RadarJateng.com, Pendidikan – Matematika adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan angka, rumus, dan logika. Matematika juga dapat disebut sebagai bahasa karena di dalamnya terdapat simbol-simbol yang memiiki arti. Jadi, dapat dikatakan bahwa matematika merupakan ratunya ilmu. Matematika juga berkaitan erat dengan penalaran karena dengan adanya matematika dapat melatih seseorang untuk berpikir kritis. Kita sering menemukan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, jika kita melakukan jual atau beli, kita sudah mengaplikasikan matematika secara langsung karena jual atau beli merupakan aritmatika sosial yang mana aritmatika sosial adalah bagian dari matematika. Dari contoh tersebut kita dapat meyimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang pasti akan selalu ditemui dalam kehidupan. Oleh karena itu matematika termasuk dalam pelajaran yang wajib dipelajari sejak kita duduk di bangku sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Keberhasilan sebuah pembelajaran tidak hanya di wujudkan dalam sebuah hasil prestasi siswa di sekolah, namun pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran yang mampu mengembangkan apa yang telah dipelajari di sekolah dan mengaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.Pengertian belajar menurut Suherman et, al, (2001: 8) adalah Proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman, sedangkan pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar atau proses interaksi antara pendidik dan peserta didik yang melibatkan pengembangan pola berpikir peserta didik dalam memahami konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dan memecahkan masalah yang ada sehingga peserta didik diharapkan mampu untuk mengaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu cabang ilmu matematika adalah Barisan dan Deret . Barisan dan deret dalam matematika memiliki manfaat yang banyak dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari, sering dihadapkan pada masalah nyata yang model matematikanya dapat diterjemahkan dalam bentuk barisan aritmetika. Pertama-tama harus mampu mengidentifikasikan bahwa karakteristik masalah yang akan diselesaikan mempunyai model matematika berbentuk barisan. Setelah masalah nyata itu teridentifikasi, pemecahan masalah selanjutnya dikerjakan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
- Nyatakan besaran yang ada dalam suatu masalah sebagai variable dalam barisan aritmetika. Variable-variable ini dilambangkan dengan huruf –huruf, misalnya a sebagai suku pertama dan b sebagai suku beda
- Rumusan barisan yang merupakan model Matematika dari masalah
- Tentukan penyelesaian dari model Matematika yang diperoleh dari langkah kedua
- Tafsirkan hasil yang diperoleh terhadap masalah semula
Dalam menghadapi abad-21 ini peserta didik harus dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills) dan mahir dalam memecahkan masalah. Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning). Dalam Modul Matematika SMA/SMK yang diterbitkan oleh Kemendikbud menyatakan bahwa Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang dirancang agar peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah dan memilki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.
Fase-fase dalam pembelajaran Problem Based Learning adalah :
Fase 1 : Mengorientasi Pada Masalah
Fase 2 : Mengorganisasikan Peserta Didik
Fase 3 : Membimbing Penyelidikan Individu dan Kelompok
Fase 4 : Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
Fase 5 : Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah
Penulis mengintegrasikan model tersebut dengan menggunakan pendekatan TPACK. Dalam pembelajaran berbasis PBL, diharapkan peserta didik lebih aktif, sehingga pembelajaran terpusat pada peserta didik. Dengan penggunaan TPACK diharapkan peserta didik bisa mendapatkan materi pembelajaran yang lebih banyak lagi melalui internet..”
Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) adalah bentuk pengetahuan yang dibutuhkan oleh seorang guru berupa interaksi antara konten, pedagogik, dan teknologi yang kemudian diditerapkan sesuai dengan konteks sehingga proses pembelajaran mencapai hasil yang maksimal. Pedagogical Content Knowledge (PCK) pertama kali dikenalkan oleh Shulman pada tahun 1986, yang kemudian ditambahkan unsur teknologi oleh Koehler dan Mishra pada tahun 2006 sehingga menjadi Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK).
Menurut Rahayu (2017), TPACK adalah pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran. Pengetahuan yang dibutuhkan tersebut pengetahuan teknologi, pengetahuan pedagogi, pengetahuan konten, dan bagaimana ketiga pengetahuan tersebut dapat digunakan sesuai dengan konteksnya
Setelah mengimplementasikan model Problem Based Learning dan Pendekatan TPACK penulis menemukan bahwa proses dan hasil belajar peserta didik meningkat dan lebih baik dibandingkan pembelajaran sebelumnya.
Fase – fase dalam pembelajaran PBL:
Pada awal pembelajaran guru memberikan link video pembelajaran, PPT dan link e Modul sebagai bahan ajar peserta didik.
Fase 1. Orientasi Pada Masalah. Pada Fase 1 ini peserta didik diberikan suatu permasalahan yang nantinya akan mereka diskusikan dan pecahkan solusinya bersama kelompok masing-masing. Permasalahan yang dibuat adalah peserta didik diberikan beberapa nota belanjaan yang jenis barangnya sama, teteapi jumlah barang pada tiap – tiap nota berbeda. Peserta didik diminta untuk membuat soal kontekstual dan memodelkan dalam model matematika.
Fase 2. Mengorganisasikan Peserta Didik . Pada Fase ini, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberikan LKPD terbimbing yaitu membuat soal kontekstual dan memodelkan kedalam model matematika. Setiap kelompok terdiri dari 5 s.d 6 peserta didik.
Fase 3 Membimbing Penyelidikan . Pada Fase ini, guru berkeliling ke setiap kelompok untuk membimbing penyelidikan, agar peserta didik sesuai dengan tujuan yang diharapkan pada tahap ini guru sedang menerapkan kombinasi tecnological knowledge dan pedagogical knowledge (TPK). Pada fase ini juga peserta didik bebas berdiskusi dengan memanfaatkan bahan ajar yang telah diberikan oleh guru.
Fase 4 Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya . Pada fase ini peserta didik memberanikan diri untuk menyajikan hasil karya atau hasil diskusi di setiap kelompoknya. kelompok yang tidak sedang presentasi menanggapi hasil presentasi teman kelompok yang lain.
Fase 5 Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah. Pada fase ini, guru bersama peserta didik mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Ketika model PBL dan pendekatan TPACK ini diterapkan pada kelas X yang lain ternyata proses dan hasil belalajar peserta didik sama baiknya. Hasil evaluasi menunjukkan 80% peserta didik memperoleh nilai di atas KKTP.
Dari hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
Pembelajaran SPLTV dalam memodelkan model matematika dari masalah kontekstual dengan model pembelajaran PBL dan pendekatan TPACK layak dijadikan praktik baik pembelajaran berorientasi HOTS karena dapat meingkatkan kemampuan peserta didik dalam melakukan transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan pemecahan masalah.
Dengan penyusunan Modul Ajar secara sistematis dan cermat, pembelajaran tematik dengan model pembelajaran PBL yang dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi juga mengintegrasikan PPK, literasi, dan kecakapan abad 21.
Daftar Pustaka
- Riadi, Muchlisin. (2022). Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK). Diakses pada 12/4/2023, dari https://www.kajianpustaka.com/2022/12/TPACK.html
Penulis, Kusriyantini,S.Pd Guru SMK Negeri 01 Kota Semarang – Jawa Tengah