Pentingnya Mengenalkan Kegiatan Ibadah Sejak Usia Dini.

Kegiatan Praktek Sholat di TK Pertiwi Ngijo I, Karanganyar – Jawa Tengah

RadarJateng.com, Pendidikan Salah satu yang sering kali menjadi bahan diskusi orang tua dengan cara mengajarkan anak ibadah . Bagi orang tua yang beragama Islam, memberikan pendidikan agama bisa dimulai dengan mengajarinya ibadah sholat. Seperti yang kita ketahui, sholat merupakan ibadah yang wajib dan utama bagi umat muslim. Lebih cepat mengajari anak tentang sholat akan memberikan dampak positif sehingga lebih mudah tertanam dari jiwa mereka untuk menjalankan kewajiban sholat ini.

Pengenalan ibadah pada anak-anak usia dini harus dilakukan dengan penuh kasih sayang, menyenangkan dan tanpa unsur paksaan. Anak-anak diciptakan dengan fitrah tauhid murni, agama yang lurus dan iman kepada Allah. Maka proses pembiasaan dan pendidikan yang baik akan membantu anak anak tersebut menemukan fitrahnya yakni tauhid yang murni, budi pekerti mulia, dan etika agama yang lurus. Selain itu, proses pembiasaan hendaklah dilakukan secara konsisten. Hal ini penting untuk melatih kedisiplinan pada mereka. Anak usia dini belajar melalui aktivitas fisiknya. Dengan kata lain, untuk mengenalkan ibadah kepada anak usia dini, haruslah dengan cara memberikan kesempatan kepadanya untuk mempraktikkan apa yang kita katakan, dengan cara memberikan contoh kepada anak bagaimana melakukannya.

Meskipun muatan pendidikan ibadah tidak dirumuskan secara eksplisit didalam kurikulum tetapi dapat dirumuskan secara implisit oleh guru dalam setiap tema. Dan walaupun pembelajaran ibadah tidak dijadikan tema dalam pendidikan anak usia dini, tugas guru PAUD lah yang mengintegrasikan pembelajaran ibadah dalam setiap aktifitas/kegiatan anak. Artinya setiap lembaga pendidikan Anak Usia Dini yang berupa RA, TK maupun TK Islam Terpadu memiliki muatan kurikulum yang mungkin sama hanya saja yang membedakannya adalah proses pengintegrasiannya dalam kegiatan/aktifitas belajar anak yang disediakan oleh pendidik lah bisa membedakannya.

Read More

Menurut Maisaroh (2018) berpendapat bahwa salah satu materi pendidikan yang secara serius dan utama yang harus diberikan untuk anak Taman Kanak-kanak adalah materi Pendidikan Agama Islam. Hal ini dimaksudkan supaya anak memiliki pemahaman dasar, keyakinan, dan kecintaan mereka terhadap agama (Islam) yang mereka anut serta sebagai bekal anak dalam mengamalkan ajaran-ajaran agama (Islam). Tujuan pendidikan nasional pada dasarnya adalah mencetak generasi manusia yang beriman dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa (Susanti, 2016). Oleh sebab itu salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengenalkan anak pada ibadah shalat sejak usia dini. Latif dkk dalam Wilyanita & Tri Wahyuni (2018) menjelaskan bahwa sentra ibadah merupakan sentra yang memberikan kesempatan kepada anak yaitu belajar nilai-nilai, aturan-aturan agama, larangan dan juga anjuran sehingga anak dapat mengembangkan keimanan dan ketakwaan melalui pembelajaran sehari-hari pada kegiatan bermain anak yang sudah di rancang dalam suatu rancangan pembelajaran. Sentra ibadah berfokus untuk mendukung anak mengenal dan membangun berbagai pemahaman tentang konsep Al-Qur‟an dan Hadis.

Antysias AnakAnak Saat Praktek Sholat di TK Pertiwi Ngijo I, Karanganyar – Jawa Tengah

Selain orang tua atau keluarga anak di rumah guru juga harus mengajarkan nilai ibadah shalat pada anak, walau pun ibadah shalat belum di wajibkan sejak usia dini namun pada usia 7 tahun anak sudah diwajikabkan untuk melakukan ibadah shalat. Oleh karena itu anak harus dilatih agar terbiasa dan tau bagaimana gerakan dan bacaan shalat itu sendiri. Ibadah shalat menurut bahasa artinya taat (bahasa Arab, tha’at). Taat artinya patuh, tunduk dengan setunduk-tunduknya, artinya mengikuti semua perintah dan menjauhi semua larangan yang dikehendaki oleh allah SWT. Pentingnya mengajarkan sholat pada anak usia dini adalah agar anak lebih paham tentang kewajibanya setelah usianya Aqil baligh. Semua orang tua menginginkan anaknya ahli dalam melaksanakan ibadah, Point’ penting yang harus dilakukan oleh para guru dan orang tua adalah berikan contoh kepada anak-anak agar mereka mengikuti contoh yang baik itu, dan perlunya dilakukan pembiasan mengerjakan sholat dan ini orang tua dan para pendidik lah yang memiliki peran penting didalamnya (Faridayanti dkk., 2020)

Dalam mengajarkan shalat kepada anak guru tentu saja perlu melakukan beberapa metode seperti halnya:

  1. Keteladanan, keteladanan sendiri merupakan sebuah metode yang sangat ampuh ataupun efektif yang dapat diterapkan oleh guru ataupun orang tua dalam sebuah proses belajar mengajar.
  2. Pembiasaan, metode pembiasaan ini sendiri merupakan metode yang dilakukan secara teratur dan terus menerus untuk melatih anak dalam kedisiplinan, kemandirian, budi pekerti yang baik, serta penyesuaian diri dalam agama.
  3. Nasihat, nasihat yang baik maka akan menjadikan anak itu berfikir yang baik dan sebaliknya nasihat yang tidak baik akan menjadikan anak berfikir yang tidak baik pula, dimana dalam menasihati anak hendaklah kita sebagai guru menasehati anak sesuai dengan takaran berfikirnya ataupun sesuai dengan usianya, agar nasihat itu dapat di fikirkan oleh anak dengan baik dalam hatinya.
  4. Perhatian dan Pemantauan, sebagai guru ataupun orang tua tentunya perlulah kita memberikan perhatian dan pantauan kepada anak agar kita tau sudah sejauh mana anak itu belajar dan memahami apa yang di ajarkan kepada anak tersebut.
  5. Hukuman, apabila kita sebagai guru tidak mampu mengajarkan anak secara baik dan lemah lembut, maka tindakan tegas kita Ability : Journal of Education and Social Analysis Volume 4, Nomor 2, April 2023 Page : 99-111 107 sebagai guru itu diperlukan guna menyadarkan anak bahwa pentingnya melaksanakan sholat tersebut dan dengan hukuman anak juga akan merasa takut dan jika dengan cara ini anak mau belajar maka itu suatau tindakan yang sah-sah saja

Seorang guru mempunyai peranan yang sangat penting disekolah dan menjadi teladan bagi anak-anak khususnya dalam mengembangkan kesadaran beragama, maka gurulah yang berperan menjadi penuntun dan pembimbing bagi peserta didiknya. Namun demikian, tentunya akan ada faktor pendukung dan penghambat yang di rasakan oleh guru dalam menjalankan perannya tersebut.

Penulis, Indah Suryani Catur Wati, S.Pd Guru TK Pertiwi Ngijo I, Karanganyar – Jawa Tengah

Related posts