RadarJateng.com, Pendidikan – Dengan kondisi jaman yang semakin canggih tehnologi peradaban manusia semakain mengalami pergeseran nilai-nilai hidup, termasuk cara berpakaian. Banyak ragam pakaian sekolah yang dikenakan mulai tingkat PAUD, SD, SMP, SLTA bahkan mahasiswa, masing-masing memiliki pakaian khas yang menunjukkan identitas instansi pendidikan tempat mereka belajar. Demikian halnya dengan lembaga TK DHARMA WANITA GUYUNG 2 memiliki baju khas yakni baju lurik yang ditambah sabuk kain batik putihan,bawahan kain batik putihan serta blangkon, yang dipakai setiap hari Jumat. Untuk guru-gurunya juga menggunakan setelan yang sama yakni baju lurik, rok batik putihan [karena semua gurunya wanita], sabuk batik putihan dan jilbab dengan warna menyesuaikan.
Adapun tujuan dari pembiasaan pemakaian baju lurik tersebut di lembaga TK DHARMA WANITA GUYUNG 2 yakni sebagai upaya menjaga kelestarian pakaian budaya daerah kami yang berada di daerah jawa timur. Dengan penanaman nilai budaya daerah semenjak dini diharapkan ketika dewasa nanti anak-anak akan tetap bangga dan mencintai budaya daerah sendiri meskipun pengaruh budaya pakaian bermacam-macam baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri datang silih berganti membawa tren-tren model pakaian. Anak akan merasa tetap memiliki identitas meskipun dimanapun dia berada dan dalam kondisi apapun, karena masa yang paling dirindukan dan dikenang dalam perjalanan hidup seseorang salah satunya ketika dia belajar di Taman Kanak-Kanak. Sehingga kami berupaya menciptakan pembelajaran sekaligus kenangan murid-murid kami yang bermakna dan elok.
Asal muasal pembiasaan pemakaian baju lurik beserta kombinasinya ini berasal dari ide penulis yang ketika itu sedang belajar tentang kurikulum merdeka ditahun 2020 an dan menjadi pendidik di TK DHARMA WANITA GUYUNG 2 semenjak tahun 2014. Dimana di kurikulum merdeka terdapat 3 capaian pengembangan yakni Nilai-nilai Agama dan Moral, Jati Diri serta Literasi STEAM. Sebagai seorang guru yang ingin terus berkembang mencoba berinovasi tentang pembelajaran dan penanaman nilai-nilai kebajikan termasuk penanaman karakter berbudaya lokal maka tercetuslah ide pembiasaan pakaian baju lurik yang dipadukan dengan kain jarik warna putih untuk menambah keindahan / keelokan berbusana dan menjadikan hal yang berbeda dengan yang lainnya atau menciptakan kekhasan. Setelah ide tercetus dan terkonsep maka penulis memberanikan diri menyampaikan gagasan ini ke Kepala Sekolah dengan memaparkan setiap detailnya. Dimulai dari desain pakaian dan kombinasinya, pembelajaran yang disertakan ketika mengenakan baju tersebut, penentuan pelaksanaan, sumber biaya untuk pengadaan, dan resiko kurang lebihnya dari program yang terencana. Pada saat itu Kepala Sekolah langsung menyetujui dan mengajak membuat agenda rapat dengan Wali Murid untuk merealisasikannya.
Pembiasaan memakai seragam baju lurik akhirnya disepakati dalam rapat bahwa pengadaan pakaian dan kombinasinya biaya bersumber dari Wali Murrid, dilaksanakan setiap hari Jumat, pemebelajaran yang menyertai yaitu berbicara menggunakan bahasa jawa krama inggil[wicara basa jawa krama inggil= wibawa ragil], motif dan warna lurik bebas yang penting jenis baju lurik[ khusus anak perempuan menggunakan model kuthu baru]. Untuk mrnciptakan keserasian dan keselarasan maka dalam rencana pelaksanaan pembelajaran di hari Jumat tersusun materi bahasa jawa. Dikegiatan ekstrakurikuler kami mengajarkan tari-tarian tradisional seperti tari gugur gunung, cublek-cublek suweng, tari mentok-mentok dan lain-lain. Sebagai penanggung jawab pelaksanaan pembiasaan memakai baju lurik disepakati bahwa Penulis yang menjadi Penanggung jawab program sekolah yang satu ini.
Sudah menjadi hal biasa suatu program mendapati tantangan terutama tentang pengadaan pakaian dan perlengkapannya. Ada beberapa wali murid yang keberatan karena harus membeli pakaian baru beserta perlengkapannya yang memakan biaya kurang lebihnya Rp 125.000,00 dengan rincian pembelian baju lurik pa/pi 50 ribu, celana hitam 25 ribu, sabuk dan kain jarik 25 ribu serta blangkon 25 ribu. Untuk hal tersebut saya mengajak wali murid yang keberatan duduk bersama dengan ketua dan bendahara paguyuban Wali Murid untuk membahas mencari solusi kendala dari beberapa wali murid tersebut. Dengan semanagat kebersamaan rapat berjalan dan menemukan hasil.
Alhasil penyediaan baju dan perlengkapannya akan dipinjami uang kas bagi yang belum bisa membeli sendiri dengan rentan waktu satu bulan lunas. Penulis sebagai penanggung jawab akan ikut mendampingi keberlangsungan kesepatan yang telah dibuat. Sampai saat ini program pembiasaan memakai baju lurik dan kombinasinya tetap berjalan dan menjadikan kekhasan bagi lembaga kami dan mulai dilirik lembaga-lembaga lain. Semoga dengan program ini siswa-sisswi kami akan tetap konsisten menjaga kelestarian budaya lokal dan menghargai budaya- budaya lain.
Terima kasih. Salam dari Penulis ( Karsini, S.Pd Guru TK Dharma Wanita Guyung 2, Ngawi – Jawa Timur )