RadarJateng.com, Pendidikan – Karakter bangsa dimulai dengan pembentukan karakter anak, dan pembentukan karakter anak harus dimulai sejak dini. Tujuan pembentukan karakter anak sejak usia dini adalah untuk membentuk kepribadian anak yang baik sehingga kelak saat mereka dewasa menjadi pribadi yang baik, berakhlak mulia, dan dapat memberi manfaat bagi lingkungannya.
Seperti ungkapan Ki Hajar Dewantara bahwa “Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti. Hal ini didukung dengan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang menyatakan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Pendidikan karakter harus ditanamkan sejak anak masih kecil dan melalui proses yang disesuaikan dalam tahapan perkembangan anak. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pembentukan karakter anak dibutuhkan kesabaran dan ketekunan para pendidiknya yang harus didukung dengan keseimbangan antara pendidikan orang tua di rumah dengan pendidikan di sekolah. Harus ada komunikasi antara orang tua dan guru dalam memberikan pendidikan karakter pada anak. Orang tua juga harus konsisten untuk menanamkan pendidikan karakter di rumah sejalan dengan yang ditanamkan di sekolahan. Jangan sampai saat di sekolah anak sudah mendapat bekal pendidikan karakter yang baik namun di rumah anak masih dibebaskan untuk bersikap sesuai keinginan anak. Orangtua juga harus memberikan contoh yang baik kepada anak karena pendidikan pertama anak tetaplah berada pada tangan orang tuanya.
Pendidikan karakter pada tingkat pendidikan TK atau PAUD dapat menggunakan Buku 9 Pilar Karakter yang dapat diajarkan kepada anak secara bertahap. Adapun 9 Pilar Karakter tersebut adalah :
- Cinta Tuhan dan Segenap CiptaanNya
- Mandiri, Disiplin, dan Tanggung Jawab
- Jujur, Amanah, dan Berkata Bijak
- Hormat, Santun, dan Pendengar yang Baik
- Dermawan, Suka Menolong, dan Kerja Sama
- Percaya Diri, Kreatif, dan Pantang Menyerah
- Pemimpin yang Baik dan Adil
- Baik dan Rendah Hati
- Toleran, Cinta Damai dan Bersatu
Untuk cara penyampaian pendidikan karakter pada Anak Usia Dini dapat dilakukan dengan 3 cara yang dilakukan secara berkelanjutan yaitu :
- Menggunakan buku pilar karakter
- Menggunakan boneka tangan (Bercerita)
- Demonstrasi/ praktek langsung
Misalnya hari pertama guru menggunakan buku pilar karakter tentang disiplin mengantri saat cuci tangan, pada hari kedua guru dapat menggunakan boneka tangan dan bercerita tentang kedisiplinan mengantri, dan hari berikutnya guru mengajak anak praktek langsung tentang kedisiplinan anak dalam mengantri. Hal ini dilakukan terus menerus dan guru harus selalu mengingatkan dan menanamkan dalam diri anak secara berkelanjutan.
Seperti kita ketahui negara maju seperti negara Jepang sangat mengedepankan pendidikan karakter mereka, dimana budaya antri, hormat kepada orang yang lebih tua, mandiri, toleransi ataupun pendidikan karakter dasar lainnya dianggap sangat penting dan menjadi fokus utama dalam pendidikan anak usia dini di Jepang. Di Indonesia banyak yang beranggapan bahwa kepintaran anak secara kognitif lebih penting daripada pendidikan karakter sehingga banyak orang tua yang beranggapan yang penting anaknya pintar saja dan tidak terlalu memperhatikan penanaman pendidikan karakter pada anak. Oleh sebab itu disinilah peran guru untuk mengkomunikasikan pada orang tua agar pendidikan di rumah dan di sekolah dapat sejalan.
Penanaman karakter pada Anak Usia Dini diharapkan dapat membentuk karakter bangsa yang baik, yang cinta pada tanah airnya, yang takut pada Tuhannya, yang dapat menghargai orang lain, serta dapat menjadi anak kreatif yang mandiri dan punya sikap pantang menyerah. Apalagi usia ini adalah usia emas (golden age) dimana anak harus diberikan masukan-masukan positif dalam dirinya. Pada usia ini anak belum dapat membedakan baik dan buruk sehingga kita sebagai orang dewasa yang harus mengarahkan dan memberi contoh. Mari sama-sama kita mulai pada diri kita sendiri, pada anak kita sendiri dan pada anak didik kita. Sedikit peran kita kalau dilakukan bersama-sama dan didukung dengan kebijakan pemerintah diharapkan di masa depan anak-anak bangsa tidak hanya pintar secara intelegensi tapi juga secara kepribadian.
Penulis : Hermin Susana, S. Pd Guru TKIT Al-Muhajirin Sawangan, Magelang – Jawa Tengah