RadarJateng.com, Pendidikan – Definisi anak usia dini menurut National Assciation for the Education Young Children (NAEYC) menyatakan bahwa anak usia dini atau “early childhood” merupakan anak yang berada pada anak usia nol sampai dengan delapan tahun . pada masa tersebut merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek dalam rentang kehidupan manusia. proses pembelajaran terhadap anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki dalam tahap perekembangan anak. Anak usia dini (0-8) tahun adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perekmbangan yang sangat pesat, bahkan dikatakan sebagai The Golden Age (usia emas)yaitu usia yang berharga dibandingkan usia-usia selanjutnya.
Perkembangan karakteristik anak usia dini pada usia 4 – 6 tahun (a)sangat aktif melakukan kegiatan dalam perkembangan fisiknya untuk mengembangkan otot-otot kecil maupun otot besar (B) perkembangan bahasa semakin baik, mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannnya dalam batas tertentu (c) perekmbangannkognitif (daya pikir) sangat pesat ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar.
Syamsu Yusuf (2007:165), mempertegasbahwa pada usia taman kanak-kanak, yaitu masa perkembangan kognitif anak berada pada periodepra operasional, anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional atau symbolic fuction, yaitu kemampuan untuk menggunakan simbol untuk mewakili sesuatu yang lain dengan menggunakan kata dan benda. Melalui kemampuan ini anak mampu berimajinasi atau berfantasi mengenai berbagai hal.
Pengertian Perkembangan Kognitif, istilah “Cognitive” berasal dari satu kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Perkembangan kognitif merupakan dasar bagi kemampuan anak untuk berfikir. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad Susanto (2011:48), bahwa kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Jadi proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali diitujukan kepada ide ide belajar. Sebelum anak memahami konsep biulangan komprehensif, diperlukan beberapa kemampuan yang mendukung terbangunnya konsep secara benar, yaitu kemampuan untuk membilang, koresponden satu-satu, serta pengetahuan tentang jumlah, perbandingan, dan simbol dari suatu bilangan.
Tahapan anak dalam memahami konsep bilangan diantaranya:
(1) Membilang (menghafal angka dan menyebutkannya), kemampuan anak menghafal angka dan menyebutkannya secara urut. kemampuan ini berkembang ketika anak di ajak bermain tentang bilangan menggunakan jari atau alat peraga bermain lainnya.
(2) Koresponden satu-satu, merupakan pemahaman bahwa setiap anggota memiliki pasangan atau hubungan dengan satu anggota lain dengan jumlah yang sama,
(3) Kuantitas (jumlah), perbandingan dan simbol bilangan, adalah suatu konsep tentang keseluruhan. Anak yang telah memahami suatu urutan bilangan mengetahui bahwa sekelompok benda jika dihitung dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri, atau dihitung dengan cara lain maka jumlah benda akan tetap sama, tidak berubah selama tidak ada penambahan atau pengurangan benda yang sama.
Kegiatan berhitung utnuk anak usia dini disebut pula kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang. anak menyebutkan urutan bilangan tanpa menghubungkan dengan benda konkrit. Pada usia 4 tahun mereka dapat menyebutkan urutan bilangan sampai 10, sedangkan usia 5 – 6 tahun dapat menyebutkan bilangan sampai 100 (Sriningsih, 2008). Menurut Piaget, tujuan pembelajaran berhitung anak usia dini sebagai logico-mathematical learning atau belajar berfikir logis dan sistematis dengan cara yang menyenangkan dan tidak rumit.
Memberi pembelajaran kepada anak usia taman kanak-kanak harus menggunakan media belajar yang dapat menarik minat anak untuk belajar. Mengingat karakteristik belajar pada anak usia dini adalah bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Dan salah satu media yang dapat digunakan adalah kancing warna warni dan angka ataupun huruf.
Belajar membilang dan berhitung melalui media kancing warna warni, dengan mengelompokkan kancing sesuai dengan jumlah angka yang melambangkannya dan membedakan warna membuat anak bisa belajar dengan lebih menyenangkan. Hal ini dikarenakan dengan media ini, anak dapat menghitung langsung kancing-kancing yang ada dan langsung mencari angka yang sesuai dengan jumlah kancing yang telah dihitungnya. Disamping itu dengan media ini, anak dapat menentukan sendiri seberapa banyak kancing yang akan dia hitung. Sehingga anak lebih leluasa untuk bereksplorasi dalam mengoperasionalkan angka-angka yang dia tentukan sendiri.
Penulis, Indah Yuli Winarni, S.Pd Guru TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal III , Sumbersari, Jember – Jawa Timur.