Meningkatkan Hasil Belajar Materi APBN Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Siswa Sekolah Menengah Atas PAHOA Kelas XI IPS 2.

Kegiatan diskusi siswa SMA PAHOA, Pakulonan Barat, Kec. Kelapa Dua, Kab.Tangerang, Banten

RadarJateng.com, Pendidikan Sekolah Menengah Atas merupakan jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dengan pengkhususan. (Depdiknas, 2004: 112). Perwujudan pengkhususan tersebut berupa diselenggarakanya penjurusan di mulai di kelas XI (sebelas), yakni, penjurusan pada Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Bahasa yang mulai diterapkan pada siswa SMA kelas XI tahun pelajaran 2005/2006.

Penjurusan merupakan upaya strategis dalam memberikan fasilitas kepada siswa untuk menyalurkan bakat, minat, dan kemampuan yang dimilikinya yang dianggap paling potensial untuk dikembangkan secara optimal. Oleh karena itu, maka sekolah, guru, dan petugas Bimbingan Konseling (BK) harus mampu menempatkan ke dalam jurusan secara tepat.

Menempatkan siswa pada jurusan tertentu secara tepat berarti memberikan peluang kepada siswa untuk dapat berhasil pada masa yang akan datang. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 12 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, bahwa Peserta didik mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Untuk menghindarkan kemungkinan terjadi ketidaktepatan penjurusan siswa SMA dalam pilihan jurusan tertentu, perlu ada upaya antara lain: pengukuran dan penilaian keefektifan perencanaan penjurusan, keefektifan pelaksanaan penjurusan, keberhasilan siswa setelah penjurusan, serta kendala-kendala yang dihadapi dalam penjurusan.

Read More
KBM di SMA PAHOA, Pakulonan Barat, Kec. Kelapa Dua, Kab.Tangerang, Banten

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam Meningkatan hasil belajar materi APBN pada peserta didik kelas XI IPS 2 melalui model Problem Based Learning. Model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual dan sistematis dan terorganisir dengan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar. Menurut Ira Ashari (2020) mengemukakan bahwa Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata untuk memulai pembelajaran. Masalah diberikan kepada siswa, sebelum siswa mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Dengan demikian untuk memecahkan masalah tersebut siswa akan mengetahui  bahwa  mereka membutuhkan   pengetahuan   baru   yang   harus dipelajari untuk memecahkan masalah yang diberikan.

Menurut Wina Sanjaya (2006), ciri utama strategi pembelajaran berdasarkan masalah (SPBM) yang pertama adalah rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya peserta didik tidak hanya mendengarkan ceramah dan menghafal namun dititikberatkan pada kegiatan peserta didik dalam berpikir, berkomunikasi, mengolah data, dan menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Dalam proses pembelajaran perlu adanya masalah yang diteliti. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah. Proses berfikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Selain pendapat di atas, Rusman berpendapat karakteristik pembelajaran berbasis masalah antara lain sebagai berikut:

  1. masalah sebagai starting point dalam belajar,
  2. masalah yang disajikan ada dalam dunia nyata,
  3. permasalahan membutuhkan pespektif ganda,
  4. permasalahan menarik dan memancing rasa ingin tahu siswa,
  5. diutamakan belajar mandiri,
  6. sumber belajar dari aneka sumber,
  7. belajar bekerja sama dan berkomunikasi,
  8. proses pemecahan masalah sekaligus sebagai penguasaan isi pengetahuan,
  9. keterbukaan dalam pembelajaran, dan
  10. melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses
Antusias belajar murid di SMA PAHOA, Pakulonan Barat, Kec. Kelapa Dua, Kab.Tangerang, Banten

Menurut Trianto, manfaat PBL yaitu “dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan mengatasi masalah, belajar peranan orang dewasa dan menjadi pebelajar yang mandiri”.

Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan.

Menurut M. Taufiq Amir, PBL memiliki beberapa manfaat antara lain:

  1. menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahaman atas materi ajar,
  2. meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan,
  3. mendorong untuk berpikir,
  4. membangun keterampilan soft skill,
  5. membangun kecakapan belajar,
  6. memotivasi siswa

Adapun langkah- langkah yang digunakan dalam penggunaan model Problem Based Learning secara umum terdiri dari lima langkah yaitu :

(1)   Orientasi peserta didik pada masalah,

(2)   Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran,

(3)   Membimbing penyelidikan individu dan kelompok,

(4)   Mengembangkan dan menyajikan hasil karya,

(5)   Menganalisa dan  mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Suasana pembelajaran di SMA PAHOA, Pakulonan Barat, Kec. Kelapa Dua, Kab.Tangerang, Banten

Model ini sangat efektif digunakan pada kurikulum 2013 karena sesuai dengan tuntutan kurikulum, yakni menjadikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran (student centered). Selain itu juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, peserta didik menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, meningkatkan proses pembelajaran tematik terpadu dan akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar peserta didik.

Dari beberapa di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah atau PBL adalah model pembelajaran yang mendorong siswa berperan aktif dalam pembelajaran yang dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata berdasarkan pengetahuan dan pengalaman dari lingkungan (konstruktivis) yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama tim  yang sistematis sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran ekonomi.

Oleh : Siti Nurjanah, S. E Guru SMA PAHOA, Pakulonan Barat, Kec. Kelapa Dua, Kab.Tangerang, Banten

Related posts