Meningkatkan motorik halus Anak melalui kegiatan Meronce menggunakan Media Loose Part.

Meningkatkan motorik halus Anak melalui kegiatan Meronce menggunakan Media Loose Part

RadarJateng.com, Pendidikan PAUD merupakan singkatan dari Pendidikan Anak Usia Dini. Pendidikan anak usia dini adalah suatu pelatihan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. Pembinaan ini diberikan dalam bentuk stimulasi atau stimulasi untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Ini sering kali dalam aspek fisik, motorik, kognitif, bahasa, agama dan moral, sosial emosional, dan seni sesuai keunikan dan tahap perkembangan anak. Bertujuan agar anak lebih siap untuk memasuki tahap pendidikan lebih lanjut, yaitu sekolah dasar, yang dapat mempengaruhinya hingga memasuki kehidupan saat dewasa. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan anak usia dini terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu formal, nonformal, dan informal.

Tiga bentuk PAUD

Motorik adalah gerakan yang mennggunakan otot-otot halus atau sebagai anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebaginya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak dapat berkembang dengan optimal. Motorik halus sangat diperlukan agar anak bisa fokus dan tetap konsentrasi terhadap suatu hal. Motorik halus merupakan gabungan dari kerja sistem saraf.Sistem rangka terdiri dari sistem tulang dan otot, berkoordinasi dengan sistem saraf akan melahirkan gerakan motorik halus yang terarah sesuai dengan tahapan dan tugas-tugas perkembangan anak didik usia 6-6 tahun, (AYU 2019). Stimulasi terhadap motorik halus harus dilakukan sedini mungkin. Berdasarkan penelitian terdahulu perkembangan motorik memliki beberapa prinsip yaitu perkembangan otoriter setiap anak berbeda, perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat didiramalkan, kematangan otot dan saraf sebagai penentu perkembangan motorik. Peningkatan motorik halus dapat dikembangkan dengan kegiatan meronce (Oktafiani Anisa 2023).

Semakin baik gerakan motorik halus membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan kilp untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Namun, tidak semua anak memiliki kemampuan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama (Lolita 2012). Aspek perkembangan fisik-motorik yaitu perkembangan raga, keterampilan motorik agresif, dan keahlian motorik halus. Saat usia 4 tahun, motorik halus anak terus berkembang menjadi lebih baik. Perkembangan fisik dibedakan dua menjadi yaitu perkembangan motorik kasar dan perkembangan motorik halus. Keterampilan motorik kasar merupakan kegiatan yang menggunakan otot kaki, lengan besar atau seluruh badan seperti berdiri, berjalan, melompat, dan berlari. Metode sangat berperan untuk meningkatkan kemampuan anak, metode pemberian tugas dapat Upaya Peningkatan Kemampuan…. Maria Ulfah P ISSN 2548-6284 E ISSN 2615-0360 Vol. 7 No.2 Juni 2023 295 memberikan kesempatan kepada anak untuk berkreasi. Melalui metode pemberian tugas dapat meningkatkan imajinasi anak, melatih motorik, membuat anak lebih bergairah, lebih bersemangat, (Sani Rumahenga 2019). Menurut Sumantri (2005:146) mengemukakan bahwa aktivitas keterampilan motorik halus anak usia Taman Kanak-kanak bertujuan untuk melatih kemampuan koordinasi motorik anak. Koordinasi antara mata dan tangan dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain membentuk atau memanipulasi dari tanah liat/lilin/adonan, mewarnai, menempel, memalu, menggunting, merangkai benda dengan benang (meronce), menjiplak bentuk.

Sumantri (2005: 148) mengemukakan bahwa pendekatan pengembangan motorik halus anak usia Taman Kanak-kanak hendaknya memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:

  1. Berorientasi pada kebutuhan anak Kegiatan pengembangan AUD harus selalu berorientasi pada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah masa yang membutuhkan stimulasi secara tepat untuk mencapai optimalisasi seluruh aspek pengembangan baik fisik maupun psikis.
  2. Belajar sambil bermain Upaya stimulasi yang diberikan pendidik terhadap anak usia dini (4-6 tahun) hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Menggunakan pendekatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya sehingga kegiatan yang diharapkan akan lebih bermakna.
  3. Kreatif dan inovatif Aktivitas kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.
Ibu Emidiya Wati, S.Pd
TK Negeri Pembina Kandis, Kec. Kandis, Kab. Ogan Ilir – Sumatra Selatan

Contoh kegiatan motorik halus anak usia dini

Inilah beberapa contoh kegiatan motorik halus anak usia dini guna melatih keterampilan dan kreativitas si kecil di rumah.

