Merdeka Belajar Di TK Roudlotul Abidin, Ungaran, Kab. Semarang.

Guru dan Murid B.3 TK Roudlotul Abdin ( sekolah pengerak angkatan pertama), Ungaran Barat Kab. Semarang

RadarJateng.com, Pendidikan Dalam Konteks PAUD, Merdeka Belajar adalah Merdeka Bermain. Menengok filosofi Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara dapat menjadi referensi mengenai penerapan Merdeka Belajar untuk anak usia dini. Kalau kita lihat dari filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa berpusat kepada anak, bagaimana anak itu menjadi hal yang terpenting dalam proses pendidikan, itu juga merupakan hal yang bisa menjadi pegangan kita. “Ki Hajar kan menggunakan kata-kata taman ya, Taman Siswa, Taman Guru, karena beliau melihat proses pendidikan itu bukan hanya PAUD, tapi secara umum itu adalah sebuah tempat yang menyenangkan,” Kata-kata taman terinspirasi dari pendiri taman kanak-kanak, Friedrich Froebel. “Bahwa bermain adalah belajar, itu adalah hal yang esensial di situ. Jadi tidak kaku dan lebih holistik,”

Suasana Merdeka Belajar Di TK Roudlotul Abdin ( sekolah pengerak angkatan pertama), Ungaran Barat Kab. Semarang

Gaung merdeka belajar sudah membahana sampai keseluruh pelosok negeri. Ibarat semilir angin, kata merdeka belajar mampu memberikan kesejukan bagi para pendidik. Menjanjikan harapan baru tentang sebuah tatanan dalam dunia pendidikan.

Merdeka belajar. Dua kata sederhana. Namun memiliki banyak makna. Karena merdeka belajar terdiri dari dua kata, merdeka dan belajar. Menurut KBBI, merdeka memiliki tiga arti, yaitu bebas, tidak terkena atau terlepas dan tidak terikat. Sedangkan belajar menurut KBBI adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Read More

Konsep merdeka belajar memang menarik untuk dinikmati. Walaupun belum ada kesepakatan yang pasti. Namun merdeka belajar sudah mempunyai tempat di hati. Terutama bagi kami para pendidik anak usia dini. Pendidik yang berada di garis depan dalam jenjang pendidikan. Memang tidak disebut dasar, tapipendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang fundamental.

Bagi kami pendidik anak usia dini, sesungguhnya merdeka belajar bukanlah hal yang baru. Karena merdeka belajar merupakan bentuk pembelajaran yang sudah diterapkan setiap hari. Sesuai dengan motto “Bermain sambil belajar” dan “belajar seraya bermain.”

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) untuk TK memang sudah diberikan contohnya dan sudah disepakati penggunaannya. Rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) merupakan acuan untuk mengelola kegiatan bermain dalam satu hari. RPPH disusun dan dilaksanakan oleh guru. Format RPPH tidak harus baku, tetapi memuat komponen-komponen yang ditetapkan. Komponen RPPH terdiri atas: (1) identitas program, (2) materi, (3) alat dan bahan, (4) kegiatan pembukaan, (5) kegiatan inti, (6) kegiatan penutup, dan (7) rencana penilaian.

Berdasarkan acuan tersebut diatas, maka bisa dikatakan bahwa memang pembuatan RPPH di TK tidak baku. Dalam artian bisa disesuaikan dengan keadaan, yang penting tidak meninggalkan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Namun apabila dalam kebijakan baru menyebutkan bahwa RPPH bisa disederhanakan atau cukup satu lembar, hal ini tentu menjadi angin segar.

TK Roudlotul Abdin ( sekolah pengerak angkatan pertama), Ungaran Barat Kab. Semarang

Karena dengan disederhanakannya RPPH, maka bisa memangkas penggunaan dana. Dari tiga lembar kertas menjadi satu lembar saja. Selain itu, dari segi waktu juga lebih banyak tersisa. Maksudnya, pembuatan RPPH satu lembar jelas membutuhkan waktu yang lebih sedikit dibandingkan membuat RPPH tiga lembar. Sehingga memungkinkan para pendidik mempunyai banyak waktu untuk memberi perhatian lebih kepada anak didik. Terutama di lembaga pendidikan anak usia dini.

Sebagaimana diketahui bahwa anak usia dini berada dalam masa Golden Age. Dimana masa ini anak sedang dalam tahap perkembangan yang sangat pesat. Terutama dalam hal berbahasa. Maka untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, ada kegiatan “Berbagi Cerita” pada awal kegiatan. Kalau dalam RPPH ada tiga kegiatan, yaitu pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Didalam kegiatan pembukaan ,menurut saya implementasi merdeka belajar terlihat nyata. Karena dalam kegiatan berbagi cerita, guru dan anak akan melakukan tanya jawab dan bercakap-cakap tentang kegiatan atau tema yang akan dipelajari hari itu.

Akan tetapi kenyataannya, dalam kegiatan berbagi cerita ini tidak hanya membicarakan tentang tema hari itu saja. Karena pada umumnya anak-anak akan menanyakan apa saja yang ada di dalam pikirannya. Termasuk berita-berita terbaru yang di dengarnya. Bahkan tentang virus corona yang saat ini sedang menjadi berita.

Sebagai guru TK, disinilah kami dituntut untuk menjadi guru “serba bisa.” Karena harus mampu menjawab dan menjelaskan semua hal sesuai dengan usia mereka. Jadi merdeka belajar di TK itu ya saat kami berbagi cerita dengan anak-anak.

Penulis : Ismi Permanasari, S. Pd, TK Roudlotul Abdin ( sekolah pengerak angkatan pertama), Ungaran Barat Kab. Semarang

Related posts