RadarJateng.com, Pendidikan – Perilaku adalah cerminan kepribadian seseorang yang tampak dalam perbuatan dan interaksi tehadap orang lain dalam lingkungan sekitarnya. Perilaku merupakan internalisasi nilai – nilai yang diserap oleh seseorang selama proses berinteraksi dengan orang diluar dirinya. Perilaku seseorang menunjukkan tingkat kematangan emosi, moral, agama, sosial, kemandirian dan konsep dirinya. Tak heran karena perilaku manusia terbentuk selama perjalanan kehidupannya. Perilaku anak usia dini pada masa ini sedanh dalam pembentukan kepribadiannya. Anak usia dini bersifat imitatif atau peniru, apa yang ia lihat, rasakan dan lihat dari lingkungannya akan diikutinya karena ia belum mengetahui Batasan benar dan salah, baik dan buruk, serta pantas dan tidak pantas. Anak masih belajar coba-ralat berperilaku yang dapat diterima oleh lingkungannya.
Apabila kita berbicara kemampuan dasar maka kita akan menghubungkannnya dengan istilah “potensi”. Dalam banyak buku psikologi, potensi sering diartikan sebagai pembawaan sejak lahir atau kesanggupan untuk berkembang yang dimiliki seorang anak manusia sejak lahir ( lubis, 1986). Potensi yang dimiliki seorang anak manusia merupakan anugerah dari sang maha pencipta agar individu tersebut mampu berkembang dan mengembangkan diri sehingga ia mampu menjalani kehidupannya dimuka bumi.
Bermain peran ini dikategorikan sebagai metode belajar yang berumpun kepada metode perilaku yang diterapkan dalam kegiatan pengembangan karakteristiknya adalah adanya kecenderungan memecahkan tugas belajar dalam sejumlah perilaku yang beruntun, konkret dan dapat diamati.
Pengertian bermain peran menurut buku Didaktik Metodik di Taman Kanak-kanak (Depdikbud 1998) adalah memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda disekitar anak dengan tujuan untuk mengembangkan daya khayal imaginasi dan penghayatan terhadap bahan pengembangan yang dilaksanakan. Dengan demikian metode bermain peran, artinya mendaramatisasikan cara tingkah laku didalam hubungan sosial.
Tujuan Bermain Peran adalah sebagai berikut.
- Anak dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan.
- Memperoleh wawasan ( insight) tentang sikap-sikap, nilai-nilai dan persepsinya.
- Mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
- Mengembangkan kreativitas dengan membuat jalan cerita atas inisisatif anak.
- Melatih daya tangkap.
- Melatih daya konsentrasi.
- Melatih membuat kesimpulan.
- Membantu pengembangan kognitif.
- Membantu perkembangan fantasi.
- Menciptakan suasana yang menyenangkan.
- Mencapai kemampuan komunikasi secara spontan/berbicara lancar.
- Membangun pemikiran yang analitis dan kritis.
- Membangun sikap positif dalam diri anak.
- Menumbuhkan aspek avektif melalui penghayatan isi cerita.
- Untuk membawa situasi yang sebenarnya kedalam bentuk simulasi / miniatur kehidupan.
- Untuk membuat variasi yang menarik dalam kegiatan pengembangan.
Kelebihan Metode Bermain Peran :
- Melibatkan anak secara aktif dalam pembelajaran yang dibangunnya sendiri.
- Anak memperoleh umpan balik yang cepat/segera.
- Memungkinkan siswa mempraktikkan keterampilan berkomunikasi.
- Sangat menarik minat dan antusiasme anak.
- Membuat guru dapat mengajar pada ruang lingkup yang luas dalam mengoptimalkan kemampuan banyak anak pada waktu yang bersamaan.
- Mendukung anak untuk berpikir kritis dan analitis.
- Menciptakan percobaan situasi kehidupan dengan model lingkungan yang nyata.
Dengan Metode bermain peran sangat sesuai dengan karakteristik anak usia dini karena pada saat ini anak berpikir secara secara simbolik sehingga menjadikannya sebagai metode pengembangan anak usia dini adalah sangat tepat dan efektif dalam rangka mengoptimalkan potensi anak bagi pembentukan kemampuan dasar ( fisik, bahasa, kognitif, seni ) dan perilaku ( moral – agama dan sosial-emosional ).
Penulis, Dati, S. Pd Guru TK Kartini, Desa Sikampuh, Kec. Kroya, Cilacap – Jawa Tengah