RadarJateng.com, Pendidikan – Budaya Jawa memang harus dilestarikan apalagi di usia remaja. Jarik atau bahasa Jawa krama disebut Sinjang sendiri dalam bahasa Jawa memiliki arti “aja serik” yang dalam bahasa Indonesia artinya “jangan iri”. Jarik biasanya digunakan untuk mewiru. Wiru sendiri memiliki artian “aja nganti keliru” atau “jangan sampai salah”. Mewiru jarik atau sinjang ini merupakan teknik meripel atau melipat-lipat pinggiran kain yang vertikal sepanjang pinggul hingga kaki. SMKN1 Tulung, Klaten melaksanakan kegiyatan pembelajaran bahasa Jawa dengan mewiru jarik di kelas XII TKJ C.
Miru jarik atau kain sinjang yang dilaksanakan di SMKN 1 Tulung Klaten sebagai penunjang pembelajaran Bahasa Jawa agar anak-anak tahu dan memahami bagaimana cara mewiru jarik dengan baik, miru ini bertujuan untuk melestarikan budaya Jawa. Hasil mewiru digunakan oleh orang Jawa yang memakai kemben/ tapih, dan biasanya dipake pada orang-orang yang sedang menikah dengan menggunakan pakaian adat Jawa, maka dari itu generasi muda seperti siswa SMK ini dibekali pengetahuan cara mewiru jarik dengan baik dan benar agar bisa melestarikan budaya Jawa tetap terjaga.
Kegiatan wiru jarik membutuhkan waktu sekitar 30-40 menit. Yang paling sulit adalah ketika harus nekuk (melipat) agar tetap terlipat sempurna (ora udhar). Untuk lipatan antara laki-laki dan perempuan itu berbeda, laki-laki besar lipatan sebesar “telung nyari” atau dalam bahasa Indonesia yang artinya tiga jari, sedangkan untuk perempuan sebesar “rong nyari” atau dalam bahasa Indonesia yang artinya 2 jari dan untuk jumlahnya sama-sama ganjil.
Mewiru jarik yang dipraktikkan di sekolah ini ada dua macam pakem (gaya) yaitu wiru gaya Jogja dan wiru gaya Solo. Cirinya adalah wiru Jogja memperlihatkan garis putih pada ujung jarik atau biasa disebut “tumpal” pada setiap lipatan, jumlah lipatan wiru ini antara 3,5,7 atau 9. Sedangkan ciri pada wiru Solo menutup garis putih pada ujung jarik atau “tumpal” pada lipatan jumlah lipatan antara 3,5,7 atau 9 (ganjil).
Kegiatan ini bisa disebut kegiatan yang mudah dan bermanfaat apabila benar-benar mau belajar dan menekuninya. Kami sangat senang dalam kegiatan ini, karena anak menjadi lebih mengenal untuk melestarikan budaya Jawa.
Oleh, Wawan Budi Setyawan S.Pd. Guru SMKN 1 Tulung, Klaten – Jawa Tengah