RadarJateng.com, Pendidikan – Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi, salah satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun. Anak usia tersebut dipandang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak usia diatasnya sehingga pendidikan untuk anak usia tersebut dipandang perlu untuk dikhususkan. Menurut Prof. Dr. Lydia Freyani, selaku Dewan Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun dengan pemberian rangsangan atau stimulasi pendidikan yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak usia pra-sekolah. Seluruh aktivitasnya dilakukan dengan pendekatan bermain sambil belajar. Awalnya, proses belajar membaca, menulis, dan berhitung (calistung) baru mulai diajarkan pada tahun pertama sekolah dasar, dalam rentang usia 6,5-7 tahun.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional pada aspek perkembangan kognitif dituliskan bahwa anak usia 4-5 sudah mampu mengenal lambang bilangan. Mengenal angka adalah suatu kemampuan kognitif anak, dalam pengembangan kognitif ini bertujuan mengembangkan kemampuan di bidang berfikir anak, membantu mengembangkan kemampuan logika matematika. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa lambang bilangan adalah simbol/ lambang yang digunakan untuk menuliskan nama bilangan dan biasanya dilambangkan melalui angka (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan sebagainya)
Banyak metode yang dapat dilakukan pada anak dalam mengenal angka, diantaranya adalah sebagai berikut :
- Bernyanyi lagu angka
- Bermain APE ( Ulat Angka )
- Manfaatkan barang-barang sekitar untuk bisa dihitung atau diklasifikasikan berdasarkan ciri, bentuk, dll
- Bermain Sambil Belajar
- Menghitung benda sambil jalan-jalan atau berkendaran.
Dalam menyampaikan materi pembelajaran mengenal bilangan untuk anak usia dini, memerlukan tahapan-tahapan dalam penyampaiannya, dan dilakukan secara bertahap. Menurut Andriyani, (2009:27) terdapat dua cara membilang. Pertama, membilang dengan menyentuh benda-benda itu dengan jari. Kedua, membilang dan menunjukkan benda-benda yang dibilang. Sedangkan menurut Bruner dalam Yurniwati (1998:8) bahwa siswa belajar melalui tiga tahap yaitu enaktif, ikonik dan simbolik. Pada tahap pertama enaktif siswa memerlukan alat peraga. Setelah belajar menggunakan benda konkret siswa dapat belajar dengan menggunakan gambar lalu dilajutkan dengan menggunakan simbol.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mengirimkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan anak sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif (Sukiman,2012:29). Melalui penggunaan media pembelajaran ini diharapkan membantu anak usia dini mengenal konsep matematika berhitung 1-10.
Dapat disimpulkan bahwa dalam belajar, anak memerlukan peraga untuk menstimulus kemampuan anak serta motivasi dalam belajar. Dalam hal ini, penggunaan metode bermain APE Ulat Angka, anak akan dapat belajar membilang dan menuliskan lambang bilangan dengan suasana yang menyenangkan dalam mengembangkan kemampuan mengenal lambang bilangan layaknya seperti bermain namun tetap belajar.
Kelebihan media ulat angka ini adalah mudah diingat, melatih perkembangan kognitif saat menghitung angka 1-10 dan menghitung jumlah benda, serta melatih anak dalam bersosialisasi saat bergiliran.
Sedangkan kelemahan dari media ulat adalah memungkinkan terjadinya kebosanan saat menunggu giliran, proses pembuatan yang lama, dan sangat perlu adanya pengawasan agar tidak salah langkah saat bermain. Tujuan dari media ulat adalah untuk meningkatkan minat belajar anak, memudahkan guru dalam menyampaikan pembelajaran, meningkatkan kemampuan berhitung dari 1-10 dengan baik, dan memberikan gambaran seni kepada anak.
Penulis, Siti Ruaida, S. Pd. Guru TK Kuncup Mekar, Kec Silo, Jember – Jawa Timur.