Best Practice : Pembelajaran Yang Menyenangkan Dengan Model Projek Menggunakan Metode Pop-Up di TK Negeri Pembina Kota Jayapura.

Hasil Karya Anak Membuat Pop-Up di TK Negeri Pembina Kota Jayapura.

RadarJateng.com, Pendidikan Pendahuluan. Latar Belakang. Literasi adalah istilah yang akrab di dunia pendidikan. Literasi merupakan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang dalam memahami dan mengolah informasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. NESCO (The United Nations Educational, Scientific, And Cultural Organization) mendefinisikan literasi adalah keahlian dalam membaca dan menulis yang terlepas dari keahlian yang didapat serta siapa yang mendapatkannya. Dapat dipahami bahwa kompetensi literasi berarti penguasaan dalam membaca, memahami, menyampaikan ulang, menuliskan dan memecahkan masalah dalam berbagai fenomena.

Kemampuan literasi yang perlu distimulasi sejak dini adalah kemampuan menulis. Pada usia kelompok B (5-6 Tahun), kemampuan menulis anak seharusnya sudah berada pada tahapan menulis yang benar. Hasil tulisan anak sudah dapat dibaca dan menunjukkan arti yang bermakna meskipun dalam segi penulisanya belum terlalu baik. Kemampuan menulis menjadi sangat penting karena kepercayaan dirinya semakin bertambah. Permulaan dalam belajar menulis biasanya diawali dengan belajar memegang pensil dengan benar kemudian dilanjutkan dengan membuat goresan-goresan sederhana seperti garis putusputus atau titik-titik (Aisy & Adzani, 2019; Kurnia & Solfiah, 2018; Kurniasih & Ramadhini, 2021). Di TK TK Negeri Pembina Kota Jayapura pembelajaran STEAM merupakan model pembelajaran yang baru. Sebagai guru, saya ingin menggunakan metode STEAM dalam mengatasi permasalahan menulis pada anak kelompok B. Sehingga munculah judul Best Practice ini kemampuan menceritakan kembali isi cerita melalui media pop-up”.

Rumusan. Bagaimana kegiatan pop-up menggunakan media loose part dapat meningkatkan kemampuan literasi Bahasa pada anak kelompok B TK Negeri Pembina Kota Jayapura?

Read More

Tujuan. 

  • Pop-up dapat digunakan untuk mengoptimalkan aspek perkembangan bahasa dan motorik halus serta meningkatkan kreativitas anak. Anak akan terdorong untuk berimajinasi, memunculkan rasa ingin tahu anak dengan kegiatannya yang menarik dan unik, terutama yang berkaitan dengan alat dan bahan.
  • Anak yang mendapatkan stimulasi seperti latihan motorik halus akan berkembang lebih cepat dan baik dibandingkan dengan anak yang kurang atau sama sekali tidak mendapatkan stimulasi seperti lancar dalam menulis
  • Melatih kesabaran dan kerjasama pada anak.

Pembahasan.

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Fitantri, DA (2020) meningkatkan kemampuan menceritakan kembali isi cerita melalui media pop-up. Kemampuan menceritakan kembali isi cerita merupakan kegiatan anak setelah anak memahami dan menceritakan kembali isi cerita yang sudah di dengarnya. . Maka dari itu kegiatan pop-up merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang dapat dilaksanakan untuk membantu perkembangan literasi bahasa anak.

Beberapa tantangan yang terjadi yaitu:

  • Bahan yang kurang menarik sampaikan kepada anak.
  • Metode dan media pembelajaran kurang bervariasi
  • Anak tidak terbiasa menonton video cerita lalu ceritakan kembali
  • Anak yang terbiasa bermain gadget, timbul rasa malas, enggan bergerak karena terbiasa tidak melakukan sesuatu dan fokus pada
  • Anak belum melakukan kegiatan mengulang kembali cerita setelah menonton
  • Guru kurang bercerita secara terus menerus bagi anak

