RadarJateng.com, Pendidikan – Layanan Pendidikan Agama peserta didik usia dini disekolah (Tidak berbasis Agama tertentu), perlukah ? Dengan diberikannya pendidikan agama kepada anak sejak usia dini akan ,menjadikan seorang anak menjadi lebih baik, beragama, bermoral dan berbudi pekerti yang baik. Orang tua akan menyesal bila tidak menanamkan atau memberikan pendidikan agama kepada anak-anaknya sejak awal.
Dalam dunia pendidikan di negara Indonesia yang mengenal adanya semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, kita adalah satu dalam keberagaman sehingga diperlukan rasa saling menghormati, menghargai dan toleransi terhadap sesama insan pendidikan di Bumi Nusantara ini.supaya negeri kita ini tercipta kedamaian ketenangan dalam beribadah dan kehidupan sehari-hari.
Dalam Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 3, dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupam bangsa dan bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Mengapa nilai-nilai keagamaan harus dikembangkan kepada peserta didik sejak usia dini ?
Untuk itu pengembangan nilai-nilai keagamaan peserta didik sejak usia dini sangat ditekankan karena nilai-nilai yang diserap anak akan menjadi kata hati yang akan menjadi kontrol dalam diri anak ketika dia besar kelak. Penanaman rasa toleransi dan menghormati, menghargai serta pembiasaan-pembiasaan baik dalam kehidupan beragama sangat diperlukan sejak usia dini, yaitu di usia 0-6 tahun, agar menjadi suatu kegiatan baik yang berjalan normal tanpa di paksa atau dibuat-buat pada diri anak sampai usia dewasa.
Selain anak mengenal pembiasaan dalam agama yang dilakukan dalam rutinitas ibadah, diharapkan anak juga menjadi sangat mengetahui bahwa mereka menganut suatu agama dan mengenal serta memahami dengan baik agama yang dianutnya (Hindu, Budha, Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Konghucu). Serta, anak mengetahui bahwa mereka tidak sendiri dalam menjalankan agamanya, ada teman, tetangga, saudara yang menganut agama yang sama dan ada juga agama yang berbeda di anut oleh temannya disekolah.
Pendidikan agama memiliki andil yang sangat besar dalam Membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat. Untuk itu diperlukan pembelajaran pendidikan agama yang efektif terutama sesuai dengan keyakinan anak didik, Sehingga keberhasilan pemyelenggaraan pendidikan agama berkontribusai besar terhadap penyiapan generasi yang memiliki etika, moral, dan perilaku yang baik. Sebaliknya, kegagalan dalam penyelenggaraan pendidikan agama akan berakibat terhadap merosotnya akhlak generasi penerus yang akan datang dan pada gilirannya akan merapuhkan karakter bangsa.
Hal ini harus menjadi perhatian dan pelayanan yang baik dan benar bagi lembaga-lembaga PAUD/TK umum yang tidak berdasarkan pada suatu agama tertentu, bahwa lembaga PAUD/TK tersebut harus dapat menyediakan serta menyelenggarakan proses pembelajaran sesuai agama dan keyakinan anak didik.
Ketahui Cara Menanamkan Nilai Agama dan Moral untuk Anak Usia Dini
- Berikan Contoh kepada Anak.
- Mulai dari Kebiasaan yang Sederhana.
- Menyampaikan Nasehat dengan Cara yang Menyenangkan.
- Ajak Anak untuk Bersosialisasi dengan Lingkungan yang Baik.
- Jangan Paksa Anak untuk Melakukan Sesuatu.
Menurut Wardah Anggraini, Syafrimen Syafril dalam Pengembangan Nilai–Nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini, bahwa Pengembangan nilai nilai moral dan agama anak dapat dikembangkan melalui metode sebagai berikut :
Metode bercerita, Metode Bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dalam cerita atau dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya. Ketika bercerita seorang guru juga dapat menggunakan alat peraga untuk mengatasi keterbatasan anak yang belum mampu berpikir secara abstrak (Zainab, 2012).
Metode bernyanyi, Metode Bernyanyi adalah suatu pendekatan pembelajaran secara nyata yang mampu membuat anak senang dan bergembira. Anak diarahkan pada situasi dan kondisi psikis untuk membangun jiwa yang bahagia, senang menikmati keindahan, mengembangkan rasa melalui ungkapan kata dan nada. Pesan-pesan pendidikan berupa nilai dan moral yang dikenal- kan kepada anak tentunya tidak mudah untuk diterima dan dipahami secara baik. Anak tidak dapat disamakan dengan orang dewasa (sabiati Amin 2016).
