku favorit.
2) Tahap Konsep Diri
Anak melihat diri sendiri sebagai pembaca, mulai terlihat dalam kegiatan “pura-pura membaca”, mengambil makna dari gambar, membahasakan buku walaupun tidak cocok dengan teks yang ada di dalamnya.
3) Tahap Membaca Antara
Anak-anak memiliki kesadaran terhadap bahan cetak (print). Mereka mungkin memilih kata yang sudah dikenal, mencatat kata-kata yang berkaitan dengan dirinya, dapat membaca ulang cerita yang telah ditulis, dapat membaca puisi. Anak-anak mungkin mempercayai setiap silabel sebagai kata dan dapat menjadi frustasi ketika mencoba mencocokkan bunyi dan tulisan. Pada tahap ini, anak mulai mengenali alfabet.
4) Tahap Lepas Landas
Pada tahap ini anak-anak mulai menggunakan tiga sistem tanda/ciri yakni grafofonik, semantik, dan sintaksis. Mereka mulai bergairah membaca, mulai mengenal huruf dari konteks, memperhatikan lingkungan huruf cetak dan membaca apa pun di sekitarnya,seperti tulisan pada kemasan,
Pada pembelajaran yang dilakukan di beberapa TK saat ini, membaca telah diperkenalkan ketika anak berada di Kelompok B. Namun, ternyata anak masih mengalami kesulitan dalam membaca. Rendahnya kemampuan membaca permulaan anak disebabkan karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengembangkan bahasa, khususnya membaca permulaan kurang bervariasi. Selain itu media yang digunakan belum dapat menarik perhatian anak, media yang digunakan kurang dikembangkan, pengelolaan kelas pada saat pembelajara kurang baik, kurangnya kesiapan anak dalam melakukan pembelajaran didalam kelas.
Hal tersebut terlihat saat pembelajaran membaca gambar sederhana, media yang digunakan tidak berwarna, yaitu guru menggambar di papan tulis, dan memberi keterangan gambar dengan tulisan di samping gambar, saat guru menggambar anak ribut sendiri. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk menarik perhatian anak untuk belajar membaca adalah dengan menggunakan media kartu bergambar. Media kartu kata bergambar adalah media visual yang efektif untuk menyajikan pesan-pesan tertentu pada sasaran tertentu pula. Media kartu kata bergambar ini mudah untuk dibuat sendiri oleh guru sehingga tidak mengeluarkan biaya yang banyak dalam pembuatannya. Gambar-gambar yang akan disajikan dapat dipasang dan dicopot dengan mudah, dengan demikian dapat dipakai berkali-kali. Kartu kata bergambar dapat dipakai pula mengenenalkan gambar-gambar dan kata-kata yang nantinya memudahkan proses penyampaian materi, terutama dalam membaca permulaan (Ismail,2006: 222).
Sebuah media yang menarik menjadi sesuatu yang sangat penting bagi sebuah pembelajaran terutama pada pembelajaran di TK, sehingga anak akan lebih tertarik dalam melakukan kegiatan pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Melihat kegunaan dan keuntungan yang dimiliki oleh media kartu kata bergambar pada kegiatan pembelajaran, maka kartu kata bergambar merupakan salah satu media yang tepat untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak TK Kelompok B
Pada umumnya belajar berbahasa anak selama ini hanya monoton menggunakan buku sebatas menulis dan membaca secara abstrak, padahal banyak hal yang bisa dilakukan diantaranya dengan mengajak anak untuk terlibat langsung dalam pemilihan huruf dan kosa kata yang dapat di gunakan bahan baca salah satu nya yaitu menggunakan kartu kata bergambar hal ini akan membuat anak senang selain itu membiasakan anak juga untuk berfikir HOTS karena anak akan memilih mengelompok kan sekaligus Pemanfaatan TPACK dalam kegiatan pembelajaran ini juga akan berlaku selaras dengan kurikulum merdeka saat ini, Berdasarkan paparan diatas maka di dapatkan ide membuat kegiatan pembelajaran membaca dengan media kartu kata bergambar.
Berdasarkan asumsi ini maka kemampuan membaca anak–anak meningkat. Dengan meningkatnya kemampuan membaca maka kosakata anak akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan kemampuan berbicara baik dan akhirnya anak akan memiliki kemampuan menyimak dengan baik.
dalam perbaikan kegiatan pengembangan ini adalah peningkatan kemampuan membaca. Salah satu cara peningkatan kemampuan membaca adalah melalui kartu kata, dimana siswa dapat mengembangkan pengalaman, sehingga membaca akan memperluas kosa katanya.
Membaca masih berhubungan dengan permainan kartu kata dengan membaca anak akan mengerti kata, karena dengan membaca anak akan mengetahui kalimat yang semula pembelajaranya dengan teknik permainan kartu kata anak dapat berbicara serta menyimak dengan baik dan lancar membaca dengan kartu kata.
Semoga info diatas bermanfaat bagi kita semua.
Penualis : DARTI, S.Pd, TK PKK NGROGUNG,Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo Jawa Timur