RadarJateng.com, Pendidikan – Pendidikan bagi anak usia dini merupakan upaya pemberian dan pembinaan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak semenjak lahir sampai usia dengan 6 tahun agar memiliki kesiapan untuk memasuki tahapan pendidikan selanjutnya (Zahra & Harmawati, 2019). Pada masa ini anak-anak memiliki hasrat belajar yang tinggi. Ditandai dengan kesenangan mempelajari apa saja dan membaca segala hal. Program pembelajaran sudah seharusnya dilakukan pada fase ini. Sesuatu yang menyebabkan berlangsungnya masa golden age adalah otak yang sedang berada dalam proses pertumbuhannya. Otak memiliki fungsi dan kedudukan sebagai pusat kendali sistem organ dalam tubuh.
Pertumbuhan otak sendiri memiliki dua tahap yaitu: Pertama, tahap pacu tumbuh otak yakni ketika otak berada pada kondisi perkembangan yang sangat cepat. Tahapan ini dimulai sejak dalam kandungan yakni pada tri semester ketiga. Berlangsung selama 36 bulan atau tiga tahun (Chapnick, 2017; Hasan, 2013a; Mustakim et al., 2020). Pertumbuhan otak selaras dengan pertumbuhan badan. Pertumbuhan otak pada anak berusia 5 tahun telah berlangsung sebanyak 80 persen. Pertumbuhan otak sepenuhnya terjadi pada anak berusia 6 tahun (Hasan, 2013b; Kesuma et al., 2019). Kondisi yang dihadapi anak pada masa pertumbuhan dan perkembangan ini akan berpengaruh pada prospeksi kehidupan mendatang anak tersebut. Menurut Suyanto, ada enam aspek perkembangan yang inheren pada diri anak diantaranya adalah aspek intelektual atau kognitif, aspek fisik motorik, aspek nilai agama dan moral, aspek sosial, emosional, bahasa dan seni (Suyanto, 2005).
Salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangkan dalam pembelajaran anak usia dini adalah aspek kognitif. Dalam Permendikbud No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD menyebutkan bahwa aspek kognitif meliputi: Belajar dan pemecahan masalah, mencakup kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara fleksibel dan diterima sosial serta menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks yang baru; Berfikir logis, mencakup berbagai perbedaan, klasifikasi, pola berinisiatif, berencana, dan mengenal sebab-akibat; Berpikir simbolik, mencakup kemampuan mengenal, menyebutkan, dan menggunakan konsep bilangan, mengenal huruf, serta mampu merepresentasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk gambar.
Kemampuan Kognitif berperan penting bagi perkembangan hidup anak baik, termasuk pula bagi masa depannya. Hal itu disebabkan karena hampir seluruh aspek kehidupan membutuhkan kemampuan kognitif dalam memecahkan berbagai permasalahan hidup. Tidak mengheran jika pengembangan kemampuan kognitif merupakan salah satu motivasi masyarakat dalam menyekolahkan anaknya sedini mungkin (Basri, 2018; Suryawan & Endaryanto, 2021). Tujuan dari pengembangan kemampuan kognitif anak adalah agar anak memiliki kemampuan dalam mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya melalui panca indera. Pengetahuan yang diperoleh dari proses eksplorasi tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk keperluan melangsungkan kehidupannya. Kemampuan kognitif membantu anak dapat memberdayakan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhannya dan masyarakat. Pengembangan kemampuan ini juga berguna secara cepat dan tepat untuk memecahkan suatu persoalan (Indarwati, 2017)
Pengenalan lambang bilangan sangat penting bagi anak usia dini. Banyak hal disekitar anak yang berhubungan dengan lambang bilangan. Lambang bilangan merupakan aspek dasar dalam matematika. Wortham (2006, hlm. 233) mengatakan bahwa “Mathematics experiences prepared for preschool children should take into account the child cognitive limitations and present a minimum of perceptual difficulties”. Pengalaman matematika harus disesuaikan dengan perkembangan kognitif anak agar meminimalkan kesulitan persepsi. Mengenalkan lambang bilangan untuk anak usia dini harus disesuaikan dengan perkembangan kognitif anak. Dengan mengenal lambang bilangan akan memudahkan anak dalam menyampaikan dan menafsirkan berbagai informasi. Pada awalnya anak mampu menyebutkan bilangan tanpa mengetahui makna bilangan tersebut. Sejalan dengan perkembangan dan pengalaman yang diperoleh anak akan mampu mengenal lambang bilangan.
