Pentingnya Pendidikan Parenting Bagi Orang Tua di PAUD.

Ibu Octi Kusuma Handayani, S. Pd TKIT Al-Muhajirin Sawangan, Magelang – Jawa Tengah

RadarJateng.com, Pendidikan Di zaman yang modern ini, menjadi orang tua bukanlah perkara yang mudah. Banyak hal yang perlu dipersiapkan ketika menjadi orang tua salah satunya pengetahuan dan pengasuhan dalam mendidik anak. Pengetahuan dan Pengasuhan dalam mendidik anak merupakan hal yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Karena dapat mengantarkan anak dalam membentuk karakter dan mempersiapkan diri menjadi anggota masyarakat.

Kegiatan Parenting sangat penting dilaksanakan di satuan Paud, karena keterlibatan orang tua/wali murid juga berperan penting dalam pedidikan anak. Dukungan orang tua sangatlah diperlukan dalam berlangsungnya pendidikan di Paud. Karena orang tua merupakan guru pertama anak memperoleh pendidikan. Peran orang tua dalam pembentukan karakter anak sangat berperan penting. Orang tua harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya. Menjadi orang tua harus banyak belajar dan membekali dirinya dengan segala informasi tentang pendidikan anak, agar orang tua dapat menentukan pola didik dan pola asuh yang tepat sehingga mampu memberikan dampak positif bagi anak. Hal ini yang menjadi sebab kenapa orang tua perlu memiliki pengetahuan dalam mengasuh anak.

Komunikasi antara guru dan orangtua anak harus terjalin dengan baik. Sehingga terjalin rasa kekeluargaan.  Kegitan parenting sebaiknya dilaksanakan minimal 2 kali dalam setahun dalam kelompok kecil seperti satu kelas atau satu sekolah secara bersama-sama sesuai kesepkatan bersama. Jenis kegiatan parenting dapat berbentuk:

Read More
  • Curah pendapat berupa saling mengemukakan pendapat antar orangtua tentang pengalaman mereka dalam pengasuhan anak.
  • Sarasehan berupa pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat (prasaran) para ahli mengenai masalah anak.
  • Simulasi merupakan kegiatan praktek yang dilaksanakan oleh kelompok.
  • Belajar keterampilan tertentu merupakan kegiatan yang lebih diarahkan pada pemberian pelatihan secara individu atau kelompok dengan tujuan peningkatan atau penguasaan keterampilan tertentu.Contoh: mengolah makanan ringan yang aman, bergizi, bervariasi dan berimbang; membuat permainan edukatif dari bahan daur ulang dan lain-lain., baik melalui kegiatan belajar bersama maupun oleh seorang ahli. d. Waktu Pelaksanaan
Antusias Peserta Parenting di TKIT Al-Muhajirin Sawangan, Magelang – Jawa Tengah

Jenis-jenis Parenting Style dan pengaruhnya pada anak akan diuraikan berikut ini :

  1. Authoritarian Parenting Authoritarian parenting atau gaya asuh otoriter merupakan gaya asuh yang menerapkan aturan ketat, kepatuhan, dan kedisiplinan, demikian seperti yang dijelaskan dalam laman Parents. Orang tua dengan gaya asuh ini punya harapan tinggi pada anak mereka dan tidak ragu untuk memberi hukuman ketika sang anak salah. Tipe orang tua seperti ini otoriter dan cenderung mengambil alih segala keputusan. Sang anak hanya harus menurut pada orang tua tanpa penjelasan. Ketika ada masalah, mereka tidak akan melibatkan anak dan cenderung meremehkan pendapat anak. Pengaruh authoritarian parenting pada anak yakni: Anak tahu batasan dan konsekuensi dari apa yang dilakukannya Anak mungkin berperilaku baik di rumah, tapi memberontak ketika bersama teman Hubungan anak dan orang tua cenderung kurang hangat Anak mungkin tumbuh menjadi sosok yang pandai berbohong demi menghindari hukuman
  2. Authoritative Parenting. Menurut Baumrind, authoritative parenting atau gaya asuh otoritatif merupakan parenting yang “standar emas” karena orang tua memberi anak batasan tapi tetap memberi kebebasan untuk membuat keputusan. Orang tua memandang kesalahan sebagai pengalaman belajar dan punya harapan yang jelas pada anak. Mereka tetap punya sisi hangat tapi mampu menanamkan pentingnya sikap tanggung jawab serta disiplin. Ketika membuat sebuah aturan, mereka menjelaskan alasannya dan selalu berusaha untuk membangun hubungan yang positif bersama anak. Secara umum, anak dengan pola asuh authoritative parenting menunjukkan pengaruh yang positif, di antaranya: Memelihara hubungan positif dengan orang tua Anak cenderung bertanggung jawab Punya kepercayaan diri yang tinggi Mampu mengelola agresi Anak cenderung bahagia dan sukses serta dapat berprestasi baik secara akademis maupun sosial Mampu mengungkapkan pendapat dan perasaan mereka.
  1. Permissive Parenting. Orang tua dengan gaya asuh permissive parenting kerap bertindak lebih seperti teman daripada orang tua yang seharusnya berwibawa. Mereka tidak terlalu menerapkan kedisiplinan dan hanya memberi anak apa yang dibutuhkan. Misalnya, orang tua membiarkan anak makan 10 bungkus permen setiap hari apabila itu yang memang diinginkan oleh sang anak. Hal ini dikarenakan mereka terlalu santai dan lunak tanpa menerapkan peraturan yang ketat dan hanya akan turun tangan ketika ada masalah serius. Permissive parenting juga akan menerapkan ucapan, “Namanya juga anak-anak,” ketika buah hatinya melakukan kesalahan sehingga sang anak tidak mengerti makna dari konsekuensi. Sejumlah pengaruh permissive parenting pada anak yakni: Kurangnya tanggung jawab dan kemandirian Tak mampu melakukan pengambilan keputusan Impulsif, egois, dan agresif Tidak mampu menghargai otoritas dan aturan Cenderung berjuang atau bahkan gagal secara akademis Berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan seperti obesitas.
  1. Uninvolved Parenting. Uninvolved parenting, yang disebut juga dengan neglectful parenting, merupakan pola asuh yang lalai dan mengabaikan anaknya. Mereka melepas sang anak dan tidak menetapkan aturan atau memberi harapan. Dalam kasus yang ekstrem, anak mungkin tidak diberi kebutuhan yang layak sehingga kesejahteraannya tidak terpenuhi. Orang tua tidak banyak menghabiskan waktu dengan anak sehingga anak tidak menerima cukup bimbingan, pengasuhan, kasih sayang, dan perhatian. Sejumlah pengaruh uninvolved parenting pada anak yakni: Anak tumbuh menjadi sosok yang pemberontak dan mungkin melakukan kejahatan Tidak mampu menjalin ikatan dengan orang lain karena rendahnya empati dan kecerdasan emosional Harga diri yang rendah Prestasi yang buruk di sekolah.

Sebagai orang tua atau pendidik kita harus mendukung kegiatan parenting yang telah diprogramkan dilembaga PAUD.

Penulis, Octi Kusuma Handayani, S. Pd Guru TKIT AL MUHAJIRIN, Sawangan-Magelang-Jawa Tengah

Related posts