RadarJateng.com, Pendidikan – Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, sehingga anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menurut para ahli, pada bayi yang baru lahir telah mencapai perkembangan otak 25% dari orang dewasa. Perkembangan otak manusia 50% dicapai hingga usia 4 tahun, 80% hingga usia 8 tahun dan selebihnya diproses hingga anak usia 18 tahun, dengan demikian usia 0-8 tahun memegang peranan penting karena usia dini adalah fase fundamental bagi perkembangan individu yang disebut sebagai “ golden age “ atau usia emas.
Usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal (Depdiknas 2004 : 4)
Komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik dengan Bahasa, sehingga anak membangun hubungan dengan pihak lain dan tidak mengherankan bahwa Bahasa dianggap sebagai salah satu indicator kesuksesan seorang anak. Bahasa merupakan tanda atau simbol-simbol dari benda-benda, serta menunjuk pada maksud-maksud tertentu. Kata-kata, kalimat dan Bahasa selalu menampilkan arti-arti tertentu. Sehubungan dengan arti simbolik tadi, Bahasa dipakai juga sebagai alat untuk menghayati pengertian-pengertian dan peristiwa-peristiwa di masa lampau, masa kini dan masa mendatang. Oleh karena itu bahsa sangat besar artinya bagi anak sebagai alat bantu.
Bahasa Adalah alat komunikasi antar manusia dapoat berbentuk lisan, tulisan atau isyarat. Pengembangan Bahasa untuk anak usia 4-6 tahun difokuskan pada keempat aspek Bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dengan menggunakan Bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain, anak akan mendapatkan banyak sekali kosa kata, sekaligus juga mengekspresikan dirinya. Anak akan belajar bagaimana berpartisipasi dalam suatu percakapan dan menggunakan bahasanya untyuk memecahkan masalah. (Winda, Lilis, Azizah Muis, 2008 : 231).
Lerner (Mulyono Abdurrahman, 2000:200) mengungkapkan bahwa kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar. Kemampuan membaca tergantung pada kemampuan anak untuk memecahkan kode itu dengan jelas memahami hubungan antara wicara, bunyi dan simbol yang diminta. Sehubungan dengan hal itu maka dalam pembelajaran 3 prabaca di Pendidikan Anak Usia Dini pengenalan terhadap huruf sudah diajarkan supaya anak dapat memahami bahwa ada hubungan antara bahasa lisan dan tulisan(Graingger, 2003:174).
Metode pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini adalah belajar seraya bermain dan bermain seraya belajar. Model bermain anak usia dini juga bervariasi seperti bermain gerakan, memberi bentuk (seni) dan sebagainya. Oleh karena itu guru sebagai pendidik dituntut untuk dapat memberikan pembelajaran yang menyenangkan sehingga anak menjadi tertarik untuk selalu belajar melalui kegiatan bermain yang bervariasi.Pengenalan huruf pada anak Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting karena pada masa ini anak tertarik untuk mengetahui segala hal, pengenalan huruf perlu diberikan pada anak usia Pendidikan Anak Usia Dini untuk mempersiapkan mereka ketika harus belajar membaca di Sekolah Dasar.
Pada kenyataannya banyak orang tua atau guru yang mengajarkan anak huruf sebatas menulis saja padahal banyak hal yang bisa dilakukan diantaranya dengan membuat media sederhana dengan menggunakan barang-barang yang sudah tidak terpakai seperti kardus, dll.
Seperti media papan tempel berikut ini yang sangat mudah dibuat. Alat dan bahan antara lain : Kardus bekas, kertas manila/cover, gunting, double tip, spidol, kertas bergambar, plastic laminating.
Cara membuatnya :
- Potong kardus dengan pola seperti papan
- Bungkus kardus dengan kertas manila/cover
- Tempel kertas bergambar pada papan kardus
- Potong, bentuk plastic laminating sesuai kebutuhan dan pasang pada papan kardus di bawah gambar
- Potong kertas cover sesuai kebutuhan
- Tulislah huruf/suku kata pada kertas cover yang sudah dipotong menggunakan spidol
- Tulisan huruf/suku kata tersebut nantinya akan kita masukkan pada plastic laminating yang sudah kita pasang pada papan kardus sesuai dengan gambar.
Contoh kegiatannya adalah guru / orang tua menjelaskan tentang buah pepaya, maka huruf/suku kata yang diambil adalah p / pe sebagai huruf pertama atau suku kata awal dari pepaya.
Cara penggunaanya :
- Guru / orang tua menunjukkan huruf p / suku kata awal pe pada kata papaya
- Guru / orang tua menyiapkan beberapa kartu huruf/suku kata dan papan
- Guru / orang tua memberi contoh cara mengambil huruf p / suku kata awal pe dan memasukkannya pada tempat yang sudah disediakan di papan
- Anak mencontoh dan maju satu persatu untuk melakukannya
Tujuan dari penggunaan media ini adalah untuk perkembangan Bahasa anak yang mengarah pada tahap keaksaraan awal anak. Sehingga anak tidak terbebani dalam belajar yang mengharuskan dengan menggunakan buku dan pensil saja.
Semoga info diatas bermanfaat bagi kita semua.
Penulis : Yuli Trisiana, S. Pd, TK Islam Sinar Permata Bangsa Ringinanom Sragen Kulon Sragen – Jateng.