Para pendidik seringkali mengenalkan lambang bilangan kepada anak hanya dengan menuliskan lambang bilangan dipapan tulis atau memberikan lembar kerja kepada anak kemudian anak diberi tugas untuk mengisi lembar kerja yang sudah disediakan sehingga anak mudah bosan dan pembelajaran kurang menantang bagi anak. Upaya pendidikan yang diberikan pendidik hendaknya dilakukan dengan kegiatan yang menyenangkan yang menggunakan strategi, metode, materi/bahan media yang menarik dan mudah dipahami peserta didik (Ramaini, t.t., hlm 2). Guru sebaiknya menggunakan media yang menarik dalam pembelajaran mengenal lambang bilangan agar menarik perhatian anak, memfasilitasi keaktifan dan kreativitas anak. Cara pemberian stimulasi anak usia dini dengan memberikan atau menciptakan kegiatan yang mencakup berbagai aspek perkembangan anak dengan menyediakan berbagai fasilitas dan media yang dibutuhkan oleh anak usia dini sesuai dengan kebutuhannya (Yunikowati, 2014, hlm.2).
Media pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan dalam menyampaikan dan memperjelas sebuah materi pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran (Guslinda dan Kurnia, 2018). Media dipandang sebagai salah satu faktor yang dapat meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, karena media memiliki peran dan fungsi strategis yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi motivasi, minat dan atensi peserta didik dalam belajar serta mampu memvisualisasikan materi abstrak yang diajarkan sehingga memudahkan pemahaman peserta didik (Cahyadi, 2019:19). Oleh karena itu, media memiliki peran dan fungsi yang sangat penting bagi pembelajaran karena dapat mendukung tercapainya pembelajaran dengan lebih baik dan lebih cepat serta dapat membantu peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Menurut Khadijah, 2016:124 menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran,perasaan, perhatian dan minat serta perhatian anak usia dini sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Oleh karena itu perkembangan anak seharusnya disertai dengan kegiatan yang menyenangkan dan inovatif tidak hanya kegiatan menulis, mewarnai akan tetapi juga diberikan juga media yang menarik bagi anak, pengkondisian kelas yang baik, demonstrasi pembelajaran yang aktif, efisien, dan tepat sasaran, serta penggunaan model, pendekatan, dan metode yang tepat (Lailaturrohmah dan Wulandari, 2021: 35).
Menunjukkan bahwa media loose parts dapat memberikan pengaruh atau dampak terhadap perkembangan kognitif anak, karena anak anak berkreasi menggunakan media yang ada di sekitar anak (lingkungan) sesuai dengan ide-ide yang timbul dari pemikiran mereka sehingga mampu meningkatkan perkembangan kognitif anak dimanapun mereka berada.
Loose parts merupakan barang apapun yang dapat dimainkan dan dimanipulasi anak, sampai tanpa disadari anak bisa menemukan sesuatu dari hasil proses bermainnya (Siantajani,2020:12). Media loose parts merupakan bahan yang mudah dipindahkan keseluruh bagian ruangan dan memberikan kesempatan kepada anakanak untuk bisa membuat kreasi. Hal tersebut akan meningkatkan berbagai keterampilan yang dimiliki anak, yaitu kreatifitas, konsentrasi, koordinasi tangan, perkembangan motorik halus, perkembangan motorik kasar, penguasaan bahasa dan kosa kata, pemikiran matematika, pemikiran ilmiah, emosional, dan perkembangan sosial anak (Rahardjo, 2019)
Menurut Chakravarthi, baik Piaget dan Vygotsky memandang permainan anak-anak sebagai sesuatu yang menyeluruh “kreativitas,eksplorasi, adaptasi.pembelajaran, komunikasi dan sosialisasi” Rasa ingin tahu ini adalah bagaimana anak-anak menjadi terinspirasi untuk terlibat dalam eksplorasi dan penemuan baru. Loose parts di lingkungan bermain memiliki pengaruh positif pada perilaku bermain anak-anak dan perkembangan mereka. (Flannigan, C., & Dietze, B. (2017).
