RadarJateng.com, Pendidikan – Anggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit , merupakan salah satu sebab peserta didik tidak menyukai pelajaran matematika, sehingga menjadikan kurangnya minat dan rendahnya hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika.Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contectual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika.
Sebagai guru matematika, dimana peserta didiknya berada pada masa transisi remaja sangat rentan dengan dunia media sosial (medsos) sehingga belajar ilmu terapan yang diberikan guru dikelas menjadi nomor dua. Dari kondisi ini tentunya menuntut guru untuk melakukan pembelajaran dengan metode yang tepat, agar peserta didik meresponv dan aktif pada mata pelajaran matematika secara efektif, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar terutama pada materi aljabar. Peran Guru sebagai fasilitator, sebaiknya dapat memilih dan menerapkan metode yang efektif agar materi yang dipelajari oleh peserta didik dapat dipahami dengan baik serta dapat meningkatkan prestasi belajar.
Kadang metode model pembelajaran yang diterapkan guru oleh guru selama kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung kurang membangkitkan keaktifan peserta didik sehingga membuat mereka menjadi bosan. Dalam hal ini dibutuhkan ketepatan penerapan dalam pemilihan salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat diimplemntasikan dalam kurikulum merdeka.
Projek Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran berbasis pemecahan masalah dan melatih berfikir secara kritis dan kreatif. Menurut (Koeswanti, 2018:7) menyatakan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) membantu siswa dalam mengembangkan kecakapan memecahkan masalah, meningkatkan pemahaman dan pengetahuan, serta keaktifan dalam mendapatkan pengetahuan. Sejalan dengan konsep itu, guru diharapkan dapat mengembangkan bahan ajar yang dapat membuat peserta didik aktif sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran dan dapat digunakan sebagai sumber belajar.
Metode PBL meningkatkan keterlibatan aktif peserta didik dan pengembangan ketrampilan berfikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah saat peserta didik menganalisis informasi, mengevaluasi opsi dan membuat kesimpulan yang berbasis kontekstual. Model pembelajaran ini melibatkan pembelajaran yang kolaboratif, mendorong kerjasama, komunikasi, dan ketrampilan interpersonal.
Dengan model pembelajaran ini pesrta didik dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, dan menekankan pada kegiatan aktivitas peserta didik untuk memecahkan masalah – masalah kontekstual dan peningkatkan pemahaman konsep matematika. Peran guru bertanggung jawab untuk melakukan pembimbingan dan penguatan materi aljabar terhadap aktivitas peserta didik baik dalam bimbingan kelompok maupun saat peserta didik melakukan presentasi di depan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya masing – masing.
Ada bebrapa hambatan dalam model pembelajaran ini diantaranya memerlukan waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan bahan diskusinya, Beberapa peserta didik mungkin mengalami kesulitan untuk mengambil inisiatif dan mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Motivasi yang rendah atau kurangnya pemahaman tentang bagaimana mendekati masalah dapat menjadi hambatan. Pembentukan kelompok dapat menjadi tantangan, terutama jika terdapat kesenjangan pengetahuan atau keterampilan di antara anggota kelompok. Konflik interpersonal juga bisa muncul.
Penulis, Anyk Kasih Puji Lestari, S.Pd. Guru SMP Negeri 23 Semarang, Mijen, Semarang – Jawa Tengah.