Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kritis Anak Usia Dini Melalui Metode Project Base Learning.

Hail Karya Membuat Projek Miniatur Rumah di TK Dharma Wanita Persatuan 1 Ampelgading, Malang– Jawa Timur

RadarJateng.com, Pendidikan Pembelajaran  dengan  model Project-based  learning (PjBL)  memberikan  kesempatan  kepada  anak untuk  belajar  berkelompok  dalam  memproses  pengetahuan  di  setiap  aktifitas  pembelajaran  proyek  sebagai bentuk  penguatan  karakter.  Aktifitas  pembelajaran  proyek  yang  dilakukan  anak  dapat menginspirasi  anak untuk   memberikan   kontribusi   dan   dampak   bagi   lingkungan   sekitarnya (Nurhadiyati   et   al.,   2020). Pembelajaran  menggunakan  Model  Projec  Based  Learning  akan  menstimulus  keterampilan  anak  sehingga  setiap proyek yang dihasilkan anak  meningkatkan pemahaman konseptual dan sekaligus menjawab persoalan isu-isu  penting  lainnya. Kegiatan  pembelajaran  yang  dapat  dilaksanakan  pada  model  PjBL  berpusat  pada  anak  (student  center learning)  sehingga  anak  lebih  proaktif  pada  kegiatan  pembelajaran.  Anak  di  tuntut  untuk  mandiri  dalam menyelesaikan  masalah  atau  menyelesakan  tugas-tugas  yang  di  hadapi.    Selain  itu  model  ini  juga  dapat meningkatkan  kemampuan  anak  dari  segi  kognitif,  keterampilan  bekerja  sama  dalam  kelompok,  motivasi belajar,  kerja  tim,  serta  kreatifitas  anak. Ada beberapa  sintak  atau  tahapan  dalam menggunakan PjBL yaitu mengajukan pertanyaan, merancang rencana produk, menilai produk dan melakukan asesmen dalam pengamatan saat anak melakukan projek.

Sejak tahun 2022 TK Dharma Wanita Persatuan 1 Ampelgading mulai menggunakan Kurikulum Merdeka. TK kami menggunakan metode PBL dengan menggunakan media loose parts karena loose parts sangat mudah diperoleh lingkungan sekitar anak. Bahan-bahan loose parts ini diperoleh guru dengan mengumpulkan di lingkungan rumah, sekolah, pasar (dengan membeli kardus bekas), dipantai (saat guru berwista ). Loose parts terdiri dari bahan alam (seperti batu, kerikil, ranting, daun, biji-bijian, bunga, kerrang, potongan kayu), Plastik (botol bekas, sedotan, pipa paralon,corong, ember dsb). Logam (koin, sendok, garpu, kunci, plat nomer kendaraan dll), Bekas kemasan (kardus, gulungan tisu, bekas bungkus paket barang, benang, wadah telur, gulungan benang), kayu dan bambu, kaca dan keramik, benang dan kain. Proyek yang kami gunakan adalah proyek sederhana misalnya membuat rumah dari stik es krim dan kardus, membuat buket bunga, membuat mobil dari botol bekal minuman, dan masih banyak lagi.

Antusias AnakAnak Membuat Projek Miniatur Rumah di TK Dharma Wanita Persatuan 1 Ampelgading, Malang– Jawa Timur

Sebelum anak-anak bermain proyek guru terlebih dahulu memberikan aprsepsi terkait tema, kemudian anak-anak diajak tanya jawab, melihat video pembelajaran serta mengamati langsung. Setelah pengamatan guru menggali informasi yang telah didapat anak serta mengaitkan dengan pengalaman anak. Sebelum bermain proyek anak-anak diajak membuat kesepakatan bermain agar proyek berjalan dengan baik. Saat  anak melakukan uji coba membuat sesuatu sebagaimana ide muncul, guru dapat memberikan dorongan untuk mengeksplorasi lebih lanjut. Guru memberikan pertanyaan terbuka terkait proyek yang sudah dikerjakan anak kemudian memberikan kalimat penghargaan pada produk yang telah dihasilkan anak. Semakin anak diberikan penghargaan , maka anak semakin berani mengeluarkan ide-idenya dan melatih anak semakin kreatif. Setelah menyelesaikan proyek, anak-anak diajak mempresentasikan hasil karyanya hal ini bertujuan melatih kepercayaan diri dan kemampuan bahasa anak. Selesai bermain proyek anak-anak dilatih untuk membereskan barang-barang yang dipakainya ke tempat semula. Hal ini mengajarkan anak untuk peduli lingkungan dan bertanggung jawab.

Read More

Guru adalah seorang pembelajar yang melakukan observasi insentif dan mendokumentasi hasil observasinya kemudian memaknainya. Dalam melakukan penilaian guru berpedoman pada Capaian Pembelajaran (CP) merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai peserta didik pada setiap fase sesuai dengan STPPA. Guru mendokumentasikan kegiatan anak lewat pengamatan dan potret dengan kamera moment-moment di mana sesuatu yang penting terjadi, mungkin moment penting ini tidak sama pada setiap anak. Rujukan guru dalam menilai capaian pembelajaran adalah STPPA yang berlaku di Indonesia (Dr. Yuliati Siantajani, M.Pd dalam buku Loose Parts 2020).

Penulis, Enjang Maya Trusila, S.Pd Guru TK Dharma Wanita Persatuan 1 Ampelgading, Malang– Jawa Timur

Related posts