RadarJateng.com, Pendidikan – Akhir-akhir ini berkembang kecenderungan, terutama di kalangan tertentu dalam masyarakat untuk memperkenalkan berbagai cara kegiatan belajar sejak masa kanak-kanak sedini mungkin. Berbagai alasan dikemukakan tentang betapa perlunya berbagai potensi anak yang dipacu perkembangannya, terutama sejauh menyangkut intelegensinya. Banyak sekali dilakukan pembahasan mengenai soal-soal yang sedang trendy mengenai pendidikan anak, seperti bagaimana mengotimalkan fungsi otak kanan dan otak kiri.
Di lain pihak ada anggapan bahwa perkembangan anak sebaiknya tidak dipacu dengan berbagai beban pembelajaran yang belum perlu dan tidak sesuai dengan ciri-ciri tahap perkembangannya dan juga tahap usia perkembangannya.
Selain itu, para ahli juga banyak yang menyatakan bahwa tahap perkembangan usia dini menempati posisi vital, yaitu sekitar 80%. Hal ini juga didukung oleh teori perkembangan kognitif Jean Piaget (1896-1980) membahas munculnya dan diperolehnya skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahap-tahap perkembangannya. Piaget menekankan bahwa anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif mereka sendiri, informasi dari lingkungan tidak begitu saja dituangkan ke dalam pikiran-pikiran mereka.
Kognitif merupakan proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf.
Menurut Jean Piaget ada 4 tahap perkembangan kognitif: tahap sensorimotor, tahap praoperasi, tahap operasi konkret, dan tahap operasi formal. Tahap sensorimotor lebih ditandai dengan pemikiran anak berdasarkan tindakan inderanya. Tahap praoperasi lebih menggunakan symbol- symbol untuk menghadirkan sebuah pemikiran, khususnya penggunaan Bahasa. Tahap operasi konkret ditandai dengan penggunaan aturan logis yang jelas. Tahap operasi formal dicirikan dengan pemikiran abstrak, hipotesis, deduktif, serta induktif.
Permainan membantu untuk berkembang menjadi strategi yang dapat memaksimalkan kemungkinan keberhasilan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ada aturan dibangun ke dalam permainan yang menyalurkan tindakan pemain memiliki konsekuensi tertentu dan beberapa jalur untuk sukses, tergantung pada tindakan dan keputusan pemain (Birdwell, 2006).
Dari pemaparan diatas, maka penulis membuat permainan yang dapat mengembangkan kognitif anak usia 4-5 tahun yaitu “Menabung Batu”. Kegiatan tersebut mengembangkan aspek kognitif dengan menitikberatkan pada pengenalan konsep berhitung pada anak usia dini.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada APE (Alat Permaianan Edukatif) ini adalah:
- Dadu;
- Botol plastik bekas;
- Batu berwarna;
- Kardus bekas;
- Tulisan angka 1-6.
Cara pembuatan:
- Botol plastik bekas dan tulisan angka di tempel pada permukaan kardus bekas.
- Batu berwarna diletakkan di dalam wadah agar memudahkan anak untuk mengambil
Cara bermain:
- Guru memberikan intruksi pada anak untuk melemparkan dadu,
- Anak menuju tempat botol plastik dan batu warna,
- Anak mengambil batu warna sejumlah angka yan ada di dadu,
- Kemudian anak memasukkan batu ke dalam bol yang memiliki tulisan yang sesuai dengan angka di dadu,
Tujuan dari permaianan ini sendiri adalah untuk mengenalkan pada anak mengenai konsep berhitung dengan cara yang asik dan juga menarik, karena pada dasarnya anak usia dini masih berada dalam tahap untuk bermain.
Penulis, Erlin Sutantri, S.Pd Guru TK Dian Pertiwi, Malang – Jawa Timur