RadarJateng.com, Pendidikan – Dengan mengadakan perlombaan Hari Kemerdekaan, anak usia dini dapat meningkatkan rasa cinta tanah air mereka. Melalui perlombaan tersebut, anak-anak dapat belajar tentang sejarah perjuangan bangsa dalam meraih kemerdekaan. Selain itu, mereka juga dapat mengenal simbol-simbol nasional seperti bendera merah putih dan lambang negara. Partisipasi dalam berbagai perlombaan dapat memberikan pemahaman kepada anak tentang sportifitas. Hari Kemerdekaan juga dapat mengajarkan nilai-nilai seperti kerjasama, semangat gotong royong, dan persatuan. Melalui kegiatan perlombaan ini, anak-anak akan merasakan kebersamaan dan semangat patriotisme yang dapat membangkitkan rasa cinta tanah air mereka.
Dengan demikian, perlombaan Hari Kemerdekaan merupakan salah satu cara efektif untuk meningkatkan rasa cinta tanah air pada anak usia dini. Dengan mengadakan perlombaan Hari Kemerdekaan, anak usia dini dapat memahami dan menghargai makna kemerdekaan serta mengembangkan rasa bangga dan cinta terhadap tanah air. Lewat perlombaan Hari Kemerdekaan, anak-anak usia dini dapat belajar tentang nilai-nilai nasional dan memahami pentingnya menjaga warisan budaya dan sejarah bangsa. Dengan demikian, perlombaan Hari Kemerdekaan dapat menjadi salah satu cara yang efektif dalam memupuk rasa cinta tanah air pada anak usia dini. Melalui perlombaan Hari Kemerdekaan, anak usia dini dapat belajar dan menginternalisasi nilai-nilai patriotisme dan rasa cinta terhadap tanah air. Selain itu, perlombaan ini juga dapat mengajarkan mereka tentang nilai-nilai seperti keberanian, tekad, dan semangat.
Selain itu masih banyak manfaat yang didapat oleh anak dalam mengikuti perlombaan hari kemerdekaan, diantaranya :
Membangun rasa percaya diri. Lomba 17 Agustus bisa membantu anak untuk memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Pasalnya, setiap perlombaan yang dilakukan, tak terkecuali lomba 17-an, memiliki tujuan untuk bisa mendapatkan juara yang nantinya akan diberikan hadiah yang telah dipersiapkan sebelumnya. Karena ada tujuan yang ingin dicapai, yaitu menjadi juara satu agar mendapatkan hadiah, rasa kompetitif anak bisa muncul sejalan dengan keberaniannya untuk mengikuti lomba tersebut.
Memupuk semangat cinta tanah air. Selain bisa membangun rasa percaya diri yang tinggi, manfaat lomba 17 Agustus lainnya yaitu bisa memupuk semangat cinta tanah air atau rasa nasionalisme anak sejak dini. Dengan melibatkan mereka dalam kegiatan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia, anak-anak secara perlahan bisa mengenal alasan hadirnya 17 Agustusan dan semakin kenal dengan sejarah kemerdekaan Indonesia.
Mengasah kreativitas dan keberanian anak. Lomba 17 Agustus yang dilakukan tak jarang mendorong anak untuk bisa berpikir secara kritis, cerdas, cepat, dan cermat. Pemikiran seperti ini bisa memicu kreativitas anak serta memunculkan keberaniannya untuk mencoba hal yang baru. Contohnya ketika lomba makan kerupuk, anak harus memikirkan strategi yang paling tepat agar bisa menghabiskan kerupuk yang tergantung lebih cepat dibandingkan lawan-lawannya. Strategi yang muncul ketika sedang menjalankan lomba seperti ini bisa membuat kreativitas anak semakin terbentuk.
Memotivasi anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Tak semua lomba 17 Agustus dilakukan secara individual, ada pula lomba yang harus dilakukan secara berkelompok. Maka itu, manfaat anak mengikuti lomba 17-an adalah bisa mendorong kemampuannya untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Tak hanya kemampuan sosialisasinya yang bertambah, tetapi juga kemampuan untuk bekerjasama di dalam sebuah tim/kelompok dengan sportif untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu untuk menjadi juara.
Melestarikan budaya Indonesia. Meskipun anak-anak di zaman sekarang telah banyak terpengaruh oleh budaya asing, momen seperti 17 Agustusan ini sangat penting untuk mengingatkan anak pada budaya Indonesia yang ada. Ketika anak mengikuti lomba 17 Agustus, generasi muda bisa terus melestarikan budaya Indonesia dengan meramaikan tradisi lomba yang ada, sehingga budaya lomba 17 Agustus akan tetap ada dan bisa dilakukan hingga ke generasi-generasi berikutnya.
Penulis, Bekti Pamukas, S.Pd Guru TK PGRI Senden, Magelang – Jawa Tengah