Pembelajaran Berbasis Proyek

Guru mengajak anak untuk melakukan eksplorasi secara langsung buku pop-up, menggunting, melipat,menempel dan juga memiliki pengalaman untuk membuat cerita. Selain itu diperkuat dengan cerita, video dan penjelasan dari guru. Guru memberikan pertanyaan pemantik yang mendorong siswa untuk aktif berpendapat. Kegiatan yang digunakan untuk meningkatkan literasi Bahasa anak adalah pop-up . Guru juga menyediakan berbagai gambar ayam yang bervariasi memberikan kesempatan pada anak untuk dapat memilih gambar ayam yang diinginkan. Penggunaan loose part yang beragam, dapat memunculkan kreativitas dan anak dapat bereksplorasi berdasarkan pengetahuan dan imajinasinya masing-masing.

Antusias AnakAnak Membuat Pop-Up di TK Negeri Pembina Kota Jayapura.

Pembahasan

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Fitantri, DA (2020) meningkatkan kemampuan menceritakan kembali isi cerita melalui media pop-up. Kemampuan menceritakan kembali isi cerita merupakan kegiatan anak setelah anak memahami dan menceritakan kembali isi cerita yang sudah di dengarnya. . Maka dari itu kegiatan pop-up merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang dapat dilaksanakan untuk membantu perkembangan literasi Bahasa anak

Beberapa tantangan yang terjadi yaitu:

  • Bahan yang kurang menarik sampaikan kepada anak.
  • Metode dan media pembelajaran kurang bervariasi
  • Anak tidak terbiasa menonton video cerita lalu ceritakan kembali
  • Anak yang terbiasa bermain gadget, timbul rasa malas, enggan bergerak karena terbiasa tidak melakukan sesuatu dan fokus pada
  • Anak belum melakukan kegiatan mengulang kembali cerita setelah menonton
  • Guru kurang bercerita secara terus menerus bagi anak

Pembelajaran Berbasis Proyek

Guru mengajak anak untuk melakukan eksplorasi secara langsung buku pop-up, menggunting, melipat,menempel dan juga memiliki pengalaman untuk membuat cerita. Selain itu diperkuat dengan cerita, video dan penjelasan dari guru. Guru memberikan pertanyaan pemantik yang mendorong siswa untuk aktif berpendapat. Kegiatan yang digunakan untuk meningkatkan literasi Bahasa anak adalah pop-up . Guru juga menyediakan berbagai gambar ayam yang bervariasi memberikan kesempatan pada anak untuk dapat memilih gambar ayam yang diinginkan. Penggunaan loose part yang beragam, dapat memunculkan kreativitas dan anak dapat bereksplorasi berdasarkan pengetahuan.

Best Practice dalam pembelajaran menghias gambar dengan teknik kolase

Dalam kegiatan PPG ini, peran guru dalam mengidentifikasi masalah yang ada dan mencari solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang ada dengan memberikan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak. Guru dapat berkolaborasi dengan orang tua agar dapat melakukan kegiatan yang meningkatkan kemampuan motorik halus di rumah.

Kesimpulan.

Dari kegiatan yang dilakukan :

  1. terlihat anak antusias terutama ketika anak belajar melalui media konkret, anak dapat belajar dan mengamati secara langsung.
  2. dengan menggunakan media TPACK ( Technological Pedagogic Content Knowledge ) anak menjadi lebih bersemangat dan tidak mudah bosan untuk menerima pembelajaran yang
  3. anak-anak tertarik untuk menghias gambar dengan teknik kolase dengan penggunaan media Loose Part yang unik membuat anak terpacu untuk berkreasi menghias gambar ayam pilihannya sesuai dengan

Terlihat dari pembelajaran terdapat peningkatan aspek perkembangan motorik halus yaitu dari 9 peserta didik secara keseluruhan dapat menyelesaikan tugas kolase.

Daftar Pustaka.

Penulis, Ameliya Aronggear, S.Pd Guru TK Negeri Pembina Kota Jayapura

Related posts