RadarJateng.com, Pendidikan – Anak usia dini adalah anak yang berada pada jarak masa usia lahir sampai usia 8 tahun Santoso (Ramli, 2005: 1). Namun demikian, dalam kerangka pelaksanaan pendidikan anak usia dini (PAUD), Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dinyatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada jarak masa lahir sampai usia 6 tahun. Pendidikan anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan seperti aspek moral, sosial, emosional, fisik-motorik, dan intelektual agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 dinyatakan bahwa penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK)/Raudhatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat, yang menggunakan program untuk anak usia 4-≤6 tahun. Anak TK usia 4-6 tahun berada di masa peka. Montessori – percaya bahwa dalam tahun awal anak tumbuh melalui periode sensitif (masa peka), selama masa peka ini anak akan mudah menerima stimulasi-stimulasi tertentu (Hartati, 2005: 46). Sehingga, orang tua dan guru sebaiknya membimbing dan memberikan stimulasi agar seluruh potensi yang dimiliki anak dapat berkembang dengan optimal. (Rasyid, dkk, 2009: 64) menyatakan bahwa anak usia dini merupakan usia emas (the golden age) yang sangat potensial untuk melatih dan mengembangkan berbagai potensi multi kecerdasan yang dimiliki anak. PAUD mengembangkan diri anak secara menyeluruh. Bagian dari diri anak yang dikembangkan meliputi bidang fisik-motorik, intelektual/kognitif, moral, sosial, emosional, kreativitas, dan bahasa. Salah satu aspek yang perlu dikembangkan di TK pada anak Kelompok A adalah perkembangan kognitif.
Perkembangan kognitif adalah semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya (Desmita, 2007:103). Piaget (Suyanto, 2005: 53) menyatakan bahwa semua anak memiliki pola perkembangan kognitif yang sama yaitu melalui empat tahapan: sensori-motor (usia 0-2 tahun), pra operasional (usia 2-7 tahun), operasional konkret (usia 7- 11 tahun), dan operasional formal untuk usia 11 tahun ke atas. Tahap perkembangan kognitif anak TK pada Kelompok A berada pada tahap praoperasional. Dan untuk mengembangkan aspek perkembangan kognitif di TK pada anak Kelompok A dalam pembelajaran dapat melalui kegiatan mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan,membilang, membandingkan, mengurutkan, mengenal operasi bilangan, menghitung mundur, dan lain-lain
Dalam aspek kognitif anak menjadi faktor yang memerlukan perhatian lebih karena jika perkembangan kognitif anak tehambat, maka anak akan mengalami kesulitan dalam mempelajari Pengenalan konsep bilangan dan lambang bilangan karena ini sangat penting untuk dikuasai oleh anak, karena akan menjadi dasar bagi penguasaan konsep-konsep matematika selanjutnya di jenjang pendidikan berikutnya. Saat inilah hal yang menjadi permasalahan perkembangan anak adalah kemampuan kognitif yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Permasalahan ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis mengenai meningkatkan kemampuan kognitif pada anak tingkat PAUD dengan penerapan model PjBL melalui media pohon angka. Penelitian ini di lakukan di TK ALIFYA Bandung Barat pada anak kelompok A rentang usia 4-5 tahun yang berjumlah 12 anak.
Pendidikan anak usia dini menekankan enam aspek dalam pembelajaran, yaitu agama dan moral, fisi-motorik, sosial emosional, kognitif, bahasa dan seni. Perkembangan kognitif dapat dilihat dari beberapa sub indikator mulai mengenal bilangan 1-10, mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsi, mengelompokan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran serta mengenal konsep bilangan. Ketercapaian nanak dalam perkembangan perkembangan kognitif juga ditandain dengan penilaian Belum berkembang (BB) bila anak melakuakan masih dibimbing oleh guru, Mulai berkembang ( MB) bila anak melakukan masih dibantu oleh guru, Berkembang sesuai harapan (BSH) bila anak sudah bisa melakuakan tanpa bantuan guru , Berkembang sangat baik (BSB)bila anak sudah dapat melakukan secara mandiri tanpa di bantu oleh guru.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode PjBL (Project Based learning). Metode PjBL adalah teknik yang memberikan informasi dalam seni pengajaran. Metode ini berpusat pada anak dan memposisikan guru sebagai fasilitator. Pada kegiatan pembelajaran berbasis proyek, setiap anak di arahkan untuk bekerja sevara individu atau berkelompok untuk mengeksplorasi dan mengolah informasi yang dapat dari guru dan melaksanakan sesuai dengan Arah yang telah diberikan.
Pada kegiatan pembelajaran mengurutkan bilangan 1-5 dengan menggunakan pohon angka, anak di arahkan untuk menghias terlebih dahulu pohon angka dengan daun yang dibuat dari kertas krep yang sudah disediakan oleh guru. Diawal pembelajaran anak akan menyimak penjelasan guru tentang pohon angka, kemudian anak merasa tertantang untuk mengikuti kegiatan mengurutkan angka 1-5 pada pohon angka dengan guntingan angka yang sudqh disiapkan oleh guru. Setelah anak menempelkan bilangan 1-5 pada pohon angka kemudian anak menempelkan gambar apel sesuai jumlah yang ada pada pohon angka. Setelah melakukan kegiatan berkelompok anak di berikan LKPD (lembar kerja peserta didik) yang berisi menggunting buah apel, meniru membuat bilangan 1-5 menggunakan adonan mainan yang telah disiapkan oleh guru.
Penulis, Noneng Rostika S.Pd Guru Tk Alifya Cipatat, Bandung Barat