1. Memainkan adonan mainan

2. Meronce berbagai bentuk

3. Menggambar dan mewarnai

4.  Lukisan jari

5. Menggunting kertas

6. Memasang dan melepas kancing baju

7. Melipat kertas

8. Menyusun puzzle dan balok

9. Mencakup titik-titik

10. Menempel dan melepas stiker

11. Membuka dan menutup tutup botol

Meronce adalah permainan yang sangat cocok untuk anak usia dini. Anak-anak pasti akan menyukai kegiatan ini. Yang jelas, anak-anak mendapatkan banyak manfaat, bukan hanya permainannya. Keunggulan Meronce pada anak usia dini yaitu sebagai stimulan otot bagi anak dalam fase perkembangan menulis. Meronce membutuhkan keahlian untuk mengambil pita dan merangkainya satu per satu. Semakin sering anak menanamkannya, maka akan semakin mudah bagi mereka untuk melakukan kegiatan tersebut. Otot-otot tangan anak menjadi lebih kuat. Hal ini tentunya sangat baik untuk mempersiapkannya dalam tugas menulis yang membutuhkan kekuatan otot tangan dan kelenturan untuk memainkan pulpen/pensil.

Langkah-langkah dalam tahapan meronce adalah permainan kosong/dapat diisi, merangkai terus menerus, urutkan berdasarkan bentuk, urutkan berdasarkan bentuk/pengelompokan warna, berdasarkan warna, bentuk dan ukuran, membuat pola sendiri. Menurut Heinich (Badru Zaman, 2016:3.4) media adalah saluran komunikasi.

Salah satu permainan yang bisa dikembangkan di TK untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak yaitu dengan permainan kit meronce. Kit meronce merupakan suatu permainan meronce yang disediakan sepaket dengan buku panduannya dan berbagai macam warna yang sama pada bentuk geometri diantaranya: lingkaran, segitiga, bintang, persegi, dan hati, terdapat juga bambu, kancing, tutup botol dan benang sehingga dengan mediamedia ini dapat menstimulus motorik halus anak (Wayan, Mita, dan I Wayan 2017)

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kegiatan meronce adalah merangkai benda-benda yang berlubang kemudian dirangkai dengan benang atau tali untuk dijadikan sebuah karya seni. Meronce bermanfaat untuk melatih motorik halus anak, dapat meningkatkan perhatian dan konsentrasi anak serta memiliki keterampilan yang berguna untuk diri anak tersebut. Selain itu manfaat meronce dapat mengontrol emosi anak karena dengan meronce akan menimbulkan perasaan senang, bahagia pada diri anak sehingga ini akan membantu diri anak untuk memiliki keterampilan.

Aspek Motorik anak dapat dimunculkan melalui kegiatan bermain loose parts, hal ini tampak dalam pengembangan motorik halus anak saat merangkai dan melepaskan bahan loose part.

Meronce dapat menggunakan media Loose Part. Media Loose Part dalah berbagai bahan yang dapat digabung, dipisah, dibawa, dipindahkan dan dirancang ulang. Dengan Loose Part, memungkinkan anak-anak untuk lebih kreatif dan aktif dalam menciptakan sebuah karya. Haughey (2017) menyebutkan bahwa ada 7 tipe dari loose parts yaitu :

  1. bahan alam
  2. plastik
  3. Logam
  4. kayu dan bambu
  5. benang dan kain
  6. kaca dan keramik
  7. bekas kemasan.

Bahan alam terdiri dari biji-bijian, daun, mengomel dll. Plastik dapat berupa sedotan, gelas plastik dan semua bahan yang terbuat dari plastik. sedangkan bekas kemasan terdiri dari berbagai macam bekas kemasan seperti kemasan snack, kemasan minuman, makanan cepat saji, dll.

Penulis, Emidiya Wati, S.Pd Guru TK Negeri Pembina Kandis, Kec. Kandis, Kab. Ogan Ilir – Sumatera Selatan

Related posts