RadarJateng.com, Pendidikan – Aspek perkembangan anak khususnya perkembangan fisik motorik sangat penting untuk melatih koordinasi gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh. Aspek perkembangan motorik dibedakan menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar menekankan pada koordinasi tubuh pada gerakan 2 otot-otot besar seperti melompat, berlari dan berguling, sedangkan motorik halus menekankan koordinasi otot tangan atau kelenturan tangan contohnya menulis, menggambar dan memegang sesuatu dengan ibu jari dan telunjuk. Secara umum, aspek fisik motorik kasar akan berkembang lebih dahulu daripada aspek motorik halus. Oleh karena itu, diperlukan stimulasi agar aspek motorik kasar dan halus dapat berkembang secara seimbang sehingga anak tidak hanya mampu berlari, melompat, menendang tetapi keterampilan motorik halus seperti menulis dan menggambar juga terasah.
Salah satu unsur kemampuan motorik halus yang sangat penting untuk distimulasi yaitu keterampilan dalam menggunakan jari tangan. Sumantri (2005: 145) mengungkapkan bahwa perkembangan motorik halus sangat penting untuk mendukung pengembangan kognitif, sosial, dan emosional anak melalui kegiatan bermain. Selain itu, pengembangan motorik halus akan berpengaruh pada kesiapan anak dalam menulis. Menurut Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009, anak usia 4-5 tahun idealnya telah mampu: (1) membuat garis vertikal, horizontal, lengkung kiri/kanan, dan lingkaran, (2) menjiplak bentuk, (3) mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit, (4) melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan menggunakan berbagai media, dan (5) mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media. Menurut Yenni (2012), kegiatan yang termasuk motorik halus yaitu kegiatan mencoret, meronce, menggambar, menulis, menjahit, dan lain-lain.
Perkembangan motorik halus dapat membantu anak dalam belajar menulis, karena kemampuan menulis menuntut keterampilan motorik halus yang melibatkan koordinasi jari. Kegiatan menulis dasar sudah dapat dimulai saat anak menunjukkan perilaku seperti mencoret-coret buku atau dinding, kondisi tersebut menunjukkan berlangsungnya sel otak yang perlu dirangsang supaya berkembang secara optimal (Depdiknas 2007:6). Penyediaan alat tulis tidak harus dengan kertas dengan pensil melainkan alat permainan edukatif yang dapat melatih kelenturan koordinasi jari untuk persiapan menulis dasar, seperti menggunting, merobek, menggunting, menjumput, meremas, kegiatan melatih kelenturan dimulai ketika anak berpura-pura menulis diatas kertas, pasir, tepung atau media lainnya.
Pada kenyataannya banyak orang tua atau guru yang mengajarkan anak menulis sebatas menulis dan secara abstrak, misalnya langsung menggunakan kertas dan pensil, padahal banyak yang bisa dilakukan diantaranya dengan mengajak anak untuk belajar sambil bermain misalnya menulis di atas tepung. Tepung menjadi suatu daya tarik tersendiri bagi anak untuk menumbuhkan minatnya belajar menulis. Penggunaan media tepung terlihat sederhana namun memberikan manfaat yang besar pada kemampuan menulis anak. Anak dapat merasakan pengalaman menyenangkan ketika jari-jari mereka menyentuh tepung dan merasakan teksturnya. Anak akan senang menulis di atas tepung karena bekasnya mudah dihapus dan digores kembali, sehingga anak tidak takut salah dalam menorehkan bentuk tulisannya.
Cara penggunaan media tepung untuk menulis ini sangat mudah, yaitu siapkan nampan lalu taburi dengan tepung dan ratakan. Kemudian anak-anak diminta untuk menulis di atas tepung tersebut. Anak-anak akan merasa senang karena merasakan langsung jari-jarinya bersentuhan dengan tepung. Anak-anak bebas untuk berkreasi menggoreskan jarinya di atas tepung. Jika sudah terbiasa menggunakan jarinya untuk menulis, bisa dicoba menggunakan cotton bud untuk menulis agar anak tidak merasa jenuh dan tetap semangat belajar
Penulis, Iis Eka Handayani, S. Pd Guru TK Kartika IX-15 Purwakarta, Purwakarta – Jawa Barat.