RadarJateng.com, Pendidikan – Berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuhkembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar (Depdiknas, 2007:1). Sujiono (2008:11.11), mengatakan bahwa menghitung merupakan cara belajar mengenai nama angka, kemudian menggunakan nama angka tersebut untuk mengidentifikasi jumlah benda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berhitung adalah bagian dari matematika, terutama pada konsep bilangan dalam membilang benda-benda.
Menurut Elizabeth Hurlock (1987:320) bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan anak untuk mencapai kesenangan dan mebantu anak mencapai perkembangan fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Aristoteles berpendapat bahwa anak-anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang akan mereka tekuni di masa dewasa nanti. Sedangkan menurut Frobel bahwa bermain dapat meningkatkan minat, kapasitas serta pengetahuan anak. Sehingga sorang guru diharapkan dapat memberikan layanan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Permainan dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang menarik bagi anak, dimana dengan permainan diharapkan dapat membantu anak dalam belajar, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan, serta menyesuaikan diri dengan aturan-aturan tertentu. Selain untuk melatih fisik, permainan juga berperan penting dalam membentuk karakter anak, serta mendorong anak untuk berfikir kreativ, inovatif dan imajinatif. Salah satu permainan yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran dalam pengenalan konsep bilangan adalah permainan ular tangga. Dimana anak dapat bereksplorasi dalam permainan, bergerak aktif dan mengasah kemampuan numerasinya. Papan permainan dapat dimodifikasi sedemikian rupa untuk disesuaikan dengan usia anak, bisa dengan ukuran jumbo supaya anak bisa menjadi bidak permainannya. Jumlah kotak hanya 25 atau 36 buah dan pemain sebanyak 2-4 anak untuk efisiensi waktu. Permainan dimulai dari kotak pertama di sudut kiri bawah. Anak bergiliran melempar dadu dan berjalan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul. Pada saat anak mendapatkan peluang dadu sejumlah 6, maka anak akan mendapatkan kesempatan melempar dadu sekali lagi. Namun bila anak berada pada kotak yang sama dengan pemain lagi, maka pemain pertama akan terlempar atau keluar dari papan permaian, yang artinya dia harus kembali ke kotak pertama.
Permainan ular tangga dengan papan besar dimana anak dapat berperan sebagai pion sangat tepat apabila diterapkan dalam pembelajaran, karena dengan anak berperan secara langsung akan membuat anak semakin tertarik dan menikmati permainan. Sehingga anak menjadi lebih termotivasi untuk mengenal bilangan dan juga membilang sesuai peluang dadu. Anak secara naluriah akan bersosialisasi yang mana anak juga belajar bertoleransi, sportiv dan kompetitiv. Selain itu juga fisik motorik anak juga akan terlatih dengan baik, dimana anak dapat bergerak bebas dan aktif.
Namun dalam permainan ular tangga juga memiliki kelemahan, dimana membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan permainan. Oleh karena dibutuhkan kemampuan pengelolaan kelas yang baik supaya anak yang masih belum berkesempatan bermain tidak gaduh. Guru juga harus bisa memberikan motivasi kepada anak untuk lebih aktif dalam kegiatan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Penulis : Tinuk Susdekowati, S.Pd, TK Margomulyo 1 Glenmore, Kec. Glenmore Kab. Banyuwangi – Jawa Timur