Menurut Haughey loose part merupakan bahan-bahan yang terbuka, dapat terpisah atau dijadikan satu kembali, dibawa, digabungkan, dijajar, dipindahkan serta digunakan sendiri atau digabungkan dengan bahan-bahan lain. Ketika anak menggunakan loose part, anak bisa memainkan loose part sesuai dengan kemauan anak. Anak mudah menggeser benda-benda yang diletakkan di suatu tempat sebagai komponen dari satu bentuk tertentu (Siantajani, 2020:47). Loose part biasanya berupa benda-benda alam maupun sintesis (Siantajani, 2020:12). Bahan media loose part yang digunakan juga mudah didapatkan di lingkungan sekitar anak.
Loose part sudah pasti akan lebih dipilih dan disukai oleh anak karena menawarkan kesempatan untuk dimanipulasi sesuai keinginan anak. Apabila anak bermain dengan alat permainan yang jadi (toys), atau peralatan yang ada di taman bermain (playground), mereka akan merasa lebih cepat lelah, jenuh, dan kehabisan ide permainan. Berbeda dengan ketika anak bermain dengan menggunakan loose part yang menawarkan pilihan permainan tanpa batas dan mendorong anak untuk “mencipta” sesuai dengan ide pikiran, gagasan atau imajinasinya (Puspita, 2019:17- 30). Lebih lanjut, media loose parts mudah ditemukan di sekitar lingkungan dan sangat membantu untuk dijadikan media pembelajaran. Akan tetapi, meskipun barangnya mudah ditemukan, anak sangat nyaman dan tertarik ketika menggunakan media tersebut sehingga akan meningkatkan rasa keingin tahuannya.
Penulis, Fatimah, S.Pd. Guru TK Aisyiyah Bustanul Athfal, Brebes – Jawa Tengah
DAFTAR PUSTAKA
- Elfrida Rahma Valentina Dewi1*, Hibana1 , Musyafa Ali2 (2023) Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia(1) Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto, Indonesia(2 Pengaruh Penggunaan Media Loose Parts terhadap Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume Pages 267-282. https://scholar.archive.org/work/pleoudwfcfbxzh2xkfbrguxuwm/access/wayback/https://obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/download/3451/pdf
- Sumardi1 , Taopik Rahman2 , Iis Syifa Gustini3 1( 2017). Program Studi PGPAUD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya PENINGKATAN KEMAMPUAN ANAK USIA DINI MENGENAL LAMBANG BILANGAN MELALUI MEDIA PLAYDOUG Jurnal PAUD Agapedia No. 2 Desember 2017, page 190-202
- Herman Zaini, Kurnia Dewi (2017). Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini: Raudhatul Athfal , Vol 1 No 1 (2017) https://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/raudhatulathfal/article/view/1489
- Windy Atmilawati1, Rohmad Arkam2, Rizki Mustikasari3 3 ( 2023). STKIP PGRI Ponorogo PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN MENGGUNAKAN MEDIA LOOSE PARTS Jurnal Mentari Pendidikan Anak Usia Dini 3(2), Desember 2023, 94-102 https://jurnal.stkippgriponorogo.ac.id/index.php/Mentari/article/view/371
- Monicha Fauziyah PG PAUD, Mallevi Agustin Ningrum (2022). Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya, PENGEMBANGAN MEDIA LIPUTAN BERBASIS LOOSE PARTS UNTUK MENGENALKAN LAMBANG BILANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN Jurnal PAUD Teratai. Halaman 1-9 ISSN 2302-7363. https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paud-teratai/article/view/48393/40474