RadarJateng.com, Pendidikan – Anak usia dini merupakan masa yang paling optimal untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar dan melakukan apapun untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Selain itu, secara naluriah mereka aktif bergerak. Mereka akan menuju ke mana saja sesuai dengan minat dan kesenangan (Asmawati, dkk, 2019:1.1). Untuk itu, agar pertumbuhan dan perkembangan tercapai secara optimal, maka dibutuhkan situasi dan kondisi yang kondusif pada saat memberikan stimulasi dan upaya pendidikan yang sesuai kebutuhan dan minat anak. Secara teoritis berdasarkan aspek perkembangannya, seorang anak dapat belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi dan mereka merasa aman dan nyaman secara psikologis. Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa anak membangun pengetahuanya sendiri, anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya, anak belajar melalui bermain, minat anak dan rasa keingin tahuannya memotivasinya untuk belajar sambil bermain serta terdapat variasi individual dalam perkembangan dan belajar.
Taman kanak kanak merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang bertujuan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Di Taman kanak-kanak sangatlah penting dilaksanakan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kecerdasan merupakan kemampuan tertinggi yang dimiliki oleh manusia Menurut Wasik, (2008:15) Pendidikan anak usia dini merupakan suatu bentuk penyelengaraan pendidikan yang menitik beratkan pada (1) Peletakan dasar pertumbuhan dan perkembangan (fisik yaitu koordinasi motorik halus dan motorik kasar), (2) Kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), (3) Sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang disesuaikan dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui anak usia dini.
Pada masa inilah anak-anak harus didorong untuk mengembangkan semua kecerdasan yang mereka miliki, karena kecerdasan sudah dimiliki anak sejak lahir dan terus menerus dapat dikembangkan hingga dewasa. Pengembangan kecerdasan akan lebih baik jika dilakukan sedini mungkin sejak anak dilahirkan melalui pemberian stimulasi pada kelima panca indranya. Kecerdasan merupakan ungkapan dari cara berpikir seseorang yang dapat dijadikan modalitas dalam belajar. Melalui kecerdasan yang dimilikinya setiap orang mampu mengeksplorasi dunianya dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Menurut Gadner (dalam Sujiono, 2009:176) menyatakan bahwa kecerdasan merupakan: (1) Kemampuan untuk menciptakan suatu produk yang efektif atau menyumbangkan pelayanan yang bernilai dalam suatu budaya, (2) Sebuah perangkat ketrampilan menemukan atau menciptakan bagi seseorang dalam menyelesaikan permasalahan dalam hidupnya, (3) Potensi untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah yang melibatkan pengunaan pemahaman baru.
Kecerdasan Logis Matematis adalah kemampuan seseorang untuk memahami angka dan bilangan serta berfikir secara logis dan ilmiah serta mempunyai konsistensi dalam berfikir, menurut Sujiono (2009:187). Seseorang dengan kecerdasan logis matematis akan lebih tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan angka dan bilangan, mereka dapat dengan cepat memahami operasi pada bilangan, mampu berfikir logis dan sistematis, serta menyimpulkannya secara matematika. Menurut Ratna (2019) ciri-ciri kecerdasan logis matematis yaitu (a) Mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat, (b) Mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut, (c) Pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis, (d) Menikmati pekerjaan yang berhubungan dengan kalkulus, pemograman komputer, metode riset, (e) Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti-bukti, membuat hipotesis, merumuskan dan membangun argumentasi kuat, (f) Tertarik dengan karir di bidang teknologi, mesin, teknik, akuntansi, dan hukum, (g) Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menjelaskan konsep dan objek yang konkret.
Menurut Mayesti (dalam Sujiono, 2010) salah satu cara untuk mengembangkan kecerdasan pada anak usia dini adalah melalui bermain, tidak terkecuali dengan kecerdasan logis matematis. Karena dunia anak adalah dunia bermain, bagi seorang anak bermain adalah kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari, karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah bermain. Menurut Piaget (dalam Sujiono, 2009:144) bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang – ulang dan menimbulkan kesenangan atau kepuasan bagi diri seseorang, sedangkan Parten (dalam Sujiono, 2009:144) memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisas, diharapkan melalui bermain dapat memberi kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan belajar secara menyenangkan.
Menurut Singer dalam Susanto (2016:99) bermain merupakan cara yang bagi anak untuk melatih masuknya rangsangan, baik dari dunia luar maupun dari dalam. Laju stimulasi baik dari luar maupun dalam semakin optimal jika keadaan emosi menyenangkan yang dapat diperoleh saat anak sedang bermain. Artinya, bermain membuat anak tidak merenung dan bosan yang disebabkan kurangnya stimulus atau rangsangan. Menurut Santrock (2001:4) fungsi bermain, yaitu pada saat sekarang ini anak terus menerus menerima pengalaman yang sangat melekat dalam hidupnya. Bermain semakin menjadi penting dengan kondisi tersebut. Bermain mampu meningkatkan sosialisasi anak dengan sebayanya, meredakan ketegangan, meningkatkan kemampuan kognitif, meningkatkan eksplorasi anak akan perilaku tertentu. Semuanya itu akan sangat berguna untuk kehiduan pada usia selanjutnya. Salah satu jenis permainan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan Logis Matematis anak adalah permainan Ular Tangga.
Menurut Fatkhan (2017) Ular tangga adalah permainan yang menggunakan dadu untuk menentukan berapa langkah yang harus dijalani bidak. Permainan ini masuk dalam kategori “board game” atau permainan papan sejenis dengan permainan monopoli, halma, ludo, dan sebagainya. Menurut Jatmika (2012:59) ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak, yang dimainkan oleh dua orang atau lebih. Papan permainan ini di bagi dalam kotak kecil-kecil, dan di beberapa kotak digambarkan sejumlah “tangga” atau “ular” sebagai penghubung antara kotak satu dengan yang lainnya. Karena tidak ada papan permainan standar dalam permainan ini, maka setiap anak dapat membuat papan sendiri dengan jumlah kotak, ular, dan tangga yang berlainan. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa permainan Ular Tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah tangga dan ular yang menghubungkannya dengan kotak lain. Termasuk jenis permainan yang relatif murah bahkan tanpa biaya dengan menggunakan dadu atau kotak yang digelindingkan dan anak melangkah sesuai dadu yang didapatkannya.
Penulis, Kurnia Erjuni Eko Cahyu, S. Pd. Guru TK PGRI KARANGDUEN, Kec. Balung Kab. Jember – Jawa Timur