Metode bersyair, Pendekatan pembelajaran melalui kegiatan membaca sajak merupakan salah satu kegiatan yang akan menimbulkan rasa senang, gembira, dan bahagia pada diri anak.Secara psikologis anak Taman Kanak-kanak sangat haus dengan dorongan rasa ingin tahu, ingin mencoba segala sesuatu, dan ingin melaku- kan sesuatu yang belum pernah dialami atau dilakukannya. Melalui metode sajak guru bisa menanamkan nilainilai moral kepada anak. Sajak merupakan metode yang juga dapat membuat anak merasa senang, gembira dan bahagia ( Arief Armai, 2011)
Metode karyawsata, Metode ini bertujuan untuk mengembangkan aspek perkembangan anak Taman Kanak-kanak yang sesuai dengan kebutuhannya. Tujuan berkarya wisata ini perlu dihubungkan dengan tema-tema yang sesuai dengan pengembangan aspek perkembangan anak Taman Kanak- kanak. Tema yang sesuai seperti: binatang, pekerjaan, kehidupan kota atau desa, pesisir, dan pegunungan ( Mahyumi Natina, 2012)
Metode pembiasaan, Metode Pembiasaan terkait dengan penanaman moral, lebih banyak dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan tingkah laku dalam proses pembelajaran. Ini dapat dilihat misalnya, pada berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum makan dan minum, mengucap salam kepada guru dan teman, merapikan mainan setelah belajar, berbaris sebelum masuk kelas dan sebagainya ( Ayi Olim, 2010 )
Metode bermain, Metode Bermain ternyata banyak sekali terkandung nilai moral, diantaranya mau mengalah, kerjasama, tolong menolong, budaya antri dan menghormati teman. Nilai moral mau mengalah terjadi manakala siswa mau mengalah terhadap teman lainnya yang lebih membutuhkan untuk satu jenis mainan. Pengertian dan pemahaman terhadap nilai moral mau menerima kekalahan atau mengalah adalah salah satu hal yang harus ditanamkan sejak dini ( Rozalena, 2017).
Metode outbond, Metode Outbond merupakan suatu kegiatan yang me-mungkinkan anak untuk bersatu dengan alam. Melalui kegiatan outbond siswa akan dengan leluasa menikmati segala bentuk tanaman, hewan, dan mahluk ciptaan Allah yang lain. Cara ini dilakukan agar anak tidak hanya memahami apa yang diceritakan atau dituturkan oleh guru atau pendidik di dalam kelas. Melainkan mereka diajak langsung melihat atau memperhatikan sesuatu yang sebelumnya pernah diceritakan di dalam kelas, sehingga apa yang terjadi di kelas akan ada sinkronisasi dengan apa yang tampak di lapangan atau alam terbuka (Yunaida, Hana; Rosita, Tita, 2018 )
Metode bermain peran, Metode ini merupakan salah satu metode yang digunakan dlam menanamkan nilai nilai moral ke pada anak TK. Dengan bermain peran anak akan mempunyai ksadaran merasakana jika ia menjadi seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain peran ( Vivit Risnawati, 2012)
Metode diskusi, Metode ini adalah metode utuk mendiskusikan tentang suatu peristiwa. Biasanya dilakukan dengan cara siswa diminta untuk memperhatikan sebuah tayangan dari CD, kemudian setelah selesai siswa diajak berdidskusi tentang tayangan tersebut. Isi diskusinya antara lsin mengapa hal tersebut dilakukan, mengapa anak itu dikatakan baik, mengapa harus menyanyangi dan sebaginya ( Sapendi, 2015).
Metode keteladanan, Menurut Cheppy Cahyono, guru moral ideal adalah yang dapat menempatkan dirinya sebagai fasilitator, pemimpin, orangtua dan bahkan tempat menyandarkan kepercayaan, serta membantu orag lain dalam melakukan refleksi ( Cahyatun Mchsunah, 2017)
TK Nur Amalia Kota Tarakan, adalah sekolah Pendidikan Anak Usia Dini yang bersifat umum (tidak berbasis agama tertentu), walaupun mayoritas anak didik semuanya beragamakan islam. Untuk meningkatkan Keimanan dan ketaqwaan anak -anak guru mengajarkan mengaji baca iqro dan praktik sholat serta mengajarkan anak tentang doa-doa dam hadist
Sedangkan untuk pengajarnya dilakukan oleh guru sekolah sendiri dengan mendapatkan bimbingan dari Depag dan Disdik melalui Organisasi Pendidikan Agama Islam.
Demikianlah yang bisa saya sampaikan bahwa pendidikan agama sejak usia dini dan dengan layanan pendidikan dalam pembelajaran sesuai agama anak didik harus menjadi perhatian penyelenggara pendidikan Anak Usia Dini secara umum (yang tidak berlatar belakang Agama tertentu)
Penulis, Yulisna, S. Pd Guru TK Nur Amalia, Kec. Tarakan Tengah, Kota Tarakan – Kalimantan Utara